Oleh : Nuriel Hanifan (@F25-Nuriel)
Abstrak
Seiring pesatnya
dunia industri pada kota besar memberikan dampak buruk bagi lingkungan,
pasalnya kebanyakan industri tidak menerapkan sistem pengelolaan limbah yang
baik sehingga menimbulkan berbagai macam limbah khususnya limbah tekstil yang
dibuang langsung pada aliran sungai yang ada disekitar lokasi pabrik tersebut.
Untuk itu pengawasan dalam pengelolahan air limbah yang dihasilkan industri
harus dijaga ketat agar pelaku usaha berperan aktif dalam menjaga kebersihan
air limbah yang akan dibuang ke sungai-sungai terdekat.
Kata kunci : polusi air, limbah
tekstil,
Pendahuluan
Indonesia dalam dasawarsa terakhir merupakan salah
satu negara penghasil utama tekstil dan bahan sejenisnya setelah India dan
Pakistan. Banyaknya industri-industri tekstil di Indonesia dalam satu sisi
membawa peningkatan devisa, namun disisi lain menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan yang cukup besar. Keberadaan Industri tekstil di Indonesia tidak
hanya dalam kategori industri skala besar dan menengah, tetapi juga dalam skala
kecil dan bahkan ada yang dalam skala rumah tangga (home industry), seperti
pewarnaan dan pencelupan jeans. Dengan demikian, pencemaran yang ditimbulkan
oleh industri tersebut tidak hanya pada kawasan-kawasan industri, namun juga
terjadi di perkampungan-perkampungan padat penduduk. Air limbah yang dihasilkan
oleh industri tekstil dan bahan sejenisnya disamping mengandung bahan pencemar
organik yang umum dinyatakan dalam COD, BOD dan logam-logam berat, juga
mengandung bahan pewarna organik rantai panjang yang relatif sukar diolah
dengan proses biologis biasa. Secara umum, untuk mereduksi bahan pencemar
organik yang mudah didegradasi, teknologi yang diterapkan adalah teknologi
pengolahan air limbah secara biologis, seperti proses lumpur aktif, aerated
lagoon, biofilter anaerob-aerob ataupun trickling filter. Sedangkan air limbah
yang mengandung polutan bahan organik zat warna rantai panjang yang biasa
digunakan pada indutsri tekstil seperti senyawa azo, antraquinon dan juga
ftalosianin, tidak dapat dengan mudah diolah dengan proses biologis biasa.
Pembahasan
Limbah cair merupakan limbah yang
berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah
diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan
warna pakaian, dan sebagainya (Said, 2011). Selain itu saluran air yang keluar
dari pabrik biasanya mengeluarkan limbah industri, yang mengalir ke badan-badan
air mulai selokan, parit, sungai, bahkan sampai ke lautan. Pabrik merupakan
sumber utama pencemaran air, namun setiap individu manusia pada dasarnya juga
merupakan sumber pencemaran air. Hampir setiap orang berkontribusi dalam
penggunaan bahan kimia rumah tangga misalnya, dan dengan sengaja menuangkannya
ke toilet atau saluran air. Untuk mencuci piring atau pakaian tidak pernah
terlepas dari pemakaian detergen, sisa pemakaiannya masuk ke pipa pembuangan,
terus memasuki selokan yang mengalir ke sungai, dan sungai-sungai itupun
bermuara ke lautan (Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017).
Sebenarnya untuk
mengindentifikasi pencemaran air sehingga kualitasnya diketahui dapat dilakukan
melalui dua cara. Cara pertama dengan mengambil sampel air, kemudian mengukur
konsentrasi bahan kimia yang terkandung di dalamnya (indikator kimia kualitas
air). Sedangkan cara kedua ialah dengan menganalisis kondisi kehidupan satwa
seperti ikan, serangga dan hewan invertebrata yang habitatnya disekitar
perairan (indikator kimia kualitas air).
Jenis-jenis zat pewarna tekstil
Zat pewarna tekstil, kebanyakan
menggunakan senyawa organik
rantai panjang. Berdasarkan
struktur kimianya zat
pewarna tekstil dibedakan menjadi
beberapa jenis seperti
pada Tabel 1. Produksi zat pewarna baik
dalam skala internasional
maupun didalam negeri
menunjukkan angka peningkatan
dari tahun ketahun.
Hal ini disebabkan
karena permintaan bahan
tersebut yang meningkat
seiring dengan laju
pertumbuhan industri tekstil
dan industri lain
yang memerlukan pewarnaan.
Sebagian zat pewarna yang
telah digunakan untuk
proses di industri, akan terbuang menjadi polutan
bersama air limbah dan
penanganan khusus sesuai
sifat-sifatnya.
|
(Sumber : jurnal pengolahan air limbah industri tekstil) |
Dampak pencemaran air
·
Menurunkan jumlah oksigen dalam air
·
Mematikan binatang-binatang yang ada di air
·
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia
·
Mengganggu kesehatan manusia
·
Mengganggu kesuburan tanah
·
Mengganggu produktivitas tumbuhan
Teknologi Pengolahan Limbah Zat Cair Pewarna
Menurut degreemont dalam Nugroho,
Rudi dan ikbal (2005), ada beberapa alternatif teknologi yang dapat digunakan
untuk mengolah limbah cair yang mengandung zat pewarna. Teknologi tersebut
meliputi netralisasi, kogulasi-flokulasi, adsorbsi dan oksidasi menggunakan
oksidator kuat (AOPs).
1. Netralisasi
Secara umum
proses netralisasi digunakan untuk
menetralkan limbah cair
yang bersifat terlalu
asam atau basa.
Namun pada beberapa
jenis air limbah
yang megandung zat
pewarna, dengan proses
netralisasi warna sudah
dapat dikurangi bahkan
dapat hilang sama
sekali. Bahan kimia untuk
menetralkan pH dipilih dengan
mempertimbangkan harga, kemudahan
dalam memperolehnya dan
keamanan dalam penyimpanan
disamping tingkat keefektifannya. Bahan
kimia penetral yang
sering digunakan adalah
natrium hidroksida, natrium
karbonat, kalsium hidroksida
hidrat, asam sulfat,
asam khlorida dan karbon dioksida.
2. Koagulasi dan Flokulasi
Proses koagulasi
dan flokulasi juga
dapat digunakan untuk
menghilangkan warna. Pada
proses koagulasi dan flokulasi, padatan termasuk juga zat
pewarna akan saling
menempel dan membentuk
partikel dengan ukuran
yang lebih besar
dan berat (flok).
Flok selanjutnya dapat
dipisahkan melalui filtrasi,
pengendapan dan pengapungan. Koagulasi terjadi
akibat penurunan potensial zeta
pada permukaan partikel
sehingga dapat bergabung untuk
membentuk partikel yang
lebih besar. Proses
koagulasi sangat bergantung
pada pH operasi
dan konsentrasi koagulan
yang digunakan. Koagulan yang
sering digunakan adalah
lime, kalsium sulfat,
kalsium hidroksida, magnesium
hidroksida, magnesium sulfat,
ferri klorida, feri
dan fero sulfat dan kombinasi garam-garamnya
3. Adsobsi
Adsorbsi adalah
penyerapan
partikel-partimel halus oleh
bahan adsorben. Pada
proses ini warna yang ada dalam air limbah juga akan ikut
terserap. Proses penghilangan
warna dengan karbon
aktif saat ini
banyak digunakan terutama
untuk zat warna
anorganik dengan konsentrasi
rendah. Kelemahan dari
proses ini diantaranya adalah hanya memindahkan polutan
zat warna dari
air limbah ke
permukaan karbon aktif.
Pada fase tertentu,
karbon aktif akan mengalami kejenuhan
dan harus dilakukan
pencucian. Air
hasil cucian karbon
aktif ini pada
akhirnya akan bermasalah
karena berpotensi menjadi air limbah lagi. Penghilangan warna
dengan proses flokulasi-koagulasi dan
adsorbsi sifatnya hanya
memindahkan zat warna ksususnya dari fase cair kedalam fase
padat, bukan menguraikan senyawa-senyawa komplek
pembentuk warna. Dengan
demikian, partikel-partikel warna
yang mengumpal bersama
bahan koagulan-flokulan atau yang menempel pada bahan adsorben perlu
diproses lebih lanjut sehingga tidak menimbulkan pencemaran lanjutan.
4. Advanced Oxidation Process (AOPs)
Advanced Oxidation
Processes (AOPs)
didefinisikan oleh Glaze
et al. (1987)
dan Gottschalk, et
al. (2000) sebagai
proses yang melibatkan pembentukan
radikal aktif hidroksil
(HO*) dalam jumlah
yang cukup untuk
proses penguraian air
limbah dengan menggunakan
oksidator kuat. Oksidator kuat yang dipakai dapat berupa campuran
ozon dengan hydrogen
peroksida (O3 +
H2O2), ozon dengan
sinar ultra violet
(O3 + UV), dan
campuran hydrogen peroksida
dengan sinar ultra
violet (H2O2 +
UV). Radikal aktif
hidroksil yang dilepaskan
senyawa-senyawa diatas dengan cepat akan mengoksidasi polutan-polutan zat
warna dalam air limbah.
Kesimpulan
Kemajuan perindustrian di Indonesia terutama industri
tekstil, dalam beberapa tahun terakhir industri tekstil menghasilkan limbah
yang mencemari perairan terutama dikota-kota besar untuk itu pengawasan
pengelolaan limbah cair yang dibuang disungai harus dijaga pengawasannya untuk
mengurangi dampak pencemaran yang tiap tahun semakin meluas kerusakannya.
Jenis-jenis zat
pewarna tekstil yang berbahaya diantaranya :
·
Azo
·
Antraqhuinones
·
Ftalosianin
·
Indigoid
·
Benzodifuranones
·
Oxazines
·
Polimetin
·
Di dan Tri-aril Karbonium
·
Karbonil Aromatik Polisiklik
·
Quinopthalones
·
Sulfur
·
Nitro dan Nitroso
Dampak pencemaran air sebagai berikut
·
Menurunkan jumlah oksigen dalam air
·
Mematikan binatang-binatang yang ada di air
·
Meningkatkan kecepatan reaksi kimia
·
Mengganggu kesehatan manusia
·
Mengganggu kesuburan tanah
·
Mengganggu produktivitas tumbuhan
Teknologi pengolahan limbah zat cair
pewarna
1. Netralisasi
2. Koagulasi dan Flokulasi
3. Adsobsi
4. Advanced Oxidation Process (AOPs)
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil
(2017), Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media : Jakarta
Rudi Nugroho dan Ikbal (2005),
Pengolaha limbah
berwarna industri
tekstil dengan proses AOPs. JAI Vol.1,No.2 2005
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=61910&val=4559&title=PENGOLAHAN%20AIR%20LIMBAH%20BERWARNA%20INDUSTRI%20TEKSTIL%20DENGAN%20PROSES%20AOPs
(diunduh, 07 februari 2018)
Artikel 6 Dampak pencemaran air
dan penyebabnya (2016),https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/dampak-pencemaran-air
(diakses, 07 februari 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.