.

Sabtu, 31 Agustus 2019

PENERAPAN TEKNOLOGI HIJAU SEBAGAI PENGELOLAHAN AIR

Muhammad Azzam Basri
41617120039
Azham6661@gmail.com






Abstrak

Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global merupakan tantangan yang paling serius dihadapi oleh negara-negara di dunia pada abad ke 21 ini.. Pada tahun 2100 diperkirakan suhu meningkat 1,5 0 4,5 derajat Celsius dan permukaan air laut akan naik hingga 15 – 95 cm. Dampak yang diperkirakan terjadi antara lain es dan glazier di kutub mencair, sejumlah pulau dan sebagian kota pantai tenggelam, berbagai keaneragaman hayati musnah, kerusakan terumbu karang, frekuensi bencana banjir, angin topan hujan badai, dan banjir, frekuensi kebakaran meningkat, penyebaran penyakit bertambah, hama penyakit tanaman bertambah. Di Indonesia pemanasan global akan berdampak kepada hambatan pertumbuhan ekonomi, menurunnya ketahanan pangan, meningkatnya gangguan kesehatan. Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa masalah pemanasan global terjadi karena tindakan manusia yang dimulai sejak revolusi industri 50 tahun terahir ini. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global. Teknologi hijau merupakan salah satu upaya yang perlu dikembangkan sebagai upaya adaptasi dan mitigasi pemanasan global tersebut. Berbagai teknologi hijau telah tersedia dan telah diterapkan oleh beberapa negara maju dan negara berkembang. Khusus pada bidang pelestarian sumber air dan pengolahan air limbah tersedia beberapa teknologi hijau antara lain teknologi taman biologi, taman buangan air limbah dan sanitasi ekologi.
Keywords: Pemanasan global, pembangunan berkelanjutan, teknologi hijau, Green Concept, Kearifan lokal

Pendahuluan

Menurut  Handajani Asriningpuri , Fajar Kurniawati , Galih Pambudi  (2015) Konsep rancang bangun yang bernuansa lokal tidak lagi bertumpu pada kearifan lokal, karena trend bagi perancang lokal agar terlihat “modern” diambil dengan cara mengagungkan dan meniru konsep asing. Kearifan lokal hanya sebagai pelengkap, sementara itu Salura (2007) mengatakan bahwa karya arsitektur tidak pernah lepas dari konteks budaya ditempat arsitektur tersebut berada, jika budaya masyarakat berubah maka arsitektur akan cenderung ikut berubah.Pengetahuan arsitektur lokal harus dipertahankan eksistensinya agar tetap terpelihara sehingga dapat dimanfaatkan sebagai landasan rancang bangun didalam proses disain dan penelitian.
Di era revolusi industri 50 tahun terahir ini penduduk dunia telah menggunakan sumber energi yang tak terpulihkan yang terlalu banyak dan telah merusak 50% dari hutan dunia. Penggundulan hutan telah menghilangkan kemampuan untuk menyerap emisi karbon sehingga memacu terjadinya perubahan iklim. Sejak Perang Dunia II jumlah kenderaan bermotor di dunia bertambah sekitar 40 juta menjadi 680 juta, yang merupakan penyumbang emisi carbon dioksida pada atmosfer. Enam tindakan manusia yang dikenal sebagai “Tragedy of Commons” sebagai penyebab utama perubahan iklim global menurut Gany (2008) yaitu:
 a. Meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfir.
b. Perobahan terhadap siklus bio-kimia global dari nitrogen dan elemen-elemen lainnya.
 c. pembentukan dan pelepasan komponen organik secara terus menerus seperti chlorofluorocarbon.
 d. Perubahan besar-besaran dalam tataguna lahan dan vegetasi tutupan permukaan.
e. Perburuan dan perambahan sejumlah besar sumber daya alam dan kehidupan predator dan konsumen.
f. Invasi keanekaragaman hayati oleh species asing. Pada abad ke 21 ini, perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global merupakan permasalahan yang serius dihadapi Negara-Negara di seluruh dunia.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa kenaikan suhu bumi dari tahun 1990 – 2005 antara 0.13 – 0.15 derajat celcius. Apabila tidak ada upaya pencegahan, pada tahun 2050 – 2070 suhu Bumi akan naik sekitar 4,2 derajat Celcius, (KPKC Roma, 2002). Pada tahun 2100, suhu atmosfir akan meningkat 1,5 – 4,5 derajat Dampak pemanasan global yang akan terjadi adalah:
a. Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati.
b. Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir.
c. Mencairnya es dan glasier di kutub.
d. Meningkatnya tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan.
e. Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 – 95 cm.
f. Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia.
g. Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan.
h. Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria ke daerah-daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk).
 i. Daerah-daerah tertentu menjadi padat karena terjadinya arus pe-ngungsian.

Permasalahan

Bagi masyarakat Indonesia dampak pemanasan global yang timbul antara lain kenaikan permukan air laut sampai 90 cm yang mengakibatkan tenggelamnya sekitar 2000 pulau, penurunan pH air laut dari 8,2 menjadi 7,8 yang akan menghambat kematian biota dan terumbu karang sehingga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, yang mengakibatkan terjadinya penurunan populasi ikan dan sehingga menurunkan hasil laut seperti ikan, udang dan biota laut lainnya. Selanjutnya dampak ekonomi dan sosial akan terjadi akibat terendamnya sebagian besar kota-kota di wilayah pesisir. Dampak pada pertanian yaitu, akan terjadi menurunnya produktivitas tanaman karena terganggunya akibat perobahan pola presipitasi, penguapan, air limpasan dan kelembaban tanah. Selain itu pemanasan global juga berisiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman, sehingga akan menggangu pertahanan pangan. Peningkatan suhu Bumi akan menyebabkan curah hujan yang semakin lebat sehingga banjir akan lebih besar. Dampak pada kesehatan masyarakat akan meningkat karena peningkatan suhu akan memperpendek siklus hidup beberapa vektor penyakit dan masa inkubasi penularan menjadi lebih singkat terutama malaria dan Demam Berdarah, serta penyakit lainnya seperti Diare, Leptospirosis, kanker kulit, dll, (Kompas, 2007).
permasalahan yang disebabkan oleh pemanasan global, maka dirasa perlu untuk mencari solusi agar dapat meminimalisir dampak tersebut. Pleh sebab itu penulis merasa perlu membuat tulisan ini, yang berjudul, “Penerapan teknologi hijau merupakan solusi untuk melestarikan sumberdaya air”.

Pembahasan

Konsep Teknologi Hijau (Green Technology)

Green Technology (Teknologi Hijau), diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan praktis / teknologi yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan yang dapat mewujudkan tatanan infrastuktur untuk memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan (sustainable development), tanpa merusak atau mengganggu sumber daya alam. Secara singkat, teknologi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan tidak mengganggu ketersediaan kebutuhan generasi mendatang. (Green Tecnology, 2008)
Keberadaan teknologi hijau ini diharapkan dapat menjadi inovasi bagi manusia untuk merobah gaya hidupnya seperti kegandrungan manusia saat ini akan information technology (IT). Beberapa ciri Teknologi Hijau antara lain; berkelanjutan (sustainable), menggunakan sumber alam yang terbarui (reclaimed), menghasilkan produk yang bermanfaat kembali (re-used), mengurangi produk limbah dan bahan pencemar, menggunakan proses terdaur ulang (recycle), inovatif tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, menciptakan kegiatan dan produk yang bermanfaat bagi lingkungan atau dapat melindungi bumi.
Teknologi Pelestarian Sumber Air
Taman Biologi (Bio – Park)
Bio-Park merupakan salah satu teknologi hijau yang digunakan untuk memperbaiki kualitas sumber-sumber air yang tercemar seperti air saluran, sungai dan danau. Proses reduksi bahan-bahan pencemar dalam Bio-Park terjadi melalui siklus rantai makanan dalam ekosistem akuatik atau ekoteknologi.
teknologi Bio-Park merupakan upaya adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global dengan karakteristik sbb:
a. Menanam vegetasi
b. Memperbaiki kualitas air yang tercemar secara efisien tanpa bahan kimia.
c. Memanfaatkan lumpur sebagai pupuk organic
d. Tidak menghasilkan limbah kimiawi
e. Bio-Park adalah “zero emission System”
Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik
Ecological Sanitation
Sanitasi
Sanitasi merupakan pengetahuan untuk berkehidupan bersih, tertata atur dalam sebuah sistim pengarahan buangan padat dan air kotor, agar mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran atau limbah dan bahan berbahaya, sehingga diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kehidupan dan kesehatan manusia. Limbah atau material buangan berdampak pada masalah kesehatan (kotoran manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat - sampah, serutan kayu atau bambu, air bahan buangan sisa mandi atau cucian).
Drainase menurut Halim (2002) dibagi kedalam 4 jenis, yaitu :
1) menurut sejarah terbentuknya (drainase alamiah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, dan drainase buatan yang di bentuk berdasarkan analisis ilmu drainase untuk menentukan debit akibat hujan dan dimensi saluran);
2) menurut letak saluran (drainase muka tanah, dan drainase bawah muka tanah);
3) menurut fungsi drainase (single purpose berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, sedangkan multy purpose berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian);
4) menurut konstruksi (saluran terbuka merupakan saluran air yang tidak dapat mengganggu kesehatan, dan saluran tertutup merupakan saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan).
Taman Buangan Air Limbah (Wastewater Garden) Wastewater Garden (WWG) adalah teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat pencemar dari unit pengolahan limbah perumahan, hotel, restoran, atau perkantoran. WWG merupakan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya. Tanpa memerlukan peralatan mekanis dan bahan kimia, air limbah di daur ulang secara gravitasi ke taman, kebun sayuran, ataupun buah-buahan. WWG pada awalnya dikembangkan untuk melindungi pantai dari pencemaran limbah penduduk.
Kontribusi penerapan teknologi WWG dalam mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global karena:
a. menanam vegetasi
b. meningkatkan kualitas effluent ke lingkungan tanpa bahan kimia dan peralatan mekanis
c. Ekologis, mudah dan murah Teknologi WWG dikembangkan oleh Planetary Reef Foundation dan telah berhasil diterapkan di Meksiko, Bali, Bahama, Belize, Perancis, Polandia, Pilpina, Amerika Serikat dan Australia.
WWG yang terbesar saat ini adalah Xpu-Ha EcoPark di Meksiko yang dirancang untuk mengolah limbah 1500 pengunjung per hari. Di Indonesia, teknologi WWG telah di uji coba pada beberapa kantor pemerintah daerah dan diterapkan pada beberapa hotel di kawasan Nusa Dua.
Sanitasi Taman (SANITA)
adalah Teknologi Hijau untuk memperbaiki kualitas effluent tangki septik konvensional agar tidak mencemari air tanah. Effluen septik tank konvensional masih mengandung bakteri Fecal Coli yang cukup tinggi dan beresiko mencemari air sumur dangkal yag terletak berdekatan, terutama pada permukiman yang padat. Sebagian besar penduduk perkotaan masih mengkonsumsi air tanah dangkal sebagai sumber air minum dan rumah tangga sehingga mereka berisiko tinggi terjangkit penyakit perut (waterborne deseases). SANITA mampu menurunkan bakteri Fecal Coli pada effluent tangki septik sampai dengan lebih dari 99% sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah. Penerapan SANITA pada permukiman akan menambah vegetasi permukaan yang merupakan salah satu upaya adaptasi dan mitigasi dampak perobahan iklim. Selain itu SANITA juga mudah dan murah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya, serta tidak menggunakan bahan kimia dan peralatan mekanis. SANITA telah diteliti oleh Pusat Litbang Permukiman sejak tahun 2004 dan saat ini telah disusun pedoman tata cara pembangunannya sebagai kelengkapan Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara Pembangunan Tangki Septik. Salah satu percobaan lapangan berada kampus Pusat Litbang Permukiman

Kesimpulan

1. Perubahan Iklim yang diakibatkan oleh Pemanasan Global telah dirasakan dampaknya dalam kehidupan manusia. Apabila tidak dilakukan upaya pencegahan, dampak pemanasan global di masa yang akan datang merupakan ancaman yang sangat serius bagi kehidupan semua makhluk di bumi.
2. Dalam menghadapi dampak Pemanasan Global diperlukan upayaupaya mitigasi dan adaptasi yang melibatkan masyarakat.
3. Teknologi Hijau merupakan salah satu upaya adaptasi dan mitigasi dampak Pemanasan Global yang sejalan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
4. Berbagai Teknologi Hijau di bidang pelestarian sumber air dan pengolahan air limbah telah tersedia untuk diterapkan dalam pembangunan
5. Perlu adanya upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengkampanyekan penggunaan teknologi hijau secara luas.


Daftar Pustaka

Ginting, Nana Terangna. Mitigasi dan Adaptasi dampak perubahan iklim melalui penerapan teknologi hijau. Bandung.
Asriningpuri Handajani dan Fajar Kurniawati dan Galih Pambudi. Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan. Tangerang Selatan.
Nefilinda. Teknologi Hijau : Solusi Untuk Pelestarian Sumber Air




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.