.

Sabtu, 10 Februari 2018

Penerapan Green Chemistry Pada Industri Bahan Bangunan

oleh: Febriansyah (@F26-Febriansyah,@Proyek D07)


ABSTRAK
Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional, dimana kesejahteraan masyarakat memberikan kontribusi besar dalam pengembangan industri bahan bangunan karena bahan bangunan merupakan komponen utama dalam pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana infrastruktur. Pendekatan pembaharuan berkelanjutan dalam hal penemuan atau inovasi akan membawa kepada proses dan produk yang aman di dalam ekosistem alami, dan mudah terurai, sehingga menjadi zat gizi untuk alam atau dapat didaur ulang. 
Kata Kunci : Industri, Bahan Bangunan, Green Chemistry

Pendahuluan
Tren ini hasil masukan dari berbagai pihak seperti pemerintah, pengembang, arsitek, broker properti, termasuk para pemilik rumah. Tren ini mencakup tren penggunaan perabot pintar (smart appliances), analisis masa pakai bahan bangunan, serta pemanfaatan energi berbasis komunitas yang makin terjangkau oleh masyarakat.
  1. Tren “hijau”  kini semakin terjangkau. Masih banyak yang mengaitkan tren ramah lingkungan dan bangunan hemat energi dengan biayanya yang mahal. Kini tidak lagi.  Teknologi ramah lingkungan dan bahan baku berkualitas tinggi semakin murah dan mudah didapat. Audit energi yang murah dan gratis banyak tersedia. Pemilik rumah semakin sadar atas manfaat modifikasi hemat energi yang simpel dan murah. Program Solar City di AS memungkinkan pemilik rumah memasang panel surya tanpa uang muka. Program lain seperti Habitat for Humanity menyediakan rumah ramah lingkungan sesuai dengan standar sertifikasi LEED dan Energy Star dengan harga terjangkau (US$100.000).
  2. Tren kompetisi penghematan energi. Anda bisa menciptakan kompetisi hemat energi di berbagai jejaring sosial seperti Facebook, Twitter atau jejaring media lain. Ajak teman-teman Anda bergabung dalam kompetisi ini. Earth Aid misalnya, menggelar program yang memungkinkan Anda melacak penggunaan energi di rumah dengan sponsor toko-toko ritel lokal. Anda juga bisa berbagi dan menemukan info cara penghematan energi paling efektif di Earth Aid. Didukung program dari Kementrian Energi AS seperti program Home Energy Score dan program Energy Performance Score di Oregon dan Washington, penduduk AS kini bisa saling membandingkan konsumsi energi dan menemukan cara penghematan energi terbaik bagi rumah mereka.
  3. Tren peraturan energi berbasis kinerja (performance-based energy codes). Penggunaan energi bisa tak terkontrol tanpa adanya peraturan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan regulasi yang mengatur standar pemakaian energi untuk peralatan rumah tangga seperti pemanas maupun pendingin ruangan. Hal ini penting bagi para pemilik bangunan yang ingin memodifikasi bangunan mereka menjadi bangunan ramah lingkungan. Pemilik bangunan bisa memilih strategi hijau yang paling efektif bagi bangunan dan penghuninya namun mereka juga harus memenuhi target minimal penghematan energi dan melaporkan pemakaian energi mereka selama satu tahun ke lembaga terkait. Kota Seattle dan New Building Institute bekerja sama dengan Preservation Green Lab dari National Trusts telah menciptakan dan memraktekkan peraturan hijau ini bagi gedung lama maupun baru.
  4. Tren energi terbarukan berbasis komunitas (Community Renewable Energy). Kini, banyak komunitas yang telah bekerja sama mendapatkan energi surya dengan harga terjangkau. Membeli panel surya secara berkelompok bisa mengurangi biaya instalasi dan produksi hingga 15-25%.
  5. Tren perabot pintar (Smart Appliances). Dengan memanfaatkan teknologi pengukuran pintar (smart meters), pemilik gedung bisa mendapatkan tips cara menghemat energi pada jam-jam sibuk. Pemilik gedung juga bisa mengetahui kebutuhan energi setiap perabot yang mereka pakai. Pihak pabrikan banyak yang telah menerapkan teknologi pengatur waktu dan pengatur konsumsi energi canggih di produk mereka sehingga pemakaian energi bisa semakin dikontrol.
  6. Tren berbagi ruang. Saat krisis ekonomi, banyak penyewa gedung yang memodifikasi bangunan mereka sehingga bisa dihuni lebih banyak orang. Bangunan kecil tambahan yang bisa dimanfaatkan sebagai kantor, studio, atau disewakan itu memenuhi syarat ideal sebuah bangunan yang hemat energi dan berwawasan lingkungan. Bangunan tambahan ini bisa memaksimalkan penggunaan ruang di perkotaan dan memberikan nilai tambah bagi pemilik bangunan. Kota-kota seperti Portland, Oregon, dan Santa Cruz, California, membebaskan biaya administrasi bagi bangunan-bangunan seperti ini.
  7. Tren penyekatan bangunan secara optimal. Teknologi saat ini memungkinkan bangunan disekat sedemikian rupa sehingga tidak ada energi yang keluar. Desain ini sangat cocok bagi negara yang memiliki empat musim. Saat musim dingin, bangunan yang memiliki sekat sempurna dipanaskan oleh aktifitas dalam ruang tanpa harus menggunakan pemanas elektrik. Bangunan yang memiliki sekat dalam sistem pemanas atau pendingin yang baik bisa menghemat energi dan biaya pemanasan atau pendinginan gedung. Konsep ini sesuai dengan sertifikasi Energy Star. Bangunan juga bisa menggunakan sistem pemanas atau pendingin yang berasal dari panas bumi (geothermal) yang lebih ramah lingkungan.
  8. Tren daur ulang air limbah. Air semakin sulit didapat. Di beberapa wilayah seperti di bagian barat laut AS dan bagian selatan California, sistem daur ulang air semakin populer. Dengan mendaur ulang air kita bisa menghemat penggunaannya dan bisa mengurangi limbah. Walaupun beberapa kota masih enggan menggunakan air hasil daur ulang (grey water), namun sejumlah negara telah memanfaatkannya bahkan untuk irigasi. Singapura adalah negara di Asia yang mendaur ulang air limbahnya untuk digunakan pada kebutuhan sehari-hari.
  9. Tren sertifikasi gedung-gedung kecil.  Sebanyak 95% gedung-gedung komersial di AS memiliki luas di bawah 4.645 m2. Namun bangunan yang memiliki sertifikasi LEED (Leadership in Energy & Environmental Design) biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar. Hal ini karena biaya sampingan untuk sertifikasi seperti biaya komisi, rancang bangun energi (energy modeling), pendaftaran proyek , dan biaya administrasi lain masih sangat besar sehingga biaya sertifikasi ini menjadi sangat mahal bagi pemilik dan pengembang gedung kecil. Program sertifikasi yang didesain khusus bagi gedung-gedung kecil kini semakin marak seperti Earthcraft Light Commercial dan Earth Advantage Commercial.
  10. Tren analisis masa pakai (Lifecycle Analysis/LCA). Memahami masa pakai bahan bangunan dan efeknya dari pabrikan hingga ke pembuangan sangat penting bagi pengembang berwawasan lingkungan. Dengan memahami prinsip masa pakai tersebut, industri konstruksi bisa memelajari efek bahan-bahan bangunan itu dimulai dari produksi hingga ke pembuangannya.
Pembahasan
CAT RAMAH LINGKUNGAN
     Senyawa organik yang mudah menguap atau volatile organic compounds (VOC) biasa diidentifikasi sebagai bau sesuatu yang baru dicat, bersifat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sejak dulu ada cat yang larut dalam air berbentuk bubuk, tetapi tidak mudah didapat. Perusahan cat di Inggris berhasil membuat cat yang sedikit sekali atau tidak mengandung VOC tetapi tetap menarik, misalnya cat yang berbasis pelarut dari tanaman yang tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik. Cat-cat yang diiklankan di Indonesia juga sudah mulai memperhatikan keamanan terhadap kesehatan dan lingkungan. 
PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN 
        Sudah ada produk-produk plastik yang berbahan dasar gula dari tanaman hasil pertanian yang terbarukan, seperti jagung, kentang, dan gula dari buah bit, untuk mulai menggantikan plastik yang berasal dari petroleum. Beberapa perusahaan di negara maju telah menghasilkan produk-produk plastik yang ramah lingkungan. Sebagai contoh, perusahaan di Amerika yang memasarkan polimer PLA dari tumbuhan yang berasal dari jagung, digunakan dalam kemasan makanan dan minuman. Perusahaan ini juga berhasil membuat serat yang berasal dari jagung dinamakan Ingeo dan digunakan untuk membuat selimut serta hasil tekstil lain. Pabrik yang memakai polimer PLA sebagai bahan dasarnya juga mengintegrasikan prinsip-prinsip kimia hijau termasuk dalam memilih zat warna untuk produkproduk mereka. Di Amerika Serikat, terdapat perusahaan yang mengganti bahan penguat karpet yang biasanya terdiri atas aspal, polivinil klorida (PVC), dan poliuretan, dengan resin poliolefin, yang berasal dari tanaman dan lebih rendah toksisitasnya. Karpet jenis ini memiliki daya rekat yang tinggi dan tidak mudah menyusut. Saat ini karpet yang ramah lingkungan ini telah digunakan untuk bangunan rumah, sekolah, rumah sakit, dan kantor. Saat ini sudah ada Pedoman Pemanfaatan Biomaterial Berkelanjutan (Sustainable Biomaterials Guidelines) yang memberi arahan untuk pendekatan komprehensif terhadap siklus produksi, pemanfaatan dan pengolahan limbah untuk praktik pertanian sampai dengan daur ulang dan pembuatan pupuk. Pedoman tersebut memberi saran bagaimana mengolah limbah tumbuhan seperti kayu, rumput kering, tanaman, dan berbagai bahan mentah pertanian untuk dimanfaatkan kembali. Pedoman tersebut sesuai dengan prinsip kimia hijau yang ke tujuh yaitu memanfaatkan bahan baku pertanian yang dapat didaur ulang. Prinsip ini mendasari usaha para ahli kimia untuk memanfaatkan material yang dapat diperbaharui, seperti bahan bakar biogas dan pakan ternak, menghemat penggunaan energi, dan memproduksi zat-zat kimia yang ramah lingkungan pada pengolahan bahan makanan.

Kesimpulan
       Pendekatan kimia hijau adalah usaha penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa berbahaya melalui usaha perancangan, produksi, dan penerapan produk kimia. Pendekatan kimia hijau berusaha meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan katalis yang aman untuk reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi pada tingkat atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan. Usaha untuk menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau pada tingkat dunia dan Indonesia telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Masih banyak usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan penelitian, pendidikan, kebijakan, dan penerapan kimia hijau terutama tentang penerapan nanopartikel untuk kesehatan. 

Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017. Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media :  Jakarta

Mustafa, Dina (2016). Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan. Artikel Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas hal 177-191

Hartono (2013). Pengembangan Industri Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan. Artikel yang diakses melalui http://www.kemenperin.go.id/artikel/7889/Pengembangan-Industri-Bahan-Bangunan-yang-Ramah-Lingkungan pada tanggal 9 Februari 2018

Menteri Lingkungan Hidup. (2011). Peraturan Menteri negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2011 Tentang Program Penilaian Peringkat kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. http://apki.net/wp-content/uploads/2012/05/PeraturanMenteri-Negara-Lingkungan-Hidup-Nomor-5-Tahun-2011-ProgramPenilaian-Perangkat-Kinerja-Perusahaan-dalam-PengelolaanLingkungan-Hidup1.pdf Diunduh pada 07/02/2018.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011). Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.