.

Selasa, 08 Januari 2019

Teknologi Hijau Di Berbagai Negara

Disusun Oleh : Ghina Rahayu (@K20-Ghina)


ABSTRAK
Survei global Ernst & Young pada 2010 atas perusahaan dengan pemasukan hingga US$1 miliar menemukan, inisiatif penerapan teknologi ramah lingkungan itu kini sudah menjadi kebijakan organisasi di 89% perusahaan yang disurvei.
Sebanyak 33% perusahan mengalokasikan 3% atau lebih dari pemasukan total mereka ke teknologi ramah alam dan sebanyak 75% menargetkan investasi di teknologi hijau ini akan naik dalam lima tahun mendatang. Pemerintah juga melirik teknologi hijau ini sebagai sarana strategis untuk menciptakan lapangan kerja, memacu inovasi dan mengembangkan industri lokal.
Menurut laporan Bloomberg New Energy Finance, investasi di teknologi hijau naik 30% ke US$243 miliar pada 2010 dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini naik dua kali lipat dibanding nilai investasi pada 2006 dan hampir lima kali lipat dibanding angka tahun 2004.
Kata Kunci : Teknologi Hijau, Negara

1.      Israel, dalam menerapkan Teknologi Hijau berkaitan dengan keterbatasan sumberdaya energi dan air yang dimilikinya. Saat ini, sekitar 90 persen dari rumah di Israel menggunakan energi surya untuk memanaskan air. Israel berhasil mengembangkan teknologi untuk mendaur ulang air. Selain itu melalui teknologi irigasi tetes berhasil mengubah gurun pasir menjadi lahan pertanian yang subur. Teknologi hijau telah dijadikan norma kehidupan masyarakat dan dimasukan dalam sistem pendidikan di negara tersebut.
2.      Finlandia, dikenal senagai negara yang berfungsi sebagai laboratorium untuk solusi lingkungan. Sektor energi terbarukan di negara ini tumbuh lebih dari lima persen oer tahun, dan dari kegiatan ekspornya berhasil mendatangkan devisa. Di Finlandia terdapat sekitar 2.000 perusahaan yang menerapkan teknologi berkelanjutan, sehingga menjadi daya tarik untuk investor. Finlandia bekerjasama dengan Brasil untuk mengembangkan teknologi lepas pantai yang ramah lingkungan, termasuk pembuatan kapal dan pengeboran minyak Pengembangan Teknologi Hijau di Finlandia berhasil mempekerjakan 50 ribu orang, dan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020.
3.      Amerika Serikat (AS), dikenal sebagai negara yang paling rajin dalam investasi untuk pengembangan Teknologi Hijau. Sebagai catatan tahun 2010 jumlahinvestasi mencapai 5,2 miliar US $ dan pada tahun 2011 meningkat jasi 6,8 miliar US $. California tercatat sebagai negara bagian terbesar dalam investasi Teknologi Hijau, yaitu mencapai 54 persen dari seluruh investasi Teknologi Hijau di AS. Pengembangan teknologi hijau di AS berhasil menarik investasi dalam dan luar negeri, namun kebijakan pemerintah federal mengenai energi masa depan perlu diperjelas. Sementara BLS (2013) melaporkan, bahwa sekitar lima puluhtujuh persen dari bisnis di Amerika Serikat menggunakan teknologi hijau sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi energi. Di sisi lainnya sekitar lima puluh persen industri menerapkan teknologi hijau sebagai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan limbah dari proses produksi
4.      Swedia, memiliki kinerja baik untuk semua indikator yang disurvei. Salah satu keunggulan Swedia ialah menyediakan pendanaan yang besar untuk penelitian dan pengembangan. Swedia memiliki pusat keunggulan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki kemitraan strategis dengan industri terkemuka, sehingga lebih siap dalam menghadapi beragam persoalan lingkungan. Swedia senantiasa mengembangkan solusi dan teknologi hijau untuk berbagai sektor, mulai dari green building sampai daur ulang limbah menjadi sumber energi, sehingga hampir 80 persen rumah di Swedia memanfaatkannya untuk berbagai proses pemanasan. Swedia tercatat sebagai negara yang memiliki standar teringgi di dunia dalam pengelolaan limbah. Perusahaan baru di Swedia menjadi konsumen energi terbarukan. Namun di sisi lainnya masih ada kesenjangan antara inovasi dan komersialisasi dalam pengembangan energiterbarukan.
5.      Denmark, negara kecil ini memiliki potensi untuk membuat perubahan yang besar ke arah masa depan yang lebih berkelanjutan melalui novasi hijau dan penerapan teknologi hijau. Keunggulan Denmark terutama dalam kemampuannya dalam mendukung perusahaan baru untuk mengembangkan teknologi bersih, sehingga mendapatkan keuntungan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan energi angin di Denmark termasuk yang palingmaju di dunia, sehingga membuat ambisi pemerintah untuk menurunkan emisi sampai 40 persen pada tahun 2010. Energi angina akan memenuhi setengah dari kebutuhan energi Denmark. Hal lain yang menonjol di Denmark ialah meluasnya penggunaan moda kendaraan bebas energi, yaitu speda. Pemerintah Kota Kopenhagen menyediakan sepeda pinjaman untuk warga dan pendatang. Ternyata upaya tersebut ditiru oleh pemerintah Kota Barcelona, Berlin, Paris dan Rio de Janeiro. Pengembangan teknologi hijau Denmark meluas ke negara lainnya, antara lain mengembangkan kemitraan dengan China.
6.      Inggris, termasuk negara yang memiliki perhatian yang besar terhadap pengembangan Teknologi Hijau. Inggris antara lain mengembangkan proyek - proyek dekontaminasi tanah, daur ulang limbah, dan sistem listrik modern untuktransportasi di sekitar Bandara London. Inggris merupakan negara yang menempati peringkat keenam paling menarik untuk investasi energi terbarukan.
7.      Kanada, negara berhasil mengembangkan Teknologi Hijau paling mutakhir. Kanada terus mengembangkan insentif dan investasi teknologi bersih untuk mengurangi pelepasan karbon ke atmosfer. Kanada menduduki peringkat kesembilan dalam kepemilikan kapasitas daya terpasang energi angin, yaitu mencapai 5.200 MW atau sekitar 2,2 persen dari kapasitas daya terpasang energy angin yang ada di dunia.
8.      Swiss, meskipun memiliki dukungan keuangan yang saat ini relatif lemah, namun memiliki input inovasi yang sangat tinggi. Industri cleantech didorong oleh output yang tinggi melalui paten lingkungan dan kebijakan pemerintah yang sangat-mendukung.
9.      Jerman, merupakan negara terdepan dalam pengembangan energi terbarukan. Jerman telah berjanji untuk mengakhiri penggunaan reaktor nuklir pada tahun 2022 dan menggantikannya dengan sumber energi seperti angin dan matahari. Jerman tercatat sebagai negara terbesar ketiga di dunia dalam investasi untuk pengembangan energi angin, dengan kapasitas 29.000 MW atau 12,2 persen dari seluruh dunia. Konversi sumber energi fosil ke energi angin berpengaruh langsung terhadap emisi gas yang membahayakan bagi Planet Bumi. Dalam satu dekade terakhir pengembangan Teknologi Hijau di Jerman berdampak pada tersedianya 300 ribu lowongan kerja baru. Jerman tetap memimpin dalam pasar energi terbarukan, antara lain berhasil mengoperasikan sepertiga dari kapasitas terpasang sel surya di dunia. Pemerintah Jerman memiliki ambisi yang besar untuk terus mengembangkan teknologi hijau.
10.  Irlandia, negara ini terus mengembangkan program investasi hijau dengan peningkatan dana mencapai dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Irlandia merupakan negara pertama yang menerima sistem kredit karbon yang dihasilkan oleh proyek yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi . Sebagai catatan negara-negara maju telah diwajibkan oleh Protocol Kyoto untuk menurunkan emisi gas karbon, yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Negara maju dapat membeli poin atau kredit penurunan emisi karbon dari proyek ramah lingkungan di negara berkembang melalui clean development mechanism (CDM). Konsentrasi Irlandia dalam mengembangkan energy terbarukan ialah melalui eksplorasi energi pasang surut dan gelombang di lautan.
11.  Indonesia berada pada peringkat 34 berada di bawah Saudi Arabia dan di atas Rumania. Sebagai catatan, dalam laporan tahun 2012, Korea Selatan menduduki peringkat ke delapan dalam penerapan Teknologi Hijau.
12.  Korea Selatan merupakan negara eksportir Teknologi Hijau untuk perkotaan. Korea Selatan berhasil dalam pengembangan proyek perencanaan kota yang berkelanjutan. International Business yang merupakan pusat keunggulan dalam teknologi, pendidikan dan bisnis. Terletak sekitar 65 kilometer dari Seoul. Sejak tahun 2009, Korea Selatan memiliki stretegi pertumbuhan hijau, yang dikenal sebagai rencana aksi “Green Growth” yang mencangkup peningkatan investasi pemerintah, kerjasama internasional dan komersialisasi teknologi hijau.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Atep Afia., dan Kholil, Muhammad. 2018. Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta. Wahana Resolusi.
Anonim. 2011. Teknologi Hijau Picu Industri Baru. Dalam http://www.hijauku.com/2011/08/12/teknologi-hijau-picu-revolusi-industri-baru/ (Diakses pada 8 Januari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.