.

Minggu, 07 Agustus 2016

Pencemaran Air di Sungai Citarum


 
Sungai citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 Juta masyarakat, Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai Citarum.

Citarum sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa barat. Dan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya. Pemanfaatan sungai Citarum sangat bervariasi dari hulu hingga hilir dari yang memenehui kebutuhan rumah tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan Industri. Dengan perkembangan industri di Sepanjang DAS citarum dan tidak terkelolanya limbah industri merupakan salah satu penyebab pencemaran sungai.

Ironisnya, berkebalikan dengan nilai historis dan signifikansi Citarum bagi bangsa Indonesia, saat ini Citarum sedang mengalami krisis. Air yang mengalir melalui Citarum telah tercemari oleh berbagai limbah, yang paling berbahaya adalah limbah kimia beracun dan berbahaya dari industri. Saat ini di daerah hulu Citarum, sekitar 500 pabrik berdiri dan hanya sekitar 20% saja yang mengolah limbah mereka, sementara sisanya membuang langsung limbah mereka secara tidak bertanggung jawab ke anak sungai Citarum atau ke Citarum secara langsung tanpa pengawasan dan tindakan dari pihak yang berwenang (pemerintah).

Kondisi Citarum saat ini merupakan potret parahnya pengelolaan air permukaan di Indonesia. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh 30 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Propinsi Jawabarat pada tahun 2008 terhadap 35 sungai menunjukkan bahwa pada umumnya status mutu air sudah tercemar berat.

Walaupun Indonesia memiliki sumber air permukaan sebanyak 6% dari seluruh sumber air permukaan dunia, dan 21% dari total sumber air di wilayah Asia Pasifik, namun masalah air bersih menjadi masalah yang terus menghantui masyarakat di Indonesia. Lebih dari 100 juta warga Indonesia tidak memiliki akses atas sumber air yang aman, dan lebih dari 70% warga Indonesia mengkonsumsi air yang terkontaminasi. Penyakit yang diakibatkan konsumsi air yang tidak bersih –seperti diare, kolera, disentri, menjadi penyebab kematian balita kedua terbesar di Indonesia. Dan setiap tahunnya, 300 dari 1.000 orang Indonesia harus menderita berbagai penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak bersih dan aman.



Ratusan juta manusia di dunia beresiko terpapar bahan beracun yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Sejumlah pakar mengingatkan hal ini hari Senin, 4 November 2013 silam saat menerbitkan tulisan berisi daftar wilayah-wilayah di dunia dengan kondisi lingkungan terburuk.
“Kami memperkirakan bahwa kesehatan sekitar 200 juta orang kini tengah beresiko akibat polusi yang berada di dunia ketiga,” ungkap Richard Fuller, yang memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga Blacksmith Institute di Amerika Serikat.

Dalam daftar terbaru yang dirilis oleh Blacksmith Institute ini, dua wilayah di Indonesia tahun ini masuk sebagai pendatang baru sebagai lokasi paling parah terpapapar polutan akibat limbah industri maupun rumah tangga. Pertama adalah kawasan Sungai Citarum di Jawa Barat, sungai yang menjadi sumber penghidupan bagi sekitar 9 juta manusia yang hidup di sekitarnya, dan juga bagi sekitar 2000 pabrik yag berdiri di sepanjang aliran sungai tersebut. Sungai ini, menurut hasil penelitian  yang dilakukan oleh Blacksmith Institute dan Green Cross Switzerland ini Sungai Citarum yang digunakan sebagai sumber air untuk mengairi sawah dan wilayah pertanian lainnya, terkontaminasi limbah yang mengandung aluminium dan mangan. Dari hasil tes yang dilakukan di lokasi tersebut air yang biasa diminum oleh warga di sekitar Sungai Citarum berada di evel sangat berbahaya karena 1000 kali di atas standar berbahaya yang ditetapkan di Amerika Serikat
 
Limbah beracun di Sungai Citarum, berpotensi sebarkan penyakit berbahaya bagi anak-anak dan warga yang mengonsumsinya. Foto: Greenpeace
Investigasi Greenpeace Internasional sebelumnya juga mengungkapkan pembuangan limbah industri tekstil ke Sungai Citarum, Jawa Barat, Indonesia, mengandung sejumlah bahan kimia beracun dan berbahaya.  Merek fashion internasional, termasuk GAP, Banana Republic dan Old Navy terkait pencemaran ini melalui hubungan bisnis langsung dengan PT Gistex Group, perusahaan di balik pabrik pencemaran ini.

Perusahaan lain yang terkait PT Gistex Grup, termasuk Brooks Brothers -penyedia busana bagi 39 dari 44 Presiden Amerika, termasuk Barack Obama- Marubeni Corporation, Adidas Group dan H&M.

Dalam laporan itu merinci bagaimana pabrik PT Gistex mengambil keuntungan dari sebuah sistem yang tidak menuntut industri untuk transparan. Dimana regulasi tidak memadai gagal untuk mencegah pembuangan bahan kimia berbahaya.

Berbagai zat berbahaya, termasuk nonylphenol dan tributyl phospate diidentifikasi dalam sampel air yang diambil dari pembuangan pabrik PT Gistex. Banyak dari bahan kimia ini bersifat toksik, beberapa memiliki sifat menyebabkan gangguan hormon dan sangat persisten.Investigasi ini juga mengungkapkan, air limbah dari salah satu pembuangan bersifat sangat basa atau ‘kaustik’ (pH 14).
“Ini menunjukkan air limbah belum menerima pengolahan apapun sebelum dibuang, bahkan yang paling mendasar sekalipun,” kata  Ashov Birry, Juru Kampanye Air Bebas Racun, Greenpeace Asia Tenggara, dalam rilis saat launching laporan  berjudul Toxic Threads: Meracuni Surga, di Jakarta, Rabu 17 April 2013 silam.

Kawasan lain yang juga dinilai sebagai satu dari sepuluh kawasan paling terpolusi di dunia adalah Kalimantan, Indonesia. Pulau ini menjadi pulau paling rusak secara lingkungan dan berbahaya bagi manusia akibat maraknya berbagai aktivitas penambangan emas ilegal yang terjadi di berbagai wilayah pedalaman. Sebagian besar penambang emas ini menggunakan merkuri untuk memurnikan emas dan memisahkannya dari logam lainnya lewat media air. Dalam proses ekstraksi ini, ratusan ribu liter air terkontaminasi merkuri dan kembali memasuki aliran-aliran utama sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakat yang ada di sepanjang sungai ini.

Terkait paparan merkuri ini, Indonesia ternyata tidak memiliki data terkait jumlah merkuri dan pencemaran yang terjadi di sejumlah sungai di tanah air. Hal ini terungkap dari paparan Profesor Takanobu Inoue dari Jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil Sekolah Teknik Toyohashi di Jepang yang telah melakukan penelitian terkait pencemaran merkuri di sungai-sungai di Indonesia selama lebih dari satu dekade. Sumber terbesar dari racun merkuri, menurut sang profesor, berasal dari penambangan emas skala kecil yang dilakukan secara mandiri oleh penambang-penambang rakyat.
Merkuri adalah jenis metal yang bisa menyebabkan kecacatan serta kematian bagi orang yang terkontaminasi, dan juga kepada keluarga mereka yang ikut terpapar melalui baju dan barang-barang lain yang digunakan oleh penambang. Jika tahap keracunan ini sudah akut maka akan berakibat pada kerusakan ginjal dan sistem reproduksi. Hal yang sama bisa juga terjadi dengan paru-paru dan sistem syaraf yang akan mengalami kerusakan berat.

“Sangat penting untuk mendidik orang-orang tentang dampak bahaya dari racun merkuri,” ungkap Inoue. “Namun hanya sedikit peneliti lingkungan di negeri ini, dan peralatan yang mereka miliki untuk mengukur tingkat paparan racun sangat terbatas, demikian juga dengan dana dan dukungan pemerintah.”

Akibatnya, informasi kuantitatif terkait tingkat paparan racun merkuri setiap tahun seringkali tidak akurat. Lembaga seperti UNEP (United Nations Environment Program) memperkirakan bahwa tahun 2011 sekitar 70 ton merkuri sudah mencemari lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA  

1. Anonim , 2001,
Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran dengan  pemodelan Kualitas Air (S. Citarum Hulu-Tengah).
Puslitbang Sumber Daya  Air-BPLHD Jabar.
2. Anonim , 2001,Pemantauan dan Pengambilan serta Analisa Air Sungai Cisadane, Ciliwung, Cileungsi, Citarum dan Cimanuk.
Puslitbang Sumber Daya  Air-BPLHD Jabar.
3.http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=62112
4. http://www.mongabay.co.id/2013/11/06/penelitian-sungai-citarum-kalimantan-di-10-besar-lokasi-tercemar-di-dunia/
5 http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/toxics/Air/citarum/ 
diunduh tanggal 6 Agustus 2016.
6.terangna, nana ; yusuf, iskandar a. 2002. Jurnal Teknologi.  BEBAN PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI DAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI CITARUM
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.