.

Sabtu, 23 September 2017

Agrokimia Herbisida

AGROKIMIA HERBISIDA 
@D18-Rifqi , @ProyekB04
Oleh Rifqi Baihaqi 

Pengertian Hebrisida
Pengertian Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida mempengaruhi proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, respirasi, fotosintesis, metabolisme, nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya. Herbisida sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Herbisida berasal dari senyawa kimia organik maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu, juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.

Klasifikasi Herbisida
Untuk dapat memakai herbisida dengan baik, kita perlu mengetahui herbisida tersebut dengan baik pula. Sehingga dilakukan pengolongan herbisida dengan tujuan untuk mempermudah pengenalan jenis herbisida yang banyak jenisnya. Dengan adanya penggolongan tersebut akan lebih mudah mendalami dan mengenal sifat masing-masing herbisida. Menurut Sukmana 83-90 (2002) secara umum klasifikasi herbisida ada 4, yaitu :

1) Berdasarkan waktu aplikasi
Waktu aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan dari tanaman maupun gulma. Berdasarkan hal tersebut, maka waktu aplikasi herbisida terdiri dari :
a.       Pre plant, maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah.
b.      Pre emergence, maksudnya herbisida diaplikasikan sebelum benih tanaman atau biji gulma berkecambah. Pada perlakuan ini benih dari tanaman sudah ditanam, sedangkan gulma belum tumbuh.
c.       Post emergence, maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada saat tanaman masih muda maupun sudah tua.

2) Berdasarkan cara aplikasi
Cara aplikasi herbisida ada 2 yaitu :
a.       Aplikasi melalui daun
Aplikasi melalui daun ada dua, yaitu :
·        Bersifat kontak : berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma setahun, karena bila terkena akan menyebabkan mati secara keseluruhan. Contohnya : herbisida paraquat (Gromoxone) kerjanya menghambat proses photosistem 1 pada fotosintesis.
a)    Herbisida kontak selektif : herbisida ini hanya membunuh satu beberapa spesies gulma.
b)   Herbisida kontak non selektif : herbisida ini dapat membunuh semua jenis tumbuhan yang terkena, terutama bagian yang berwarna hijau.
·        Bersifat sistemik : berarti herbisida yang diberikan pada tumbuhan (gulma) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya : titk tumbuh, akar, rimpang, dan lain-lain, sehingga tumbuhan/gulma tersebut akan mengalami kematian total. Contoh : Glyphosate (Roundup) cara kerjanya menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino.
b.      Aplikasi melalui tanah
Umumnya herbisida yang diberikan melalui tanah adalah herbisida bersifat sistemik. Herbisida ini disemprotkan ke tanah, kemudian diserap oleh akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi dam pai ke “side of action” pada jaringan daun dan menghambat proses pada photosystem II pada fotosintesis. Contohnya : herbisida diuron, golongan Triazine, Uracil, Urea, dan Ioxynil.

3) Berdasarkan bentuk molekul
Berdasarkan bentuk molekulnya, herbisida dibagi menjadi dua, yaitu :
a)      Herbisida anorganik merupakan suatu herbisida yang tersusun secara anorganik (Riadi, 2011). Contohnya :
·         Ammonium sulfanat,  akan memperpanjang masa dormansi sampai cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis dan meyebabkan kematian.
·         Ammonium sulfat, menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan tubuh tumbuhan yang terkena ammonium, yang menyebabkan tumbuhan cepat mati. Ammonium juga beracun pada protoplasma.sel.
·         Ammonium tiosianat,  menyebabkan racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkaogulasikan protein.
·         Kalsium sianamida dapat mengkoagulasikan protein sel.
·         Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat, tembaga sulfat dapat melemahkan kerja dan menyebabkan protein mengendap.
b)      Herbisida organik merupakan suatu herbisida yang tersusun secara organik (Riadi, 2011). Contohnya :
·      Amida. Amida digunakan untuk mengendalikan kecambah gulma semusim, khusunya dari golongan rumputan. Herbisida ini lebih aktif bila diaplikasikan pada permukaan tanah sebagai herbisida pratumbuh. Mekanisme kerja utama herbisida yang tergolong dalam kelas amida adalah mempengaruhi sintesa asam nukleat dan protein. Butaklor, pretilaklor, alaklor, dan propanil termasuk dalam kelas amida ini.
·      Bipiridilium.  Herbisida yang termasuk dalam  golongan  ini umumnya herbisida pasca tumbuh, tidak aktif apabila diaplikasikan lewat tanah dan tidak selektif. Paraquat dan diquat adalah contoh herbisida yang termasuk dalam kelas ini. Tumbuhan yang terkena herbisida akan menampakkan efek bakar dalam waktu relatif singkat dan diikuti dengan peluruhan daun. Cahaya, oksigen, dan klorofil adalah prasarana utama yang diperlukan untuk menunjukkan efek racun tersebut. Contoh  diquat dan paraquat :    Gramoxone mengandung bahan aktif paraquat sebanyak 20%. Senyawa  paraquat dikenal sebagai racun kontak umum. Menurut formulatornya semua tumbuhan hijau dapat dibunuhnya. Kenyataannnya lumut yang tumbuh di batu tahan terhadapnya. Padahal lumut itu tumbuhan rendah, ada yang bersel satu saja. Mungkin fotosintesisnya tidak menghasilkan elektron.  Paraquat sendiri tidak habis terpakai. Oleh karena itu paraquat dapat dapat dikatakan sebagai katalisator organik. Tidak mengherankan kita, bila 1 liter produk paraquat di  dalam 500 liter air dapat menghanguskan rumput seluas satu lapang sepak bola. Elektron (e) diperoleh dari hasil samping fotosintesis. Proses fotosintesis mutlak bergantung pada sinar/cahaya. Jadi, tenaga untuk membuat herbisida H2O2  secara tidak langsung  berasal dari matahari.
·      Dinitroanilin.  Butralin dan pendimentalin termasuk dalam golongan herbisidadinitroanilin. Herbisida tersebut akan aktif bila diaplikasikan ke tanah sebelum gulmatumbuh atau berkecambah. Pola kerja herbisida dinitroalin adalah  sebagai racun mitotikyang menghambat perkembangan akar dan tajuk gulma yang baru berkecambah.

4) Berdasarkan cara kerja.
Berdasarkan cara kerjanya, menurut  Tjitrosoedirdjo et al, (1984) klasifikasi herbisida dibagi menjadi dua, yaitu :
A.    Kontak dan ditranslokasikan : herbisida kontak dikenal juga sebagai caustis herbisides, karena adanya efek bakar yang terlihat, terutama pada konsentrasi yang tinggi seperti asam sulfat, besi sulfat, dan tembaga sulfat. Reaksi sel ini tidak spesifik, biasanya memperlihatkan denaturasi dan pengendapan protein. Dengan larutnya membran sel maka seluruh konfigurasi sel dirusak karena membran dari kloroplas juga rusak dan sel itu akan mati. Paraquat dikenal juga sebagai herbisida kontak, molekul herbisida ini mengahasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel seperti umumnya herbisida kontak
B.     Herbisida menurut mekanisme kerja
Beberapa proses metabolisme tanaman yang diengaruhi oleh herbisida antara lain :
·      Herbisida yang menghambat fotosintesis
·      Penghambatan perkecambahan
·      Penghambatan pertumbuhan
·      Penghambatan respirasi/oksidasi
Keselamatan dalam Pemakaian Herbisida
Sebelum memakai bahan kimia, termasuk juga herbisida intruksi yang ada dalam pembungkus/botolnya harus dibaca dan dimengerti, dua hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian herbisida, yaitu :

 Penyimpanan
Gudang untuk menyimpan herbisida harus tersendiri. Tempat itu harus panas sehingga tidak membekukan bahan emulsi dalam formulasi. Harus disediakan alat pemadam kebakaran dan dilaran merokok di dekat gudang tersebut (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).

Pemakaian
Pemakaianyang keliru akan menimbulkan banyak kerugian. Oleh karena itu sebelum memakai herbisida harus diketahui informasi sebanyak-banyaknya dari herbisida tersebut dan dibaca/dihayati seluruh intruksi yang ada dalam pembungkus/botol. Langkah umum yang biasa harus dipatuhi adalah :
·         Jangan menyemprot dalam angin kencang
·         Penggunaan nosel yang agak besar agar droplet tidak terlalu kecil
·         Pakai tekanan serendah mungkin
·         Pakai pakaian semprot, sarung tangan, gogels, respirator, dan sebagainya, dan mandilah setelah menyemprot.
·         Buang sisa herbisida di dalam lubang yang khusus
·         Setelah dipakai, alat-alat harus dicuci dengan aseton (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).

Teknik Pemakaian Herbisida
Pemilihan herbisida untuk suatu masalah gulma pada suatu tanaman budidaya memerlukan kecakapan tertentu. Para administratur perkebunan mungkin sudah mempunyai kecakapan ini, atau dapat pula minta saran dari perusahaan agro-kimia atau petugas balai penelitian, atau mencari informasi dari pustaka (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).Menurut Tjitrosoedirdjo et al, (1984) para administratur kebun dalam hal ini perlu tahu teknik pemakaian herbisida yang baik, diantaranya adalah :

 Selektivitas
Salah satu pertimbangan pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Faktor yang mempengaruhi selektivitas antara lain :
1.    jenis herbisida (dipakai lewat akar atau daun)
2.    volume semprotan, volume yang terlalu besar akan menyebabkan kurangnya efektivitas melalui aliran permukaan, sebaliknya dengan volume yang terlalu kecil mungkin butiran semprotan tidak merata.
3.    Ukuran butiran semprotan, butiran yang terlalu besar akan terpental dari daun dan jatuh ke tanah, sedangkan butiran yang terlalu kecil akan terbawa oleh angin, menyebabkan driftdan meracuni tanaman sekitarnya.
4.    Maksud penyemprotan. Apakah disemprot seluruhnya, penyemprotan terarah atau hanya spot, atau larikan, dan sebagainya.
5.    Waktu pemakaian, apakah pra-tumbuh, pasca-tumbuh, atau pra-tanam
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Herbisida

Keuntungan Penggunaan Herbisida
Herbisida merupakan alat yang canggih dalam pengendalian gulma, serta memberukan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. Adapun keuntungan yang diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut Sukman (2002):
a)    Dapat menggendalikan gulma sebelum mengganggu.
b)   Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman
c)    Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar
d)   Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.

Kerugian Penggunaan Herbisida
Kelemahan atau kerugian penggunaan herbisida antara lain adalah herbisida dapat menimbulkan:
a)      species gulma yang resisten, akibat penggunaan yang terus menerus dari satu jenis herbisida di dalam suatu lahan, maka akan terjadi perubahan dominansi dalam komunitas gulma dari jenis-jenis yang peka menjadi jenis-jenis yang toleran (Sastroutomo, 1990).
b)      polusi dan
c)      residu yang dapat meracuni tanaman (Sukman & Yakup, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
2)    Tritrosoedirdjo, Soekisman. Utomo, Is Hidajat. Wiroatmodjo, Joedojono. 1984. Pengolahan Gulma Di Perkebunan. Jakarta: Gramedia
3)    Sukmana, Yernelis. 2002. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Pt Raja Grafindo Persada : Jakarta
4)    Riadi, Muhammad. 2011. Mata Kuliah : Herbisida Dan Aplikasinya. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

5)    Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia. 217, 173 Hal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.