.

Jumat, 16 Februari 2018

Budidaya Padi organik

Sony Ariyanto (G10-Sony)

Abstrak
   Banyak produk dalam pasaran yang menggunakan bahan kimia yang sulit diurai makluk hidup dan mencemarkan lingkungan hidup bahkan membahayakan bagi beberapa spesies dalam jangka waktu tertentu. Oleh sebap itu dibuat inovasi produk yang ramah akan lingkungan dan tidak berbahaya bagi makhluk hidup. Beras organik adalah beras yang dihasilkan melalui proses budidaya organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida (racun hama) kimia. Sedangkan proses organik adalah budidaya di tanah yang ramah lingkungan, tidak menggunakan pupuk dan pestisida (racun hama) kimia. Proses ini akan menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem di dalamnya.

Kata Kunci : Kimia inovatif mengurangi dan menghilangkan dampak bahan kimia berbahaya.

Pertanian organik semakin mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Semakin banyak yang menyadari arti kesehatan baik untuk manusia maupun lingkungan selain kecukupan pangan saat ini. Produk pertanian organik diyakini dapat menjamin kesehatan manusia dan lingkungan karena dihasilkan melalui proses produksi yang berwawasan lingkungan (Widiarta, 2011). Praktek budidaya padi organik memiliki beberapa kelebihan diantaranya ke-seimbangan tanah dapat terjaga karena tidak menggunakan pupuk anorganik dan pestisida kimia, namun menggunakan pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman.sisa tanaman, Pupuk kandang, pembenah tanah, dan zat pengatur tumbuh.

Fungsi bahan organik diantaranya menjadi sumber makanan bagi mikro-organisme tanah sehingga perkembangan-nya menjadi lebih cepat (Hadisuwito, 2008). Mikroorganisme atau mikroba yang hidup pada pertanian organik dapat memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan keparahan penyakit . Kelimpahan hama secara langsung berkaitan dengan kelimpahan musuh alami di pertanaman padi.Hal yang tidak kalah penting dalam praktek budidaya padi organik adalah peranan bahan organik dalam meningkat-kan kesuburan tanah yang akan menentukan produktivitas tanah. Peranan bahan organik tidak hanya berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang jauh lebih penting dapat memperbaiki struktur tanah, mempermudah pengolahan tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang berdampak positif bagi pertumbuhan tanaman (Atmojo, 2003). Bahan organik yang diperbolehkan dalam sistem pertanian organik diantaranya pupuk hayati, kompos .

Proses budidaya beras organik dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, seperti kompos, pupuk hijau maupun pupuk hayati. Untuk pemberantasan hama menggunakan pestisida alami yang dihasilkan dari daun-daunan dan buah-buahan yang difermentasikan secara alami. Proses organik dapat memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, serta membangun ekosistem yang berkelanjutan. Proses organik juga dapat mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Singkat kata, bertani organik pendekatannya harus terintegrasi. Dimulai dari bibit yang ditanam, proses pembenihan, pengelolaan setelah dilapangan, asupan kesuburan, proses pemanenan sampai kepada pengolahan pasca panen haruslah memakai prinsip-prinsip organik. Jika sudah demikian, sekalipun bertani organiknya belum tersefikasi? Besar harapan maka ketika dilakukan pemeriksaan terhadap proses dan hasil pertanian organiknya, sudah mendekati aturan main sertifikasi organik. Proses pengeringan konvensional, keringnya padi masih menggunakan tenaga matahari.

Beras organik dihasilkan dari:
  •     Padi jenis lokal (non transgenik)
  •     Dibudidayakan tanpa pestisida
  •     Menggunakan pupuk organik
  •     Menggunakan air yang tidak tercemar
  •     Diproses tanpa poles (tanpa bahan pengawet)
PENANAMAN PADI SECARA ORGANIK
Bertanam padi secara organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi pada pelaksanaan intensifikasi yang dilakukan petani. Perbedaannya hanya pada pemilihan varietas, penggunaan pupuk dan pestisida.

1. Pemilihan Varietas
Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan benih tanaman non-hibrida. Selain untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik.
Varietas padi yang cocok ditanam secara organic hanya jenis atau varietas alami. Padi yang dapat ditanami antara laian adalah Rojolele, Mentik, Pandan dan Lestari. Di Indonesia padi Rejolele merupakan padi berkualitas terbaik untuk dikonsumsi sehingga harganya pun palaing mahal (Rp. 20.000 – Rp 25.000/kg).

2. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan pada dasarnya adalah pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanami. Prinsip pengolahan tanah adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lunak dan sangat halus. Selain kehalusan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka akan makin banyak unsure hara dalam kaloid yang dapat larut. Keadaan ini akan berakibat makin banyak unsure hara yang dapat diserap akar tanaman.

3. Penanaman
Bila lahan sudah siap ditanami dan bibit dipesemaian sudah memenuhi syarat, maka penanaman dapat segera dilakukan. Syarat bibit yang baik untuk dipindahkan kelahan penanaman adalah tinggi sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama penyakit, serta jenisnya seragam.
Jarak tanam dilahanpun mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas padi. Penentuan jarak tanam sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat varietas dan kesuburan tanah. Bila varietasnya memiliki sifat merumpun tinggi maka jarak tanamnya harus lebih lebar dari padi yang memiliki sifat merumpun rendah. Sementara bila tanah sawah lebih subur, jarak tanam harus lebih lebar dibanding tanah kurang subur. Jarak tanam yang paling banyak digunakan petani adalah 25 x 25 cm dan 30 x 30 cm.

4. Pemupukan
a. Pupuk Dasar
Pupuk organik yang digunakan berupa pupuk kandang atau kompos matang sebanyak 5 ton/ha. Pemberian dilakukan saat membajak sawah kedua dengan cara disebar merata keseluruh permukaan sawah. Pemberian pupuk bokashi lebih hemat dibanding pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5 – 2 ton/ha
b. Pemupukan Susulan
* Susulan Pertama saat tanaman sekitar 15 hari. Pupuk yang diberikan berupa pupuk kandang sebanyak 1 ton/ha atau 0,5 ton/ha kompos fermentasi. Pem,berian ditabur disela-sela tanaman padi.
* Susulan Kedua pada saat tanaman berumur 25 – 60 hari dengan frekuensi seminggu sekali. Pupuk yang diberikan berupa pupuk organic cair buatan sendiri yang kandungan N-nya tinggi. Dosis sebanyak 1 liter pupuk yang dilarutkan dalam 17 liter air. Cara pemberian dengan disemprot pada daun tanaman.
* Susulan Ketiga dilakukan saat tanaman memasuki fase generatif atau pembentukan buah, yaitu setelah tanaman berumur 60 hari. Pupuk yang digunakan mengandung unsure P dan K tinggi. Dosis 2-3 sendok makan pupuk P yang dicampur dalam 15 liter atau satu tangki kecil pupuk.
* Pupuk disemprot ketanaman dengan frekwensi seminggu sekali. Pemberian pupuk tersebut dapat dihentikan bila sebagian besar bulir padi sudah tampak menguning.

5. Penyiangan.
Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma. Gulma yang sudah dicabut dapat dibuang keluar areal sawah atau dipendam dalam lumpur sawah sedalam-dalamnya. Dalam satu musim tanam, dilakukan tiga kali penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 3 minggu, kedua umur 35 hari dan ketiga umur 55 hari.

6. Pengairan
Meskipun secara umum air yang tergenang dibutuhkan padi sawah, namun ada saatnya sawah harus dikeringkan agar pertumbuhan dan produktivitas tanaman menjadi baik. Itulah sebabnya pemasukan dan pengeluaran air harus dilakukan
a. Penggenangan air
Agar produktivitas dan pertumbuhan tanaman menjadi baik, penggenangan bukan dilakukan secara sembarangan. Ketinggian air genangan perlu disesuaikan dengan fase perrtumbuhan tanaman.
– Awal pertumbuhan, petakan sawah harus digenangi air setinggi 2 – 5 cm dari permukaan tanah selama 15 hari atau saat tanaman mulai membentuk anakan.
– Pembentukan anakan, ketinggian air perlu ditingkatkan dan dipertahankan antara 3 – 5 cm, hingga tanaman terlihat bunting. Bila ketinggian air lebih dari 5 cm, pembentukan anakan atau tunas akan terhambat. Sebaliknya, bila ketinggian airnya kurang dari 3 cm, gulma akan mudah tumbuh.
– Masa bunting, air dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Ketinggian air sekitar 10 cm. Kekurangan air pada fase ini harus dihindari karena dapat berakibat matinya primordia. Kalau primordia tidak mati, bakal butir gabah akan kekurangan makanan sehingga banyak terbentuk butir gabah hampa.
– Pembungaan, ketinggian air dipertahankan antara 5 – 10 cm. Kebutuhan air pada fase ini cukup banyak. Namun bila mulai tampak keluar bunga maka sawah perlu dikeringkan selama 4 – 7 hari. Ini dilakukan agar pembungaan terjadi atau berlangsung secara serentak. Pada saat bunga muncul serentak, air segera dimasukan kembali agar makanan dan air dapat terserap sebanyak-banyaknya oleh akar tanaman. Ketinggian air tetap 5 – 10 cm.
b. Pengeringan Sawah.
Pengeringan tidak dilakukan pada semua fase pertumbuhan tanaman, tetapi hanya pada fase sebelum bunting dan fase pemasakan biji.
Tujuan utama pengeringan sawah adalah untuk memperbaiki aerasi tanah, memacu pertumbuhan anakan, meningkatkan suhu dalam tanah, meningkatkan perombakan bahan organic oleh jasad renik, mencegah terjadinya busuk akar, serta mengurangi populasi berbagai hama. Selain itu, untuk fase-fase tertentu, tujuan pengeringannya berbeda sehingga perlu diulakukan secara tepat pada fase trersebut. Cara pengeluaran air adalah dengan membuka saluran pembuangan dipinggir lahan sehingga air keluar melalui alur yang sudah dibuat ditengah-tengah lahan.
– Menjelang bunting, bertujuan untuk menghentikan pembentukan anakan atau tunas karena pada saat ini tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan generatif. Lama pengeringan lahan 4 – 5 hari. Keadaan seperti ini akan merangsang pertumbuhan generatif sehingga tanaman akan berbunga serentak.
– Pemasakan biji, adalah untuk menyeragamkan biji dan mempercepat pemasakan biji. Patokan pengeringan adalah saat seluruh bulir padi mulai menguning. Pengeringan jangan dilakukan sebelum semua bulir tampak menguning karena dapat berakibat malai padi menjadi kosong. Pengeringan ini dilakukan hingga saat padi dipanen.

7. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit padi organik perlu dilakukan secara terpadu antara budidaya, biologi, fisik (perangkap atau umpan), dan kimia (pestisida organik)

8. Panen
Panen merupakan saat yang ditunggu-tunggu setiap petani. Pada dasarnya panen dan penanganan lepas panen (pasca panen) padi yang ditanam secara organic tidak berbeda padi yang ditanam secara konvensional. Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk. Tangkai padi menunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen






Daftar Pustaka

 Atmojo SW. 2003. Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan upayapengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 36 Hal.
Widiarta IN, Kusdiaman D, dan Suprihanto. 2006. Keragaman arthropoda pada padi sawah dengan pengelolaan tanaman terpadu. Jurnal HPT Tropika 6 (2): 61-69.
Widiarta A. 2011. Analisis keberlanjutan praktik pertanian organik di kalangan petani. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. 160 Hal.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.