.

Minggu, 07 Agustus 2016

PENCEMARAN DAN LIMBAH KEPENDUDUKAN

PENCEMARAN DAN LIMBAH KEPENDUDUKAN

*MIND MAPPING



4.2.3. Polusi Udara
1). Aplikasi Boiler Fluidized Bed Combustor Temperatur pembakaran pada boiler tipe Fluidized Bed Combustor (FBC) relatif lebih rendah dibandingkan dengan boiler Pulverized Coal Combustion (PBC) yaitu sebesar 1500o C, yang memberikan kemungkinan terjadinya reduksi NOx. Diperkirakan sekitar 12% dari nitrogen yang terdapat dalam batubara akan dihasilkan dalam gas buang .5) Dalam aliran gas buang, nitrogen akan terdapat sebagai ammonia. Ammonia yang terbawa bersama gas buang dapat dijadikan bahan bakar bersama campuran gas yang lainnya.

2). Aplikasi Proses Untuk Hasil Samping Elemen sulfur yang diperoleh dari gas buang melalui proses Stretford diperoleh sebagai hasil samping yang dapat dijual kepaa pengguna sulfur di industri. Selain itu juga diperoleh kira-kira 2 ton seng oksida limbah absorbant dari pabrik hidrogen. 5) Sludge yang diperoleh dari proses Stretford diteruskan ke unit pembuangan khusus yang telah disediakan. Sulfur recovery unit menggunakan sistem Claus yang konvensional untuk mengkonversikan perolehan H2S menjadi elemen sulfur, sebagai produk samping, terutama pada proses yang memakai pirit (FeS2) sebagai katalisnya. Pada kasus limonite (FeOOH) sebagai katalis , elemen sulfur diresirkulasi ke dalam unit persiapan slurry batubara untuk dipakai sebagai promotor bagi katalis.

3). Pembuangan Hidrokarbon Melalui Insinerator Proses pencairan merupakan sistem tertutup dimana seluruh gas hidrokarbon dan uap air terkumpul. Dengan demikian aliran gas dari proses yang mengandung hidrokarbon, di dalam insinerator akan menghasilkan polutan, dari senyawa CO2 dan H2O. Contohnya buangan gas dari separator atau alat pemisah minyak batubara dan air, dari pompa vakum pada unit de-ashing, dan dari separator untuk proses hidrogenasi. Keseluruhan gas tersebut diarahkan dan dialirkan ke dalam insinerator.

4). Aplikasi sistem tertutup Batubara sebagai bahan baku proses pencairan merupakan sumber debu yang sangat potensial dalam sistem pencairan batubara, dan ini sudah dibuktikan pada pengoperasian skala pilot. Teknik penanganan batubara seharusnya sudah mengadopsi teknik untuk mengurangi efek debu ke lingkungan. Seperti pada lokasi batubara di Morwell (Australia), suatu penambangan terbuka, pengangkutan dilakukan dalam truk tertutup untuk mencegah rugi-rugi batubara karena angin, dan untuk mencegah debu. Demikian juga penyimpanannya merupakan sistem tertutup. Pada bangunan coal bunker dimana batubara pertama kali dipersiapkan untuk dikeringkan, aliran udara dari pengering batubara yang membawa serta debu, akan dilalukan ke alat mekanik penangkap debu dan wet scrubber untuk mengangkat sisa partikel debu yang amat halus. Buangan udara melalui kipas yang dipasang pada bangunan coal bunker diperkirakan melewatkan 0,10 g/Nm3 partikel pada laju aliran udara 6470 Nm3/jam.6)


5). Treatment Gas dari Reaksi Hidrogenasi Berbagai komponen gas dari unit separator setelah keluar dari reaktor primer dan sekunder, langsung dialirkan ke unit pemisahan gas asam (Proses Benfield) dimana CO2 dan H2S dihilangkan. Aliran gas sebelum masuk ke sistem Benfield masih mengandung hidrogen, hidrokarbon, hidrogen sulfida, ammonia, dan karbon dioksida. 1) Melalui proses Benfield aliran gas dibawa untuk terjadinya kontak dengan larutan pottasium karbonat. Hidrogen dan hidrokarbon akan dipisahkan dari gas-gas lainnya kemudian dilewatkan pada unit PSA, dimana hidrogen akan terpisah dari hidrokarbon. Hidrogen akan diresirkulasi ke dalam reaktor hidrogenasi sedangkan hidrokarbon kemudian digunakan untuk bahan bakar. Gas H2S, ammonia dan carbon dioksida yang terlarut dalam pottasium karbonat dilewatkan pada menara regenerasi dimana gas-gas dilepaskan melalui pemanasan bersama larutan Benfield, untuk diolah lebih lanjut. Gas H2S dapat dikeluarkan melalui aplikasi proses Stretford. 

4.2.2. Limbah Cair Pengolahan limbah cair dari hasil konversi batubara merupakan salah satu aspek penting yang membutuhkan penanganan dan kontrol yang serius. Pada kenyataannya sangat sulit untuk menghindarkan terlarutnya mineral dari batubara dalam limbah cair meskipun dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga kemungkinan akan bersifat meracuni. Apalagi dalam kasus pabrik pencairan batubara di daerah Banko, limbah cair dari proses harus dibuang ke Sungai Enim, yang merupakansatu-satunya sumber air terbesar bagi masyarakat disekitarnya. Sehubungan dengan sifat kimiawi dari batubara yang sangat potensial terhadap pencemaran, untuk itu dikembangkan model penanganan limbah cair yang terintegrasi terdiri dari unit raw water treatment dan waste water treatment. 2) Adapun diagram alir dari proses pengolahan limbah cair tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pengolahan limbah cair dengan kadar organik yang tinggi dapat menggunakan insinerator, yang merupakan hasil riset dan pengembangan proses skala pilot.6) Sementara limbah cair yang rendah kandungan organiknya dilakukan dengan teknologi pengolahan air bersih. Alat pengolah limbah meliputi unit biologik aerobik dengan activated sludge atau filtrasi biologik, penghilangan warna dengan perlakuan karbon aktif, penyesuaian pH dan blending secara hati-hati ke dalam aliran air untuk mencapai kualitas tertentu. Insinerator yang menerima limbah cair akan dinyalakan dengan kelebihan naphta dari proses. Limbah cair diuapkan dengan disemprotkan ke dinding refraktori dari insinerator, pada temperatur di atas 760o C untuk selama lebih dari 0,3 detik. Kondisi tersebut dapat menjamin kesempurnaan proses pembakaran zat organik dalam limbah cair, sehingga menghilangkan setiap senyawa yang potensial menghasilkan bau.6)


Insinerator akan dikontrol secara otomatis untuk hal-hal sebagai berikut:.       
  1. Mempertahankan temperatur ruang pembakaran pada 760o C dan menjamin bahwa tidak diperoleh limbah cair jika temperatur lebih rendah
  2.  Mempertahankan kelebihan oksigen untuk menjamin pembakaran senyawa organik dalam limbah cair
  3. Membatasi laju umpan limbah cair dan mempertahankan detention time selama 0,3 detik dalam incinerator

4.2.3. Limbah Padat Berdasarkan cara pembuangan limbah padat dibedakan sebagai berikut.2) Pembuangan dilakukan pada landfill bagi jenis limbah padat berupa sisa katalis dari reaktor unggun tetap, abu sisa pembakaran dari boiler, dan bagi filter cake dari unit pengolahan air, serta berbagai jenis sampah. Sementara bagi sampah padat yang berupa sludge umumnya dibakar dalam insinerator, baik activated sludge dari unit pengolahan limbah cair maupun bottom sludge dari tangki pengendapan, serta sebagian sampah di sekitar kegiatan industri. Penggunaan insinerator untuk menangani limbah padat berupa sludge sudah dilakukan untuk proses pencairan pada skala pilot.6) Salah satu metode penanganan abu adalah mencampurnya dengan sisa tanah dari hasil pengerukan tambang, untuk selanjutnya dapat dipakai sebagai pupuk. Teknik pemanfaatan limbah padat seperti itu telah diterapkan di Australia.

KESIMPULAN
Cara yang paling tepat menangani plant teknologi batubara bersih adalah mengontrol pendayagunaan input secara efisien, meminimumkan dampak terhadap ekosistem, dan mengontrol pembuangan polutan. Teknologi BCL Process yang didisain untuk mengkoversikan batubara muda menjadi bahan bakar minyak sintetis mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi, sehingga secara tidaklangsung dapat meminimalkan dampak pencemaran. Dari pengoperasian proses tersebut pada skala pilot terbukti dan berdasarkan kajian awal terhadap proses tersebut di Indonesia, diketahui pencemaran yang dihasilkan masih berada di bawah ambang batas. Namun observasi mengenai aspek pencemaran dari pabrik pencairan secara lebih detail masih perlu dilaksanakan.
faatan limbah padat seperti itu telah diterapkan di Australia.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Tamura, M., et al.1997. Training Materials on Coal Liquefaction Technology. NBCL. Takasago. Japan. Sept-Nov 1997.
  2. -----------.1997. Report on Appplicability Study of Coal Liquefaction in Indonesia. BPPT-NEDO. Jakarta.
  3. Yusnitati et al. 1998. Potensi Pencemaran Plant Batubara Cair. BPPT. Jakarta. Laporan Teknis.
  4. Cheremissinoff, N.P. 1979. Gasohol from Energy Production. Ann Arbor Science. Ann Arbor, Mich.
  5. ----------.1981. Propsed Pilot Plant at Morwell. Environmental Effects Atatement and Draft Environmental Impact Statement. Kinhill Pty Ltd.Melbourne.
  6. ----------. 1994. Brown Coal Liquefaction Project Report. NEDO/NBCL.Tokyo.

REFERENCE

http://www.mongabay.co.id/2014/02/24/batubara-rusak-lingkungan-sumber-beragam-penyakit-sampai-hancurkan-pangan-dan-budaya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.