.

Jumat, 16 Februari 2018

GREEN BUILDING


Oleh : Jessica Siahaan
@F18-Jessica

ABSTRAK

Sektor bangunan memiliki dampak besar tidak hanya pada kehidupan ekonomi dan sosial, tetapi juga pada lingkungan alam yang dibangun. Meskipun penerapan bangunan hijau dapat mengurangi kerusakan lingkungan, namun tidak semua bangunan baru didisain dan dibangun dengan menerapkan konsep bangunan hijau. Hal ini disebabkan karena penerapan konsep bangunan hijau tidak mudah, dan disamping itu terdapat tantangan yang menghambat penerapan konsep bangunan hijau.
Dalam konsep bangunan hijau ini diperlukan suatu acuan yang pengembangannya menuju konsep bangunan hijau yang terukur/obyektif, disesuaikan dengan kondisi yang ada, dan dilakukan evaluasi secara periodik, dimana inti pencapaian dari semua itu adalah dapat memenuhi peraturan yang berlaku, penghematan energi, mengurangi beban infrastruktur kota, konservasi sumber daya, dan pengakuan atas komitmen bangunan hijau.
Kata Kunci : Bangunan Hijau



PENDAHULUAN

Ditengah ancaman krisis energi yang kian membayangi Indonesia, kesadaran akan pentingnya manajemen energi yang efisien sangat perlu untuk terus tumbuh.
Menurut Rana Yusuf Nasir, Direktur Pelatihan dan Edukasi Green Building Council Indonesia (GBCI), bahwa semua pihak harus waspada.
Efek dari perkembangan di sektor bangunan tinggi ini harus diwaspadai oleh semua pemangku kepentingan, yaitu kurangnya ketersediaan energi, khususnya listrik, yang mutlak diperlukan untuk konstruksi maupun operasionalisasi bangunan.
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).


BATASAN MASALAH

Bagaimana penerapan konsep bangunan hijau?


PEMBAHASAN

Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus. Untuk mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge).
Pada akhirnya di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan krisis ekonomi sekarang, cara pandang merencanakan atau merenovasi bangunan sudah harus mulai diubah. Bagaimana menghadirkan bangunan yang hemat (bahan bangunan, waktu, tenaga) yang berujung pada penghematan anggaran biaya dengan tetap menjaga kualitas dan tampilan bangunan, serta ramah lingkungan. 


KESIMPULAN

Bangunan menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan.
Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017). Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Penerbit Pantona Media. Jakarta.

Kompas. 2008. Bangunan Hijau, Hemat dan Ramah Lingkungan. http://nasional.kompas.com/read/2008/05/29/14062635/bangunan.hijau.hemat.dan.ramah.lingkungan (diunduh tanggal 17 Februari 2018)

Mulia, Anggun. 2015. Kriteria Bangunan Hijau dan Tantangannya Pada Proyek Konstruksi Di Surabaya. http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-sipil/article/view/3884/3488 (diunduh tanggal 17 Februari 2018)

Nurul, Fitriyah. 2008. Penerapan Konsep Bangunan Ramah Lingkungan Melalui Konstruksi Green Panel Sebagai Alternatif Peningkatan Kenyamanan Dalam Ruang. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=5531&val=201 (diunduh tanggal 17 Februari 2018)

Ragam . 2014. Bangunan Hijau Solusi Efisiensi Gedung Tinggi. http://www.jurnalasia.com/ragam/bangunan-hijau-solusi-efisiensi-gedung-tinggi/ (diunduh tanggal 17 Februari 2018)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.