AGROKIMIA HERBISIDA
@D18-Rifqi , @ProyekB04
Oleh Rifqi Baihaqi
Pengertian
Hebrisida
Pengertian Herbisida adalah bahan kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida mempengaruhi proses
pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, respirasi,
fotosintesis, metabolisme, nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya. Herbisida
sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Herbisida berasal dari senyawa kimia organik maupun
anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme.
Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu, juga terhadap
tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan
seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan
membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.
Klasifikasi Herbisida
Untuk dapat memakai herbisida dengan baik, kita perlu
mengetahui herbisida tersebut dengan baik pula. Sehingga dilakukan pengolongan
herbisida dengan tujuan untuk mempermudah pengenalan jenis herbisida yang
banyak jenisnya. Dengan adanya penggolongan tersebut akan lebih mudah mendalami
dan mengenal sifat masing-masing herbisida. Menurut Sukmana 83-90 (2002) secara
umum klasifikasi herbisida ada 4, yaitu :
1) Berdasarkan waktu aplikasi
Waktu aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh
stadia pertumbuhan dari tanaman maupun gulma. Berdasarkan hal tersebut, maka
waktu aplikasi herbisida terdiri dari :
a. Pre
plant, maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam, tetapi
tanah sudah diolah.
b. Pre
emergence, maksudnya herbisida diaplikasikan sebelum benih tanaman atau biji
gulma berkecambah. Pada perlakuan ini benih dari tanaman sudah ditanam,
sedangkan gulma belum tumbuh.
c. Post
emergence, maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah
lewat stadia perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada saat tanaman
masih muda maupun sudah tua.
2) Berdasarkan cara aplikasi
Cara aplikasi herbisida ada 2 yaitu :
a.
Aplikasi melalui daun
Aplikasi melalui daun ada dua, yaitu :
·
Bersifat kontak : berarti herbisida ini
hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini
cocok untuk mengendalikan gulma setahun, karena bila terkena akan menyebabkan
mati secara keseluruhan. Contohnya : herbisida paraquat (Gromoxone) kerjanya
menghambat proses photosistem 1 pada fotosintesis.
a) Herbisida
kontak selektif : herbisida ini hanya membunuh satu beberapa spesies gulma.
b) Herbisida
kontak non selektif : herbisida ini dapat membunuh semua jenis tumbuhan yang
terkena, terutama bagian yang berwarna hijau.
·
Bersifat sistemik : berarti herbisida yang
diberikan pada tumbuhan (gulma) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian
ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya : titk tumbuh,
akar, rimpang, dan lain-lain, sehingga tumbuhan/gulma tersebut akan mengalami
kematian total. Contoh : Glyphosate (Roundup) cara kerjanya menghambat sintesa
protein dan metabolisme asam amino.
b. Aplikasi
melalui tanah
Umumnya herbisida yang diberikan melalui tanah adalah
herbisida bersifat sistemik. Herbisida ini disemprotkan ke tanah, kemudian
diserap oleh akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi dam pai ke
“side of action” pada jaringan daun dan menghambat proses pada photosystem II
pada fotosintesis. Contohnya : herbisida diuron, golongan Triazine, Uracil,
Urea, dan Ioxynil.
3) Berdasarkan bentuk molekul
Berdasarkan bentuk molekulnya, herbisida dibagi
menjadi dua, yaitu :
a)
Herbisida anorganik merupakan suatu herbisida yang tersusun secara
anorganik (Riadi, 2011). Contohnya :
·
Ammonium sulfanat, akan
memperpanjang masa dormansi sampai cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis
dan meyebabkan kematian.
·
Ammonium sulfat, menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan tubuh
tumbuhan yang terkena ammonium, yang menyebabkan tumbuhan cepat mati. Ammonium
juga beracun pada protoplasma.sel.
·
Ammonium tiosianat, menyebabkan
racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkaogulasikan
protein.
·
Kalsium sianamida dapat mengkoagulasikan protein sel.
·
Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat, tembaga sulfat dapat melemahkan
kerja dan menyebabkan protein mengendap.
b)
Herbisida organik merupakan suatu herbisida yang tersusun secara organik
(Riadi, 2011). Contohnya :
· Amida.
Amida digunakan untuk mengendalikan kecambah gulma semusim, khusunya dari
golongan rumputan. Herbisida ini lebih aktif bila diaplikasikan pada permukaan
tanah sebagai herbisida pratumbuh. Mekanisme kerja utama herbisida yang
tergolong dalam kelas amida adalah mempengaruhi sintesa asam nukleat dan
protein. Butaklor, pretilaklor, alaklor, dan propanil termasuk dalam kelas
amida ini.
· Bipiridilium.
Herbisida yang termasuk dalam
golongan ini umumnya herbisida
pasca tumbuh, tidak aktif apabila diaplikasikan lewat tanah dan tidak selektif.
Paraquat dan diquat adalah contoh herbisida yang termasuk dalam kelas ini.
Tumbuhan yang terkena herbisida akan menampakkan efek bakar dalam waktu relatif
singkat dan diikuti dengan peluruhan daun. Cahaya, oksigen, dan klorofil adalah
prasarana utama yang diperlukan untuk menunjukkan efek racun tersebut.
Contoh diquat dan paraquat : Gramoxone mengandung bahan aktif paraquat
sebanyak 20%. Senyawa paraquat dikenal
sebagai racun kontak umum. Menurut formulatornya semua tumbuhan hijau dapat
dibunuhnya. Kenyataannnya lumut yang tumbuh di batu tahan terhadapnya. Padahal
lumut itu tumbuhan rendah, ada yang bersel satu saja. Mungkin fotosintesisnya
tidak menghasilkan elektron. Paraquat
sendiri tidak habis terpakai. Oleh karena itu paraquat dapat dapat dikatakan
sebagai katalisator organik. Tidak mengherankan kita, bila 1 liter produk
paraquat di dalam 500 liter air dapat
menghanguskan rumput seluas satu lapang sepak bola. Elektron (e) diperoleh dari
hasil samping fotosintesis. Proses fotosintesis mutlak bergantung pada
sinar/cahaya. Jadi, tenaga untuk membuat herbisida H2O2 secara tidak langsung berasal dari matahari.
·
Dinitroanilin. Butralin dan
pendimentalin termasuk dalam golongan herbisidadinitroanilin. Herbisida
tersebut akan aktif bila diaplikasikan ke tanah sebelum gulmatumbuh atau
berkecambah. Pola kerja herbisida dinitroalin adalah sebagai racun mitotikyang menghambat
perkembangan akar dan tajuk gulma yang baru berkecambah.
4) Berdasarkan cara kerja.
Berdasarkan cara kerjanya, menurut Tjitrosoedirdjo et al, (1984) klasifikasi
herbisida dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Kontak dan
ditranslokasikan : herbisida kontak dikenal juga sebagai caustis herbisides,
karena adanya efek bakar yang terlihat, terutama pada konsentrasi yang tinggi
seperti asam sulfat, besi sulfat, dan tembaga sulfat. Reaksi sel ini tidak
spesifik, biasanya memperlihatkan denaturasi dan pengendapan protein. Dengan
larutnya membran sel maka seluruh konfigurasi sel dirusak karena membran dari
kloroplas juga rusak dan sel itu akan mati. Paraquat dikenal juga sebagai
herbisida kontak, molekul herbisida ini mengahasilkan radikal hidrogen
peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel
seperti umumnya herbisida kontak
B. Herbisida
menurut mekanisme kerja
Beberapa proses metabolisme tanaman yang diengaruhi
oleh herbisida antara lain :
· Herbisida
yang menghambat fotosintesis
·
Penghambatan perkecambahan
·
Penghambatan pertumbuhan
·
Penghambatan respirasi/oksidasi
Keselamatan
dalam Pemakaian Herbisida
Sebelum memakai bahan kimia, termasuk juga herbisida
intruksi yang ada dalam pembungkus/botolnya harus dibaca dan dimengerti, dua
hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian herbisida, yaitu :
Penyimpanan
Gudang untuk menyimpan herbisida harus tersendiri.
Tempat itu harus panas sehingga tidak membekukan bahan emulsi dalam formulasi.
Harus disediakan alat pemadam kebakaran dan dilaran merokok di dekat gudang
tersebut (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).
Pemakaian
Pemakaianyang keliru akan menimbulkan banyak kerugian.
Oleh karena itu sebelum memakai herbisida harus diketahui informasi
sebanyak-banyaknya dari herbisida tersebut dan dibaca/dihayati seluruh intruksi
yang ada dalam pembungkus/botol. Langkah umum yang biasa harus dipatuhi adalah
:
· Jangan
menyemprot dalam angin kencang
·
Penggunaan nosel yang agak besar agar droplet tidak terlalu kecil
· Pakai
tekanan serendah mungkin
· Pakai
pakaian semprot, sarung tangan, gogels, respirator, dan sebagainya, dan
mandilah setelah menyemprot.
· Buang
sisa herbisida di dalam lubang yang khusus
·
Setelah dipakai, alat-alat harus dicuci dengan aseton (Tjitrosoedirdjo
et al, 1984).
Teknik
Pemakaian Herbisida
Pemilihan herbisida untuk suatu masalah gulma pada
suatu tanaman budidaya memerlukan kecakapan tertentu. Para administratur
perkebunan mungkin sudah mempunyai kecakapan ini, atau dapat pula minta saran
dari perusahaan agro-kimia atau petugas balai penelitian, atau mencari
informasi dari pustaka (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).Menurut Tjitrosoedirdjo et
al, (1984) para administratur kebun dalam hal ini perlu tahu teknik pemakaian
herbisida yang baik, diantaranya adalah :
Selektivitas
Salah satu pertimbangan pemakaian herbisida adalah
untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi
tidak merusak tanaman budidaya. Faktor yang mempengaruhi selektivitas antara
lain :
1. jenis
herbisida (dipakai lewat akar atau daun)
2. volume
semprotan, volume yang terlalu besar akan menyebabkan kurangnya efektivitas
melalui aliran permukaan, sebaliknya dengan volume yang terlalu kecil mungkin
butiran semprotan tidak merata.
3. Ukuran
butiran semprotan, butiran yang terlalu besar akan terpental dari daun dan
jatuh ke tanah, sedangkan butiran yang terlalu kecil akan terbawa oleh angin,
menyebabkan driftdan meracuni tanaman sekitarnya.
4. Maksud
penyemprotan. Apakah disemprot seluruhnya, penyemprotan terarah atau hanya
spot, atau larikan, dan sebagainya.
5. Waktu
pemakaian, apakah pra-tumbuh, pasca-tumbuh, atau pra-tanam
Keuntungan
dan Kerugian Penggunaan Herbisida
Keuntungan Penggunaan Herbisida
Herbisida merupakan alat yang canggih dalam
pengendalian gulma, serta memberukan keuntungan lebih dalam pemakaiannya.
Adapun keuntungan yang diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut Sukman
(2002):
a) Dapat
menggendalikan gulma sebelum mengganggu.
b) Dapat
mencegah kerusakan perakaran tanaman
c) Lebih
efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar
d) Dapat
menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.
Kerugian Penggunaan Herbisida
Kelemahan atau kerugian penggunaan herbisida antara
lain adalah herbisida dapat menimbulkan:
a) species
gulma yang resisten, akibat penggunaan yang terus menerus dari satu jenis
herbisida di dalam suatu lahan, maka akan terjadi perubahan dominansi dalam
komunitas gulma dari jenis-jenis yang peka menjadi jenis-jenis yang toleran
(Sastroutomo, 1990).
b) polusi
dan
c) residu
yang dapat meracuni tanaman (Sukman & Yakup, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
1) Utsman ali , 5 Mei 2015, http://www.pengertianpakar.com/2015/05/pengertian-dan-klasifikasi-herbisida.html
2) Tritrosoedirdjo,
Soekisman. Utomo, Is Hidajat. Wiroatmodjo, Joedojono. 1984. Pengolahan Gulma Di
Perkebunan. Jakarta: Gramedia
3) Sukmana,
Yernelis. 2002. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Pt Raja Grafindo Persada :
Jakarta
4) Riadi,
Muhammad. 2011. Mata Kuliah : Herbisida Dan Aplikasinya. Jurusan Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
5) Sastroutomo.
1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia. 217, 173 Hal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.