.

Tampilkan postingan dengan label @Z07-GHEFIRA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @Z07-GHEFIRA. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Desember 2023

Aplikasi Energi Nuklir (Pengolahan Limbah Nuklir )


Oleh: Ghefira Nanda Utami (Z07-GHEFIRA)


Abstrak

Energi nuklir adalah sumber daya yang signifikantetapi juga menghasilkan limbah radioaktif yang memerlukan dielolasecara efektifPengelolaan limbah radioaktif yang efektifsangat penting untuk mengurangi dampak lingkungan sertakesehatan masyarakat Artikel ini membahas penerapan energinuklir dan metode yang digunakan dalam pengelolaan limbahradioaktif.

Minggu, 10 Desember 2023

APLIKASI KINETIKA KIMIA


 

APLIKASI KINETIKA KIMIA

Disusun Oleh: Ghefira Nanda Utami (Z07-GHEFIRA)

 

Abstrak

Artikel ini membahas tentang aplikasi kinetika kimia, yang merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari laju reaksi kimia. Kinetika kimia memiliki beragam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri. Artikel ini akan membahas beberapa aplikasi kinetika kimia yang penting dan relevan.

Pendahuluan

Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari laju reaksi kimia, yaitu seberapa cepat atau lambat suatu reaksi kimia berlangsung dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Dalam kehidupan sehari-hari, kinetika kimia memiliki beragam aplikasi yang sangat penting. Contohnya, dalam industri farmasi, kinetika kimia digunakan untuk menentukan laju pelepasan obat dari formulasi sediaan obat. Selain itu, dalam industri makanan, kinetika kimia digunakan untuk menentukan umur simpan suatu produk makanan.

Rumusan Masalah

·       Apa saja penerapan kinetika kimia dalam kehidupan sehari-hari?

·       Bagaimana kinetika kimia digunakan dalam industri farmasi?

·       Bagaimana kinetika kimia digunakan dalam industri makanan?

Tujuan

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan beberapa aplikasi kinetika kimia yang penting dan relevan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri.

Pembahasan

A.    Aplikasi Kinetika Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

Kinetika kimia memiliki beragam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dalam proses oksidasi makanan. Ketika makanan teroksidasi, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan perubahan warna, rasa, dan aroma pada makanan. Selain itu, kinetika kimia juga digunakan dalam proses makanan. Proses penyelenggaraan makanan merupakan reaksi kimia kompleks yang melibatkan beragam faktor, seperti suhu, kelembaban, dan keasaman.

B.    Kinetika Kimia dalam Industri Farmasi

Dalam industri farmasi, kinetika kimia digunakan untuk menentukan laju pelepasan obat dari formulasi sediaan obat. Hal ini sangat penting, karena laju pelepasan obat akan mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Selain itu, kinetika kimia juga digunakan untuk menentukan umur simpan obat.

C.    Kinetika Kimia dalam Industri Makanan

Dalam industri makanan, kinetika kimia digunakan untuk menentukan umur simpan suatu produk makanan. Selain itu, kinetika kimia juga digunakan untuk menentukan laju reaksi oksidasi lemak dalam makanan, yang akan mempengaruhi kualitas dan keamanan makanan tersebut.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinetika kimia memiliki beragam aplikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri. Dengan memahami kinetika kimia, kita dapat meningkatkan kualitas dan keamanan produk-produk yang kita konsumsi.

Daftar Pustaka

Atkins, P., & de Paula, J. (2010). Kimia Fisika untuk Ilmu Hayati. Pers Universitas Oxford.

Fogler, HS (2016). Unsur Teknik Reaksi Kimia. Pearson.

Senin, 27 November 2023

Sifat Material dan Ekuilibrium Fasa


Sifat Material dan Ekuilibrium Fasa

Disusun Oleh: Ghefira Nanda Utami (Z07-GHEFIRA)

Abstrak

Termodinamika 2 adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari sifat material dan ekuilibrium fasa. Sifat material dan ekuilibrium fasa merupakan konsep dasar dalam termodinamika 2, yang mempelajari bagaimana benda-benda berinteraksi dan berubah dalam sistem. Dalam termodinamika 2, kita mempelajari bagaimana benda-benda berinteraksi satu sama lain dan bagaimana energi dipertukarkan antara mereka. Artikel ini akan membahas konsep-konsep dasar termodinamika 2, termasuk sifat material dan ekuilibrium fasa.

 

Pendahuluan

Termodinamika 2 adalah cabang ilmu fisika yang sangat penting dalam memahami sifat material dan ekuilibrium fasa. Dalam termodinamika 2, kita mempelajari bagaimana benda-benda berinteraksi satu sama lain dan bagaimana energi dipertukarkan antara mereka. Konsep-konsep dasar termodinamika 2 sangat penting dalam banyak bidang ilmu, termasuk fisika, kimia, dan teknik mesin.

Salah satu konsep dasar termodinamika 2 adalah sifat material. Sifat material mengacu pada sifat-sifat fisik dan kimia dari benda, seperti massa, volume, dan kepadatan. Dalam termodinamika 2, kita mempelajari bagaimana sifat-sifat ini berubah saat benda berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, ketika benda dipanaskan, sifat-sifatnya dapat berubah, seperti volume dan kepadatan.

Konsep lain yang penting dalam termodinamika 2 adalah ekuilibrium fasa. Ekuilibrium fasa terjadi ketika dua atau lebih fase dari suatu bahan berada dalam keseimbangan termodinamika satu sama lain. Dalam termodinamika 2, kita mempelajari bagaimana fase-fase ini berinteraksi satu sama lain dan bagaimana energi dipertukarkan antara mereka. Misalnya, ketika es dan air dicampur bersama, mereka akan mencapai ekuilibrium fasa di mana suhu dan tekanan stabil.

Dalam artikel ini, kita akan membahas konsep-konsep dasar termodinamika 2, termasuk sifat material dan ekuilibrium fasa. Kita akan membahas bagaimana konsep-konsep ini berhubungan satu sama lain dan bagaimana mereka dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu.

Rumusan Masalah

1.     Apa itu konsep entalpi, dan entropi?

2.     Apa hukum kedua termodinamika ?

3.     Apa itu diagram fasa dan analisis perubahan fasa dalam sistem?

Tujuan

1.     Mengetahui apa itu konsep entalpi, dan entropi?

2.     Mengetahui apa hukum kedua termodinamika?

3.     Mengetahui apa itu diagram fasa dan analisis perubahan fasa dalam sistem?

Pembahasan

A.   Entropi, dan Entalpi

1.     Entropi

Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur panas/kalor

(energi) dalam sistem persatuan suhu yang tidak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan seberapa besar panas/kalor (energi) yang tidak dapat dipakai untuk melakukan kerja pada proses-proses termodinamika. Pada sistem yang terisolasi, saat terjadi transfer panas, energi panas berpindah dari sistem yang bersuhu tinggi ke sistem yang bersuhu rendah, maka entropi suatu sistem yang tertutup (terisolasi), hanya berjalan ke satu arah (bukan proses reversible), ini berarti pada sistem terisolasi entropi selalu naik atau secara alamiah entropi suatu proses cenderung berkembang ke arah peningkatan entropi. Jadi hukum kedua mengharuskan adanya perubahan entropi.

 

Ukuran dari perubahan energi atau gangguan selama proses kimia adalah entropi. Entropi dinyatakan dengan simbol ‘S’, dan selalu ditulis sebagai huruf besar/kapital. Dalam sebuah persamaan, entropi ditulis sebagai ‘ΔS’ karena mewakili gangguan dalam entropi selama proses kimia. Satuan SI untuk Entropi (S) adalah Joule per Kelvin (J/K). Suhu dalam persamaan entropi diukur pada skala suhu absolut atau Kelvin. Dimensi entropi adalah:


Semua proses yang sesuai dengan Hukum II Termodinamika dapat dibedakan atas: proses reversible (dapat balik) dan proses tak reversible/irreversible (tidak dapat balik). Proses reversible merupakan proses idealisasi, terjadi apabila perubahan tingkat keadaan pada suatu sistem sedemikian sehingga entropi tidak berubah, entropi juga tidak akan berubah pada proses balik sehingga proses dapat berlangsung dalam arah maju atau balik.

 

Dalam proses reversible ΔS = 0, sedangkan untuk proses irreversible, yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terjadi apabila perubahan tingkat keadaan pada sistem berlangsung sedemikian rupa sehingga entropinya bertambah besar dan pada proses balik, entropinya berkurang, keadaan ini tidak mungkin terjadi karena betentangan dengan hukum kedua termodinamika. Pada proses tak reversible terjadi perubahan entropi ΔS > 0.

 

Entropi sangat berbeda dengan energi. Entropi tidak kekal tetapi meningkat dalam semua proses nyata. Proses yang dapat balik (seperti pada mesin Carnot) adalah proses di mana perpindahan panas yang paling besar terjadi dan juga merupakan proses yang menjaga entropi, ada hubungan antara entropi dan ketersediaan energi untuk melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, entropi berhubungan dengan fakta, bahwa tidak semua perpindahan panas dapat diubah menjadi kerja. Dengan demikian diperoleh Hukum II Termodinamika yang dapat dirumuskan sebagai:

 

D ³S 0

Dapat dikatakan entropi alam selalu meningkat dengan:

∆Salam = ∆Ssistem + ∆Slingkungan

 

Nilai ∆S > 0 : proses berlangsung spontan

Nilai ∆S < 0 : proses berlangsung berlawanan secara sepontan

Nilai ∆S = 0 : proses dalam kesetimbangan

 

Dengan pendekatan gas ideal, persamaan entropi menjadi sebagai berikut:



Sehubungan dengan Hukum II Termodinamika, dikenal siklus Carnot yang

merupakan siklus reversible yang beroperasi di antara dua suhu T1 (awal) dan T2

(akhir) merupakan mesin yang paling efisien. Siklus Carnot terdiri dari dua proses

isotermal yang dihubungkan oleh dua proses adiabatik. Menurut Carnot, sebuah mesin kalor akan memiliki efisiensi maksimum jika proses-proses dalam mesin adalah reversible (dapat balik). Suatu proses reversible adalah suatu keadaan di mana kedua sistem dan lingkungannya dapat kembali ke keadaan semula, sama persis seperti sebelum terjadinya proses. Efisiensi dari mesin Carnot diberikan sebagai berikut.

 



 

2.     Entalpi

Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi mengukur perubahan panas atau perubahan energi internal sistem selama reaksi kimia di bawah tekanan konstan. Entalpi adalah ukuran total energi dalam sistem, meskipun selalu menunjukkan perubahan dalam sistem energi pada tekanan konstan karena total entalpi sistem tidak dapat diukur.

 

Entalpi dilambangkan sebagai ΔH. Sehingga, pada tekanan tetap, perubahan entalpi sama dengan kalor (q) yang diserap maupun kalor yang dilepas. Perubahan entalpi molar adalah perubahan entalpi dengan disertai reaksi atau perubahan zat dari unsur-unsur pembentuknya setiap 1 mol. Entalpi molar disebut juga entalpi pembentukan. Satuan entalpi molar adalah kJ/mol atau kJ mol-1. Perubahan entalpi dari pembentukan 1 mol zat langsung dari unsur-unsur pembentuknya disebut entalpi molar pembentukan atau entalpi pembentukan. Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:

 

H = U + pV

 

Di mana:

H = entalpi sistem (joule)

U = energi internal (joule)

P = tekanan dari sistem (Pa)

V = volume sistem (m3

PV hanya targantung keadaan awal dan akhir sistem. Perubahan entalpi (ΔH) adalah perubahan kalor yang terjadi pada suatu reaksi kimia. Perubahan entalpi atau ΔH ini merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi reaktan yang dirumuskan dengan:

ΔH = Hproduk – Hreaktan  

 

Jika H produk lebih kecil daripada H reaktan maka akan terjadi pembebasan kalor. Harga ΔH negatif atau lebih kecil daripada nol. Sebagai contoh:

2 H2 (g) + O2 (g) ® 2 H2O (l) + kalor atau

2 H2 (g) + O2 (g) ® 2 H2O (l) ® entalpi = ΔH < 0 atau negatif (-)

 

Jika H produk lebih besar daripada H reaktan maka akan terjadi penyerapan kalor. Harga ΔH positif atau lebih besar daripada nol. Sebagai contoh:

2 H2O (l) ® 2 H2 (g) + O2 (g) – kalor atau

2 H2O (l) ® 2 H2 (g) + O2 (g) ® entalpi = ΔH = + atau positif

 

Nilai entalpi yang negatif dari suatu sistem atau reaksi kimia, menunjukkan bahwa proses berlangsung secara eksoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan, sehingga kalor dari sistem akan berkurang. Tanda reaksi eksoterm adalah ΔH = – (negatif).

 

Nilai entalpi yang positif dari suatu sistem atau reaksi kimia, menunjukkan bahwa proses berlangsung secara endoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi dimana sistem menerima kalor dari lingkungan, sehingga kalor diserap oleh sistem dari lingkungan. Tanda reaksi endoterm adalah ΔH = + (positif)

 

B.    Hukum Kedua Termodinamika

Dalam Hukum Termodinamika II ini berkaitan dengan entropi dan memiliki kecenderungan  yang dari waktu ke waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan menyeimbangkan potensi kimia dalam terisolasinya sistem fisik. entropi adalah keseimbangan termodinamis, terutama mengenai perubahan energi yang hukumnya disebut dengan Hukum Termodinamika II. Dalam Hukum Termodinamika II ini menyatakan bahwa: “Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.”

 

Sebenarnya, Hukum Termodinamika I dianggap tidak dapat menjelaskan apakah suatu proses mungkin terjadi ataukah tidak mungkin terjadi. Maka dari itu, muncul lah Hukum Termodinamika II yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau besaran sistem yang ada. Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat sebuah mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin dengan efisiensi termal 100%. Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan hukum kedua termodinamika sebagai berikut :

 

“Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengalami sebuah proses di mana sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan awalnya”.

 

Formulasi Dalam Hukum Termodinamika II

Dalam Hukum Termodinamika II ini terdapat dua formulasi yang berguna untuk memahami konversi energi panas ke energi mekanik, yakni:

 

1.     Formulasi Kelvin-Planck

Formulasi yang pertama ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik”. Dengan kata lain, formulasi ini mengungkapkan bahwa memang tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan. Sehingga lebih baik menggunakan energi tersebut untuk menjalankan generator listrik tanpa menimbulkan efek lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer. Maka dari itu, setiap alat atau mesin pastilah memiliki nilai efisiensi tertentu. Efisiensi ini akan menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang telah diperolehnya dengan energi panas dari sumber suhu tertinggi.

 

2.     Formulasi Clausius

Dalam formulasi ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber dingin (yang memiliki suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke sumber panas (yang memiliki suhu tinggi) tanpa memberikan energi pada pompa untuk melakukan usah.

 

C.   Diagram Fasa dan Analisis Perubahan Fasa Dalam Sistem

Diagram fasa adalah representasi grafis dari hubungan antara suhu, tekanan, dan komposisi kimia dalam sistem yang menunjukkan kondisi di mana berbagai fase stabil atau metastabil dari suatu zat atau campuran zat terjadi. Diagram fasa sangat penting dalam memahami perubahan fasa dalam sistem, terutama dalam kimia dan metalurgi. Analisis perubahan fasa dalam sistem melibatkan pemahaman tentang bagaimana suhu, tekanan, dan komposisi memengaruhi transisi fasa dari padatan ke cairan, dan dari cairan ke gas.

 

Dalam diagram fasa, titik-titik tertentu menunjukkan kondisi di mana dua atau lebih fase berada dalam kesetimbangan. Misalnya, pada diagram fasa air, titik tertentu menunjukkan di mana air dapat berada dalam bentuk padat (es), cair, atau gas (uap). Perubahan suhu, tekanan, atau komposisi dapat mempengaruhi transisi antara fase-fase ini.

 

Analisis perubahan fasa dalam sistem juga melibatkan pemahaman tentang konsep seperti entalpi, entropi, dan energi bebas Gibbs. Misalnya, pada titik tertentu dalam diagram fasa, perubahan energi bebas Gibbs menentukan apakah suatu transisi fasa akan terjadi secara spontan.

 

Dengan memahami diagram fasa dan konsep-konsep termodinamika yang terkait, kita dapat menganalisis bagaimana perubahan suhu, tekanan, dan komposisi dapat mempengaruhi perubahan fasa dalam sistem, serta bagaimana kita dapat mengendalikan proses ini untuk aplikasi praktis dalam berbagai bidang ilmu, termasuk material, kimia, dan metalurgi.

Kesimpulan

Entropi adalah salah satu bersaran termodinamika yang mengukur panas/kalor (energi) dalam sistem persatuan suhu yang tidak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Ukuran dari perubahan energi atau gangguan selama proses kimia adalah entropi. Sehubungan dengan Hukum II Termodinamika dikenal dua proses, yaitu reversible (dapat balik) dan irreversible (tidak dapat balik). Dikenal siklus Carnot yang merupakan siklus reversible yang beroperasi diantara dua suhu T1 (awal) dan T2 (akhir) yang merupakan mesin yang paling efisien. Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Nilai entalpi yang negatif dari suatu sistem atau reaksi kimia, menunjukkan bahwa proses berlangsung secara eksoterm. Nilai entalpi yang positif dari suatu sistem atau reaksi kimia, menunjukkan bahwa proses berlangsung secara endoterm. Hubungan antara entalpi dan entropi ada dalam kaitan dengan Energi Bebas Gibbs. Sedangkan Hukum 2 termodinamika yaitu Hukum 2 termodinamika menyatakan bahwa aliran kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sedangkan Diagram fasa adalah representasi grafis dari hubungan antara suhu, tekanan, dan komposisi kimia dalam sistem yang menunjukkan kondisi di mana berbagai fase stabil atau metastabil dari suatu zat atau campuran zat terjadi. Analisis perubahan fasa dalam sistem juga melibatkan pemahaman tentang konsep seperti entalpi, entropi, dan energi bebas Gibbs. Misalnya, pada titik tertentu dalam diagram fasa, perubahan energi bebas Gibbs menentukan apakah suatu transisi fasa akan terjadi secara spontan.

Daftar Pustaka

Lula Nadia diakses pada 27 november 2023 https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PANG4112-M1.pdf

Kamal N diakses pda 27 november 2023 https://www.gramedia.com/literasi/hukum-termodinamika/

Deni Purbowai diakses pada 27 november 2023 https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-apa-itu-termodinamika-dan-penerapan-hukum-1-2-dan-3

Tabithac Manalu diakses pada 27 november 2023 https://www.academia.edu/35004818/Diagram_fasa

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Energi_bebas_termodinamika
 

Senin, 13 November 2023

TETAPAN IONISASI ASAM DAN BASA



Tetapan Ionisasi Asam dan Basa

Disusun Oleh: Ghefira Nanda Utami (Z07-GHEFIRA)

Abstrak

Tetapan ionisasi asam dan basa adalah konstanta yang digunakan untuk mengukur kekuatan asam atau basa dalam suatu larutan. Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai konsep dasar tetapan ionisasi asam dan basa, serta bagaimana cara menghitungnya. Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai tetapan ionisasi asam dan basa, serta bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendahuluan

Dalam kimia, asam dan basa adalah dua jenis senyawa yang sangat penting. Asam adalah senyawa yang dapat melepaskan ion H+ ketika dilarutkan dalam air, sedangkan basa adalah senyawa yang dapat melepaskan ion OH- ketika dilarutkan dalam air. Kekuatan asam atau basa dapat diukur menggunakan tetapan ionisasi asam dan basa. Konstanta ini digunakan untuk mengukur seberapa mudah suatu senyawa melepaskan ion H+ atau OH- dalam larutan.

Rumusan Masalah

1.     Apa itu tetapan ionisasi asam dan basa?

2.     Bagaimana cara menghitung tetapan ionisasi asam dan basa?

3.     Bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Tujuan

Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai tetapan ionisasi asam dan basa, serta bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan

A.   Konsep Dasar Tetapan Ionisasi Asam dan Basa

Tetapan ionisasi asam dan basa adalah konstanta yang digunakan untuk mengukur kekuatan asam atau basa dalam suatu larutan. Konstanta ini dinyatakan sebagai K, dan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

 



 




Keterangan:

 Ka = tetapan ionisasi asam

Kb = tetapan ionisasi basa

H+ = ion hidrogen

A - = ion asetat

HA = asam asetat

BH+ = ion ammonium

OH- = ion hidroksida

B = basa amonium

 

B.    Cara Menghitung Tetapan Ionisasi Asam dan Basa

Untuk menghitung tetapan ionisasi asam dan basa, kita perlu mengetahui konsentrasi ion H+ atau OH- dalam larutan. Konsentrasi ini dapat dihitung menggunakan pH atau pOH. pH adalah ukuran keasaman suatu larutan, sedangkan pOH adalah ukuran kebasaan suatu larutan. Kedua ukuran ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

 

pH = - log (H +)

 

pOH = - log (OH -)

 

Kita juga dapat menghitung pH atau pOH menggunakan konsentrasi ion H+ atau OH- dalam larutan. Persamaan untuk menghitung konsentrasi ion H+ atau OH- adalah sebagai berikut:

 

(H +) = 10 – pH

 

(OH -) = 10 – pOH

 

Setelah mengetahui konsentrasi ion H+ atau OH-, kita dapat menghitung tetapan ionisasi asam atau basa menggunakan persamaan yang telah disebutkan sebelumnya.

 

C.   Konsep Tetapan Ionisasi Asam dan Basa dalam Kehidupan Sehari-hari

Konsep tetapan ionisasi asam dan basa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Contohnya, pH darah manusia harus selalu berada dalam kisaran 7,35-7,45 agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Jika pH darah terlalu rendah atau terlalu tinggi, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Kesimpulan

Tetapan ionisasi asam dan basa adalah konstanta yang digunakan untuk mengukur kekuatan asam atau basa dalam suatu larutan. Konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Untuk menghitung tetapan ionisasi asam dan basa, kita perlu mengetahui konsentrasi ion H+ atau OH- dalam larutan, yang dapat dihitung menggunakan pH atau pOH.

Daftar Pustaka

Chang, R. (2010). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. H., Herring, F. G., Madura, J. D., & Bissonnette, C. (2011). General Chemistry: Principles and Modern Applications. New Jersey: Pearson Education.

https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/28-matakuliahkimiadasar/kimia-dasar/852-derajat-ionisasi-dan-tetapan-ionisasi#:~:text=Asam%20atau%20basa%20lemah%20yaitu,basa%20lemah%20merupakan%20reaksi%20kesetimbangan

 

 

Selasa, 07 November 2023

PENGEMBANGAN TERMAL ZAT PADAT

 







Pengembangan Termal Zat Padat

Disusun Oleh: Ghefira Nanda Utami (Z07-GHEFIRA)

Abstrak

Pengembangan termal zat padat adalah sebuah bidang penelitian yang berkaitan dengan mempelajari sifat termal dari zat padat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana zat padat berperilaku dalam hal konduktivitas termal, kapasitas panas, perubahan suhu, dan sifat termal lainnya.

Kata kunci: konduktivitas termal, kapasitas panas

Pendahuluan

Pengembangan termal zat padat Mencakup studi tentang perubahan suhu, panas, dan energi dalam benda padat. Ini melibatkan pemahaman mengenai konduktivitas termal, perubahan fase (seperti peleburan dan pembekuan), ekspansi termal, dan sifat-sifat termal material padat. Penelitian dalam ruang lingkup ini juga mencakup aplikasi teknologi termal seperti pendinginan dan pemanasan material, serta pengembangan bahan-bahan termal yang efisien untuk berbagai tujuan industri.

Bahan penyimpanan padat terutama lebih disukai untuk menyediakan kebutuhan penyimpanan termal dalam pemanasan ruangan gedung (hemat untuk pendinginan) dan aplikasi pemanasan suhu tinggi (matahari). Biasanya, bahan penyimpanan padat yang digunakan untuk aplikasi ini dapat dioperasikan pada suhu yang berkisar antara 40 hingga 75 °C untuk lapisan batuan/beton dan lebih dari 150 °C untuk logam.

Maksud di balik pengembangan bahan penyimpanan padat meliputi hal-hal berikut:

·       Mengurangi risiko terkait kebocoran bahan penyimpan panas akibat suhu tinggi

·       Kelayakan penggunaannya sebagai bahan penyimpanan pada suhu yang sangat tinggi (pembangkit listrik tenaga surya)

Rumusan masalah

1.     Apa yang dimaksud dengan kapasitas panas?

2.     Apa proses konduktivitas termal terhadap zat padat?

Tujuan

1.     Mengetahui yang dimaksud dengan kapasitas panas

2.     Mengetahui proses konduktivitas termal terhadap zat padat

Pembahasan

A.   Kapasitas Panas

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu massa suatu zat sebesar satu satuan tanpa menyebabkan perubahan fasa disebut kapasitas kalor (C) atau kapasitas termal . Ini menggambarkan kemampuan suatu zat untuk menyerap energi panas.

 

Karena merupakan sifat ekstensif, kapasitas panas didasarkan pada massa dan ukuran sampel. Hal ini menunjukkan bahwa, untuk sampel yang mengandung bahan dua kali lebih banyak daripada sampel lain, diperlukan energi panas (Q) dua kali lebih banyak untuk menghasilkan perubahan suhu yang sama. Kapasitas panas berbagai zat akan menentukan seberapa besar kenaikan suhunya. Pada hari yang panas, kursi logam yang terkena sinar matahari langsung mungkin menjadi hangat saat disentuh, sedangkan air dalam jumlah yang sama tidak akan terlalu panas jika terkena sinar matahari dalam jumlah yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa air mempunyai kapasitas panas yang tinggi. Logam biasanya tidak bereaksi dengan baik terhadap fluktuasi suhu, sedangkan air bereaksi dengan baik.

Rumus Kapasitas Panas

Kapasitas Panas untuk satuan massa suatu zat didefinisikan sebagai,

            C = ΔQ / ΔT

dimana

ΔQ: adalah jumlah kalor yang disuplai ke zat

ΔT: adalah perubahan suhu

Jenis Kapasitas Panas

1.     Kapasitas panas spesifik

Kapasitas panas spesifik didefinisikan sebagai banyaknya perubahan kalor yaitu kalor yang diserap atau dibuang suatu zat per satuan massa untuk mengubah suhunya sebesar satu satuan. Bila sejumlah kalor yang sama diterapkan pada zat berbeda bermassa sama, perubahan suhu yang dihasilkan tidaklah sama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap zat mempunyai nilai yang berbeda untuk jumlah kalor yang diserap atau dibuang untuk mengubah suhu satuan massanya sebesar satu satuan. Kapasitas kalor jenis suatu zat adalah ukuran besaran ini. Dilambangkan dengan huruf s.

Jika C adalah jumlah kalor yang diserap atau dibuang yaitu ΔQ oleh suatu zat bermassa m ketika mengalami perubahan suhu ΔT , maka kapasitas kalor jenis zat tersebut diberikan oleh

S = C/m = (1/m) (ΔQ / ΔT)

Oleh karena itu, kapasitas kalor jenis adalah sifat zat yang menentukan perubahan suhu sejumlah zat tertentu yang merupakan jumlah kalor yang diserap atau dibuang. Zat tertentu tidak mengalami perubahan fasa selama perubahan suhu. Hal ini tergantung pada sifat dan suhu zat. J kg –1 K –1 adalah satuan SI untuk kapasitas panas spesifik.

2.     Kapasitas panas molar

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 mol suatu zat sebesar satu derajat Celcius disebut kapasitas kalor molar. Satuan untuk mengukur dan menghitung kapasitas panas molar adalah Joule per mol per derajat Celsius. Oleh karena itu, besarnya bergantung pada jumlah mol zat yang terlibat.

Rumus untuk mencari kapasitas panas molar adalah,

Q = nC∆T

dimana,

q: adalah kalor yang diberikan

n: adalah mol zat

C: adalah kapasitas kalor molar benda

3.     Kapasitas Panas Molar pada Tekanan Konstan Cp

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu mol suatu zat sebesar satu derajat Kelvin pada tekanan konstan disebut Kapasitas Panas Molar pada Tekanan Konstan dan dilambangkan dengan Cp .

Rumus menghitung Kapasitas Panas Molar pada Tekanan Konstan Cp adalah,

Cp = dH/dt (pada tekanan konstan)

dimana,

Cp: melambangkan kalor jenis pada Tekanan Konstan

dH: adalah Perubahan Entalpi

dt: adalah Perubahan Suhu

4.     Kapasitas Panas Molar pada Volume Konstan Cv

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu mol suatu zat sebesar satu derajat Kelvin pada volume konstan disebut Kapasitas Panas Molar pada Volume Konstan dan dilambangkan dengan Cv .

Rumus menghitung Kapasitas Panas Molar pada Tekanan Konstan Cv adalah,

Cv = dH/dt (pada volume konstan)

dimana,

Cv: melambangkan kalor jenis pada Tekanan Konstan

dH: adalah Perubahan Entalpi

dt: adalah Perubahan Suhu

B.   Konduktivitas Termal

Konduktivitas atau keterhantaran termal, adalah suatu besaran intensif  bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Panas yang di transfer dari satu titik ketitik lain melalui salah satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduktivitas termal merupakan persamaan laju aliran panas dikali jarak  persatuan luas dan perbedaan suhu.

Proses konduktivitas termal yaitu ketika panas dialirkan melalui zat padat , panas berpindah melalui agitasi molekul atau atom dan kontak antar partikel. Perpindahan panas bukanlah hasil pergerakan atom atau molekul melalui benda padat. Dalam benda padat, panas berpindah sepanjang perbedaan suhu (disebut gradien suhu) dari area bersuhu tinggi dan dengan agitasi partikel tinggi ke area bersuhu rendah dan dengan demikian agitasi partikel rendah. Perpindahan energi panas ini berlanjut hingga semua bahan penyusun zat padat berada pada kesetimbangan termal , artinya suhu seluruh bahan adalah sama. Waktu yang diperlukan agar hal ini terjadi bergantung pada beberapa faktor, termasuk besarnya perbedaan suhu di dalam material dan karakteristik termal material itu sendiri. Karakteristik ini mencakup komposisi atom atau molekul material dan jaraknya, yang dikenal sebagai panjang jalur yang harus dilalui panas.

 

Jika bahan penghantarnya berupa cairan atau gas , panas berpindah melalui agitasi partikel serta melalui pergerakan atom atau molekul itu sendiri. Konduksi termal terjadi paling cepat pada benda padat dan paling lambat pada gas. Ketika materi berada dalam fase gas, partikel-partikelnya memiliki jarak yang lebih jauh sehingga lebih jarang bertabrakan. Tumbukan ini mentransfer energi panas , sehingga lebih sedikit tumbukan menyebabkan laju konduksi panas yang lebih rendah.

Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang saya dapat berikan yaitu Pengembangan termal zat padat melibatkan pemahaman mendalam tentang beberapa aspek, seperti konduktivitas termal yang dimana studi tentang sejauh mana panas dapat merambat melalui suatu material. Material dengan konduktivitas termal yang tinggi dapat menghantarkan panas dengan efisien. Kemudian ada juga kapasitas panas yang dimana banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu massa suatu zat sebesar satu satuan tanpa menyebabkan perubahan fasa disebut kapasitas kalor (C) atau kapasitas termal.

 

Daftar Pustaka

Anoopraj, Mayurigrover, Satyam sharma, diperbarui 23 maret 2023 ( diakses pada 5 nov 2023) https://www.geeksforgeeks.org/heat-capacity/

Fahrijal Wahid Siregar universitas negeri medan 2018 (diakses pada 6 november 2023) https://www.academia.edu/36396710/SIFAT_THERMAL_ZAT_PADAT_KRISTAL?email_work_card=view-paper

Ken Stewart (diakses pada 6 nov 2023) https://www.britannica.com/science/thermal-conductivity

Buku kimia dasar yayan sunarya