@Kel-P09,@P09-Rosa,@P17-Gimawati
I.
Pendahuluan
Atom terdiri atas proton,neutron,dan electron. Proton dan neutron berada
di dalam inti atom. Sedangkan electron terus berputar mengelilingi inti atom
karena muatan listriknya. Semua electron bermuatan negatif (-) dan semua proton
bermuatan positif (+). Sementara itu neutron bermuatan netral.
II.
Pembahasan
A.
Menentukan Struktur Atom Berdasarkan
Tabel Periodik
1. Partikel Dasar Penyusun Atom
Atom
adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur
tersebut. Struktur atom menggambarkan bagaimana partikel-partikel dalam atom
tersusun. Atom tersusun atas inti atom dan dikelilingi elektron-elektron yang
tersebar dalam kulit-kulitnya. Secara sistematis dapat digambarkan
partikel-partikel subatom sebagai berikut.
Sebagian
besar atom terdiri dari ruang hampa yang di dalamnya terdapat inti yang sangat
kecil di mana massa dan muatan positifnya dipusatkan dan dikelilingi oleh
elektron-elektron yang bermuatan negatif. Inti atom tersusun atas sejumlah
proton dan neutron. Jumlah proton dalam inti atom menentukan muatan inti atom,
sedangkan massa inti ditentukan oleh banyaknya proton dan neutron. Selanjutnya
ketiga partikel subatom (proton, neutron, dan elektron) dengan kombinasi
tertentu membentuk atom suatu unsur yang lambangnya dapat dituliskan:
X : lambang suatu unsur
Z : nomor atom
A : nomor massa
2. Memahami Susunan dari Sebuah Atom
a. Lihatlah nomor atom dari tabel
periodik. Nomor atom selalu lebih kecil dari nomor massa.
b. Nomor atom merupakan jumlah proton. Oleh
karena sifat atom netral, maka nomor atom juga merupakan jumlah elektron.
c. Susunlah elektron-elektron dalam
level-level energi, selalu isi level terdalam sebelum mengisi level luar.
Contoh: Mencari susunan dari atom klor.
1) Dalam tabel periodik tertera klor
bernomor atom 17.
2) Oleh karenanya atom klor terdiri
dari 17 proton dan 17 elektron.
3) Susunan dari elektron-elektron
tersebut yaitu 2,8,7 (2 di level pertama, 8 di level kedua, dan 7 di level ketiga). Cara pengisian elektron model ini
dijelaskan pada sub subbab konfigurasi elektron.
Cara pengisian elektron model lain dijelaskan
sebagai berikut.
Alur pengisian ikuti anak panah: 1s2 –
2s2 – 2p6 – 3s2 – 3p6 – 4s2 – 3d10 dst.
Dua hal penting yang perlu diperhatikan
jika Anda melihat susunan dalam tabel periodik.
a. Jumlah elektron pada tingkat terluar (atau
kulit terluar) sama dengan nomor golongan (kecuali helium yang hanya memiliki 2
elektron. Gas Mulia biasa disebut dengan golongan 0 bukan golongan 8). Hal ini
berlaku di seluruh golongan unsur pada tabel periodik (kecuali unsur-unsur
transisi). Jadi, jika Anda mengetahui bahwa barium terletak pada golongan 2,
berarti barium memiliki 2 elektron pada tingkat terluar; iodium merupakan
golongan 7 yang berarti iodium memiliki 7 elektron pada tingkat terluar.
b. Gas mulia memiliki elektron penuh
pada tingkat terluar.
B.
Nomor Atom dan Nomor Massa
Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas
satu sama lain. Dengan penemuan partikel penyusun atom dikenal istilah nomor
atom (Z) dan nomor massa (A). Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor
atom dan nomor massa. Di mana:
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
1. Nomor Atom (Z) Nomor atom (Z)
menunjukkan jumlah proton (muatan positif) atau jumlah elektron dalam atom
tersebut. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur. Oleh karena atom
bersifat netral maka jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya, sehingga
nomor atom juga menunjukkan jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya
paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum
lambang unsur.
2. Nomor Massa (A) Massa elektron sangat kecil
dan dianggap nol sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan
neutron. Nomor massa (A) menyatakan banyaknya proton dan neutron yang menyusun
inti atom suatu unsur. Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur.
C.
Isotop, Isobar, dan Isoton Suatu Unsur
Setelah penulisan lambang
atom unsur dan penemuan partikel penyusun atom, ternyata ditemukan adanya
unsur-unsur yang memiliki jumlah proton
yang sama tetapi memiliki massa atom yang berbeda. Ada pula unsur-unsur yang
memiliki massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda. Oleh karena itu,
dikenallah istilah isotop, isoton, dan isobar.
1.
Isotop
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi memiliki nomor
massa berbeda.
Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia
yang sama karena jumlah elektron valensinya sama. Isotop-isotop unsur ini dapat
digunakan untuk menentukan massa atom relatif (Ar ) atom tersebut berdasarkan
kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop.
2. Isobar Isobar adalah unsur-unsur yang
memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor massa sama. Sehingga antara dan merupakan isobar.
3. Isoton Atom-atom yang berbeda tetapi
mempunyai jumlah neutron yang sama. Contoh: isoton antara dan .
D.
Menentukan Elektron Valensi
1.
Konfigurasi Elektron Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan
kulit-kulit atom tersebut. Setiap kulit atom dapat terisi elektron maksimum 2 , di mana n merupakan letak kulit. Jika n = 1
maka berisi 2 elektron Jika n = 2 maka berisi 8 elektron Jika n = 3 maka berisi
18 elektron dan seterusnya.
Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N, dan seterusnya dimulai dari yang
terdekat dengan inti atom.
Elektron disusun sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi
maksimum sesuai daya tampung kulit tersebut. Jika masih ada sisa elektron yang
tidak dapat ditampung pada kulit tersebut maka diletakkan pada kulit
selanjutnya.
Perhatikan konfigurasi elektron pada unsur
dengan nomor atom 19. Konfigurasi elektronnya bukanlah K L M N
2 8 9
tetapi 2 8 8 1
Hal
ini dapat dijelaskan bahwa elektron paling luar maksimum 8, sehingga sisanya
harus 1 di kulit terluar. Begitu pula dengan nomor atom 20. Bagaimana dengan
unsur dengan nomor atom 88?.
Unsur dengan nomor atom 88 akan terisi sesuai dengan kapasitas kulit
pada kulit K, L, M, dan N serta masih ada sisa 28. Sisa ini tidak boleh
diletakkan seluruhnya di kulit O, sisa ini diletakkan pada kulit sesudahnya
mengikuti daya tampung maksimum kulit sebelumnya yang dapat diisi yaitu 18, 8
atau 2 sehingga sisanya diisikan sesuai Tabel tersebut.
2. Elektron Valensi
Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan reaksi
kimia adalah elektron pada kulit terluar atau elektron valensi. Jumlah elektron
valensi suatu atom ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit
terakhir dari konfigurasi elektron atom tersebut. Perhatikan Tabel di bawah ini
untuk menentukan jumlah elektron valensi.
Unsur-unsur yang mempunyai jumlah elektron
valensi yang sama akan memiliki sifat kimia yang sama pula.
Contoh: Unsur natrium dan kalium memiliki sifat yang sama karena
masing-masing memiliki elektron valensi = 1.
Suatu atom netral dapat melepaskan 1 atau lebih elektronnya dan
membentuk ion yang bermuatan positif, atau menangkap elektron dan membentuk
muatan negatif.
Contoh: mempunyai
11 proton, 11 elektron, dan 12 netron.
Konfigurasi elektron Na dapat ditulis: 2, 8,
1.
Apabila atom Na melepaskan elektron valensinya maka jumlah elektronnya
menjadi 10 sedangkan protonnya tetap 11, sehingga atom Na akan bermuatan +1.
+ e
A.
Sistem Periodik UUnsur
Golongan dalam Sistem Periodik Unsur
1. Golongan IA (logam
Alkali)
Semua logam Alkali
tergolong logam yang lunak kira-kira sekeras karet penghapus, dapat diiris
dengan pisau dan ringan (massa jenis li, Na, dan K kurang dari 1 g/cm3). Logam
Alkali memiliki 1 elektron valensi yang mudah lepas, sehingga merupakan
kelompok logam yang paling reaktif, dapat terbakar di udara, dan bereaksi hebat
dengan air. Dari Litium ke Sesium reaksi dengan air bertambah dahsyat. Litium
bereaksi agak pelan, tetapi natrium bereaksi dengan disertai terbentuknya api
dan ledakan, sementara yang lainnya bereaksi dengan lebih dahsyat lagi. Oleh
karena kereaktifannya dengan air dan udara, logam alkali biasa disimpan dalam
kerosin (minyak tanah).
sistem periodik unsur
2. Golongan IIA (Logam
Alkali Tanah)
Unsur-unsur golongan
IIA disebut logam alkali tanah. Logam alkali tanah juga tergolong logam aktif,
tetapi kereaktifannya kurang dibandingkan dengan logam alkali seperiode, dan
hanya akan terbakar di udara bila dipanaskan. Kecuali berilium, logam alkali
tanah larut dalam air. Magnesium dan stronsium digunakan dalam membuat kembang
api. Magnesium memberi nyala terang dan menyilaukan, sedangkan stronsiu memberikan
nayla merah terang. Senyawa magnesium, yaitu magnesium hidroksida (Mg(OH)2),
digunakan sebagai antasida dalam obat mag. Batu kapur, pualam, dan mamer adalah
senyawa kalsium, yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Salah satu senyawa kalsium
lainnya, yaitu kalsium hidroksida (Ca(OH)2), digunakan sebagai kapur sirih.
3. Golongan VIIA
(Halogen)
Unsur-unsur golongan
VIIA merupakan kelompok unsur nonlogam yang sangat reaktif. Hal itu berkaitan
dengan elektron valensinya yang berjumlah 7, sehingga hanya memerlukan tambahan
1 elektron untuk mencapai konfigurasi stabil seperti gas mulia. Semua unsur
halogen bereaksi dengan tipe yang sama, walaupun kereaktifannya berbeda.
Halogen dengan logam membentuk senyawa yang kita sebut garam, seperti NaF,
NaCl, NaBr dan NaI. Oleh karena itu pula, unsur golongan VIA disebut halogen
artinya pembentuk garam. Kereaktifan unsur halogen berkurang dari F ke I. Semua
unsur halogen (golongan VIIA) berupa molekul diatomik (F2, Cl2, Br2, I2),
berwarna dan bersifat racun. Fluorin berwarna kuning muda, klorin berwarna
hijau muda, bromin berwarana merah, dan uap iodin berwarna ungu (iodin padat
berwarna hitam). Halogen atau senyawanya banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Golongan VIIIA (Gas
Mulia)
Unsur-unsur golongan
VIIIA, yaitu helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon, dan Radon, disebut gas mulia
karena semuanya berupa gas yang sangat stabil, sangat sukar bereaksi dengan
unsur lain. Tidak ditemukan satu pun senyawa alami dari unsur-unsur tersebut.
Unsur gas mulia terdapat di alam sebagai gas monoatomic (atom-atomnya berdiri
sendiri). Menurut para ahli, hal itu disebabkan kulit terluarnya yang sudah
terisi penuh. Kuli terluar yang terisi penuh menjadikan unsur tidak reaktif.
Namun demikian, Kripton, Xenon dan Radon ternyata dapat ‘dipaksa’ bereaksi
dengan beberapa unsur, sedangkan Helium, Neon dan Argon sehingga sekarang belum
berhasil direaksikan.
Gas mulia memiliki
titik leleh dan titik didih yang sangat rendah; titik didihnya hanya beberapa
derajat di atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih gas mulia meningkat
dari atas ke bawah. Titik leleh dan titik didih helium mendekati 0K (titik
leleh -273,2oC, titik didih -268,9oC).
sistem periodik unsur
5. Golongan B (Unsur
Transisi)
Unsur-unsur transisi
adalah unsur-unsur yang terdapat di bagian tengah sistem periodik unsur, yaitu
usnur-unsur golongan tambahan (golongan B). Sebagaimana telah dijelaskan,
unsur-unsur peralihan merupakan unsur-unsur yang harus dialihkan setelah
golongan IIA sehingga diperoleh unsur yang menunjukan kemiripan sifat dengan
golonga IIIA.
Sifat-sifat pada sistem periodik unsur:
Sifat logam
Berdasarkan sifat,
unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi logam, nonlogam, dan metalloid.
Unsur-unsur logam memiliki sifat-sifat: konduktor panas dan listrik yang baik,
dapat ditempa dan ductile, titik leleh relatif tinggi, cenderung melepaskan
elektron kepada unsur nonlogam. Unsur-unsur nonlogam memiliki sifat-sifat:
nonkonduktor panas dan listrik, tidak dapat ditempa dan rapuh/getas, kebanyakan
berwujud gas pada temperatur kamar, cenderung menerima elektron dari unsur
logam. Unsur-unsur metalloid memiliki sifat-sifat seperti logam dan juga
nonlogam. Sifat logam semakin berkurang dari kiri ke kanan dan dari bawah ke
atas sistem periodik unsur, kecuali hidrogen. Unsur-unsur metalloid berada pada
“tangga” yang membatasi unsur-unsur logam dan nonlogam.
Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah
setengah dari jarak antara dua inti dari dua atom logam yang sejajar atau dalam
sebuah molekul diatomik. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari
atom cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan kulit elektron. Dalam
satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom cenderung semakin kecil,
sebagaimana pertambahan muatan inti efektif.
Energi ionisasi
Energi ionisasi adalah
energi yang dibutuhkan oleh sebuah atom atau ion dalam fase gas untuk
melepaskan sebuah elektronnya. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi
ionisasi pertama cenderung semakin kecil, sebagaimana jarak dari inti ke
elektron terluar bertambah sehingga tarikan elektron terluar oleh inti
berkurang. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi pertama
cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan muatan inti efektif sehingga
tarikan oleh inti bertambah.
Jari-jari ion
Jari-jari ion adalah
jari-jari dari kation atau anion yang dihitung berdasarkan jarak antara dua
inti kation dan anion dalam kristal ionik. Kation (ion bermuatan positif)
terbentuk dari pelepasan elektron dari kulit terluar atom netral sehingga
tolakan antar elektron berkurang, tarikan elektron oleh inti lebih kuat, dan
jari-jari dari kation lebih kecil dari atom netralnya. Anion (ion bermuatan
negatif) terbentuk dari penangkapan elektron pada atom netral sehingga tolakan
antar elektron bertambah dan jari-jari dari anion lebih besar dari atom
netralnya. Dalam satu golongan pada sistem periodik unsur, dari atas ke bawah,
jari-jari ion bermuatan sama cenderung semakin besar, sebagaimana pertambahan
kulit elektron. Dalam periode, pada deretan ion isoelektronik (spesi-spesi dengan
jumlah elektron sama dan konfigurasi elektron sama, seperti O2-, F–, Na+, Mg2+,
dan Al3+ dengan 10 elektron), semakin besar muatan kation maka semakin kecil
jari-jari ion, namun semakin besar muatan anion maka semakin besar jari-jari
ion.
Afinitas elektron
Afinitas elektron
adalah kuantitas perubahan energi ketika sebuah atom atau ion dalam fase gas
menerima sebuah elektron. Jika kuantitas perubahan energi bertanda positif,
terjadi penyerapan energi, sedangkan jika bertanda negatif, terjadi pelepasan
energi. Semakin negatif nilai afinitas elektron, semakin besar kecenderungan
atom atau ion menerima elektron (afinitas terhadap elektron semakin besar).
Dalam satu golongan pada tabel periodik unsur, dari atas ke bawah, afinitas
elektron cenderung semakin kecil, dengan banyak pengecualian. Dalam satu
periode, dari kiri ke kanan, sampai golongan 7A, afinitas elektron cenderung
semakin besar, dengan banyak pengecualian.
Elektronegativitas
Elektronegativitas
adalah ukuran kemampuan suatu atom dalam sebuah molekul (keadaan berikatan)
untuk menarik elektron kepadanya. Semakin besar elektronegativitas, semakin
mudah atom tersebut menarik elektron kepadanya sendiri. Dalam satu golongan,
dari atas ke bawah, elektronegativitas cenderung semakin kecil. Dalam satu
periode, dari kiri ke kanan, elektronegativitas cenderung semakin besar.
Bilangan Kuantum
Hipotesis Louis de
Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg merupakan dasar dari model
Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada tahun1927,
mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom.
Orbital menyatakan
suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan.
Persamaan gelombang (psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan
gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi,
bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu:
a. Bilangan kuantum
utama (n)
Menentukan besarnya
tingkat energi suatu elektron yang mencirikan ukuran orbital (menyatakan
tingkat energi utama atau kulit atom). Bilangan kuantum utama memiliki harga
mulai dari 1, 2, 3, 4,….dst (bilangan bulat positif).
Biasanya dinyatakan
dengan lambang, misalnya K(n=1), L(n=2), dst.
Orbital–orbital dengan
bilangan kuantum utama berbeda, mempunyai tingkat energi yang berbeda. Makin
besar bilangan kuantum utama, kulit makin jauh dari inti, dan makin besar pula
energinya.
b. Bilangan kuantum
azimut (l )
Menyatakan subkulit
tempat elektron berada. Nilai bilangan kuantum ini menentukan bentuk ruang orbital
dan besarnya momentum sudut elektron. Nilai untuk bilangan kuantum azimuth
dikaitkan dengan bilangan kuantum utama. Bilangan kuantum azimuth mempunyai
harga dari nol sampai (n – 1) untuk setiap n.
Setiap subkulit diberi
lambang berdasarkan harga bilangan kuantum l.
• l = 0 , lambang s
(sharp)
• l = 1, lambang p
(principal)
• l = 2, lambang d
(diffuse)
• l = 3, lambang f
(fundamental)
(Lambang s, p, d, dan
f diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh logam alkali dari Li sampai
dengan Cs).
d. Bilangan kuantum
spin (ms atau s)
Bilangan kuantum spin
terlepas dari pengaruh momentum sudut. Hal ini berarti bilangan kuantum spin
tidak berhubungan secara langsung dengan tiga bilangan kuantum yang lain.
Bilangan kuantum spin bukan merupakan penyelesaian dari persamaan gelombang,
tetapi didasarkan pada pengamatan Otto Stern dan Walter Gerlach terhadap
spektrum yang dilewatkan pada medan magnet, ternyata terdapat dua spektrum yang
terpisah dengan kerapatan yang sama.
Terjadinya pemisahan
garis spektrum oleh medan magnet dimungkinkan karena elektron-elektron tersebut
selama mengelilingi inti berputar pada sumbunya dengan arah yang berbeda.
Berdasarkan
hal ini diusulkan
adanya bilangan kuantum spin untuk menandai arah putaran (spin) elektron pada
sumbunya.
Hanya ada dua
kemungkinan arah rotasi elektron, yaitu searah jarum jam dan berlawanan jarum
jam, maka probabilitas elektron berputar searah jarum jam adalah dan berlawanan
jarum jam . Untuk membedakan arah putarnya maka diberi tanda positif (+ ) dan
negatif (– ).
Oleh karena itu dapat
dimengerti bahwa satu orbital hanya dapat ditempati maksimum dua elektron.
III.
Daftar Pustaka
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya
S, Syukri. 1999. Kimia
Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB
H. Petrucci, Ralph. 1987. Kimia
Dasar. Bogor: PT. Gelora Aksara Pratama
Dalam http://www.nurulihsan.com/wp-content/uploads/2017/09/BAB-I-STRUKTUR-ATOM.pdf
(diakses 10 November 2019)
Dalam
https://www.slideshare.net/mobile/opiolibrio/sistem-periodik-unsur-bilangan-kuantum
(diakses 11 november 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.