.

Sabtu, 17 Februari 2018

KEMEROSOTAN EKONOMI KAWASAN PESISIR AKIBAT PENCEMARAN AIR LAUT

Oleh :Mayner Steven Lase (@G24-Mayner)


ABSTRAK :
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau dan 95.181 kilometer persegi garis pantai. 80% penduduk Indonesia hidup di kawasan pesisir dan bergantung pada ekosistem laut. Laut adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.Meskipun pemerintah telah berinisiatif dalam berbagai upaya konservasi, masih terdapat berbagai ancaman yang dapat mengganggu ekosistem laut kita.

KATA KUNCI : Faktor yang mempengaruhi Lingkungan pesisir,Kerusakan ekosistem laut,Pengaruh Industri dikawasan Pesisir



ISI :
Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan 15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan, pertambangan serta pariwisata.. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan,dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak terhadap lingkungan pesisir. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor yang berdampak diantaranya: pertumbuhan penduduk dunia yang besar, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersih dan pemanfaatan sumber daya laut yang berlebihan.
Menurut (Dahuri 2002) Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki silayah pesisir yang kaya dan beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis pantai terpanjang setelah Kanada. Luas silaya laut negeri kita, termasuk didalamnya zona ekonoli ekslusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga perempat dari luas keseluruhan wilaya Indonesia. Dengan kenyataan seperti itu sumber daya pesisir dan lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat potensial disamping sumber daya alam darat. Sumber daya wilayah pesisir diprediksi akan semakin meningkat peranannya dimasa-masa mendatang dalam mendukung pembangaunan ekonomi nasional.
Konsekuensi dari potensi yang besar tersebut kawasan pesisir akan mengalami perkembangan dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
Bengen (2002) mengemukakan wilayah pesisir menyediakan sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata, Ini berarti kawasan pesisir merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa datang.
Beberapa hal yang dapat mempengaruh lingkungan pesisir dapat dikemukakan seperti: pertambahan jumlah penduduk dunia, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersih, over eksploitasi sumberdaya alam,
PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK
Populasi manusia meningkat secara eksponensial, hal ini didukung oleh kemajuan dibidang kesehatan, serta pertanian yang meningkatkan kesejateraan manusia. Pada tahun 1998 fungsi pendukung kehidupan biosfer harus dibagi pada 6 miliar orang. Jika tingkat fertilitas dan mortalitas tidak berubah, maka populasi dunia akan mencapai 40 miliar manusia di tahun 2100, jika bayi yang lahir hari ini tetap hidup. ( Rustiadi, 2003). Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,8 % per tahun maka pada tahun 2010 penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta orang (Sadelie, 2002). Hal ini akan mengakselarasi meningkatnya permintaan (demand) terhadap kebutuhan sumberdaya dan jasa lingkungan. Sementara itu ketersediaan alam darat semakin berkurang dan tidak lagi mencukupi, sehingga opsi berikutnya diarahkan unatuk memanfaatkan sumberdaya dan jasa pesisir untuk mempertahankan dan sekligus melanjutkan pertumbuhan yang ada. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi berbagai peruntukan, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut akan semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya.
KEGIATAN-KEGIATAN MANUSIA
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan baik pertumbuhan jumlah penduduk dunia maka kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah pesisirpun akan semakin meningkat pula. Beberapa kegiatan tersebut antara lain, reklamasi pantai, kegiatan industri disekitar wilayah pesisir, dan lain-lain. Reklamasi pantai adalah suatu kegiatan atau proses memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai atau berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990). Kegiatan reklamasi pantai bagaimanapun telitinya, tetap akan mengubah kondisi dan ekosistem lingkungan pesisir, dan ekosistem buatan yang baru tentunya tidak sebaik yang alamiah. Oleh karena itu upaya reklamasi pantai perlu direncanakan sedemikian rupa dan secara seksama agar keberadaanya tidak mengubah secara radikal ekosistem pesisir yang asli. Untuk itu diperlukan perencanaan tata ruang yang rinci, peneliatian lingkungan untuk analisis dampak lingkungan regional, penelitian hidro oceanografi, perencanaan teknis reklamasi dan infrastruktur, perencanaan drainase dan sanitasi serta perencanaan social-ekonomi dan pengembangan lainnya (Hasmonel, 2002).
Pengaruh dari adanya industri- industri sisekitar wilayah pesisir juga akan mengakibatkan berubahnya daya dukung lingkungan pesisir, antara lain pnururunan kadar gas oksigen terlarut, kadar fosfat dan nitrat yang tinggi. Kadar oksegen terlarut yang berkurang akan menyebabkan makhluk hidup yang berada di ekosistem wilayah pesisir akan mendapat tekanan secara ekologis, sehingga akan mengancam kelangsungan hidup komponen ekosistem tersebut.
Perairan wilayah pesisir merupakan salah satu tempat yang kaya akan zat hara, hal ini sangat penting bila ditinjau dari sumber daya hayati. Namun untuk kelestariannya perlu diperhatikan limbah yang berasal dari industri-industri maupun aktifitas manusia lainnya yang dibuang ke perairan tersebut, akan merusak kelestarian flora dan fauna wilayah pesisir dikemudian hari sehingga dapat merusak keseimbangan ekosistem wilayah pesisir (Simanjuntak, 1996)
PENCEMARAN
Sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi 7 kelas : industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan urban stormwater), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian dan perikanan budidaya (Dahuri2001). Pencemaran rumah tangga dan pencemaran yang dihasilkan oleh kegiatan manusai dan oleh industri. Pencemaran rumah tangga terjadi terutama di lingkungan pesisir yang berada dekat dengan pemukiman. Jenis sampah yang diahasilkan ada dua macam, yaitu sampah organic dan sampah anorganik. Pertumbuhan jumlah penduduk yang mendiami wilayah pesisir dan meningktnya kegiatan pariwisata juga akan meningkatkan jumlah sapah dan kandungan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi lingkungan pesisir. Penggunaan pupuk untuk menyuburkan areal persawahan di sepanjang Daerah Aliran Sungani yang berada di atasnya serta kegiatan-kegiatan industri di darat yang membuang limbahnya ke dalam badan sungai yang kemudian terbawa sampai ke laut melalui wilayah pesisir. Hal ini akan menperabesar tekanan ekologis wilayah pesisir.
Sumber pencemaran yang berasal dari limbah industri dan kapal-kapal di sepanjang wilayah pesisir umumnya mengandung logam berat. Kandungan logam berat diperairan diperkirakan akan terus meningkat dan akan mengakibatkan terjadinya erosi dan pencucian tanah, masuknya sampah industri dan pembakaran bahan baker fosil ke perairan dan atmosfer, serta pelepasan sedimentasi logam dari Lumpur aktif secara langsung.
Untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir makan diperlukan pelaksanaan kegiatan dan pembangunan di daratan yang terpadu dan berkelanjutan.
SEDIMENTASI
Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir terjadi pada muara-muara sungai, sebagai contoh sedimentasi yang terjadi di wilayah Segara Anakan, sediment berasal dari sungai Citanduy, Sungai Cibeureum dan Sungai Cikonde serta sebagian kecil berasal dari sedimentasi pantai, jumlahnya mencapai 1 juta m 3 per tahun, apabila keadaan seperti ini tidak berubah maka makin lama Segara Anakan akan semakin sempit dan pada akhirnya hanya tinmggal alur-alurnya saja (Sidartha, 2001), . Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air, apabila gerakan air horizontal tinggi, sediment akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila gerakan air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sediment tetap larut maka akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sediment. Selain itu energi gerakan air juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-bahan sedimentasi yang akan diendapkan.
KETERSEDIAAN AIR BERSIH
Dibeberapa lingkungan pesisir dapat pula ditemui morfologinya terdiri dari batu gamping yang mempunyai retakan-retakan (diaklas) yang dapat meresap air hujan ke dalamnya. Makin besar retakannya berarti makin besar pula daya simpan airnya. Air tersebut akan dikeluarkan melalui retakan yang besar dan gua-gua (sungai bawah tanah) dan air yang keluar merupakan sumber air untuk sungai-sungai yang mengalir ke kawasan pesisir yang sangat brperan dalam perkembangan wilayah pesisir terutama untuk perkembangan pertanian di wilayah pesisir dan sumber air minum bagi penduduk yang tinggal di wilayah pesisir.
Seandainya batu gamping ini tidak ada maka sumber-sumber airpun akan menghilang, karena batuan dibawahnya merupakan breksi vulkanis yang lebih kedap air dan sedikit sekali dapat menyimpan air. Sehingga kondisi seperti ini akan memicu terjadinya krisis kekurangan sumber daya air bersih bagi sebagian besar penduduk yang tingal dan memanfaatkan wilayah pesisir.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT YANG BERLEBIHAN
Terbatasnya alternative mata pencaharian yang dapat dilakukan oleh penduduk (karena kemampuan sumber daya manusianya yang terbatas), telah menyebabkan dilakukannya eksploitasi sumber daya alam secara intensif yang seringkali mengarah kepada over ekploitasi. Ketika pemanfaatan lebih besar dari pada ketersediaan maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan. Salah satu sumber daya laut yang telah diekploitasi secara berlebihan adalah sumber daya perikanan. Meskipun secara keseluruhan sumber daya perikan laut baru dimanfaatkan sekitar 38 % daru total potensinya, namun di wilayah perairan yang padat penduduk dan pada industri menunjukkan bahwa beberapa stok sumber daya perikana telah mengalami kondisi tangkap lebih (overfishing) dan jumlahnya semakin menurun.
Selain hal-hal di atas, dengan semakin besar dan banyaknya aktivitas perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan, seringkali pula menimbulkan pengaruh dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pesisir misalnya (Dahuri 2001):
· Perkapalan dan transportasi: tumpahan minyak, air ballast limbah padat dan kecelakaan.
· Pengilangan minyak dan gas : tumpahan minyak, pembongkaran bahan pencemar, konversi kawasan pesisir.
· Perikanan: overfishing, destruksi habitat, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal dan tenaga/ keahlian
· Budidaya perairan : ekstensifikasi dan konversi mangrove.
· Kehutanan: penebangan dan konversi hutan.
· Pertambangan: penambangan pasir dan terumbu karang
· Industri: reklamasi dan pengerukan tanah.


DAFTAR PUSTAKA :


Hidayat, Atep Afia, dan M. Kholil.2017.Manajemen Lingkungan dengan Berfikir Hijau. Yogyakarta: Wahana Resolusi

Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017.kimia,industry dan teknologi hijau. Jakarta : Pantona Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.