Pencemaran air laut di Kepulauan Riau
Pencemaran laut untuk kesekian kalinya terjadi di
perairan sekitar Pulau Batam Kepulauan Riau. Gumpalan minyak mentah tidak hanya
mengapung menutup permukaan laut, tapi sebagian terdampar mengotori pantai.
Kehidupan masyarakat setempat terusik. Kejadian ini juga kian merepotkan
Pemerintah Kepulauan Riau. Pasalnya, kasus pencemaran laut, bukan hanya sekali
dua kali terjadi tapi sudah berulang kali, bahkan hampir tak terhitung lagi.
"Bayangkan, kejadian seperti ini, sudah terjadi sejak saya masih kecil
hingga sekarang," ujar seorang pejabat pemerintah setempat. Celakanya,
sumber pencemaran sulit dilacak, meski banyak pihak menduga, tumpahan minyak
tersebut kemungkinan berasal dari kapal-kapal di perairan negara tetangga
Singapura, dan terbawa arus laut ke perairan Pulau Batam. Terhadap kejadian
tersebut, Pemerintah Kepulauan Riau berniat melayangkan surat kepada
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, agar masalah tersebut diusut tuntas.
"Jika perlu, kasus pencemaran laut seperti ini dibawah ke Mahkamah Internasional,
karena dampaknya sudah sangat mengganggu" ujar sumber di Pemerintah
Provinsi Riau. Namun, menurut Kementeriani Lingkungan Hidup sumber penyebab
pencemaran tersebut hingga saat ini belum diketahui. Pihak Singapura sudah
dihubungi, tapi mereka mengaku tidak tahu menahu asal sumber pencemaran
tersebut. Karena itu, untuk sementara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
pengawasan di perairan sekitar Pulau Batam, yang bekerja sama dengan
TNI-Angkatan Laut. Sejatinya, pencemaran laut oleh tumpahan minyak dan limbah
lainnya bukan hanya terjadi di Batam, tapi juga di beberapa perairan laut
Indonesia lainnya. Di perairan Teluk Jakarta, misalnya, tumpahan minyak mentah
dan jenis limbah lainnya jumlahnya mencapai ratusan karung. Itu pun belum semua
limbah berhasil berhasil diangkat dari laut. Beberapa tahun silam, perairan
Cilacap juga mengalami pencemaran berat akibat tumpahan minyak dari kapal
tanker yang karam di lepas pantai Pelabuhan Cilacap. Jika melihat perkembangan
aktivitas di perairan laut Indonesia, maka diperkirakan pencemaran laut, baik
oleh tumpahan minyak dal beragam limbah akan meningkat. Secara umum, sumber
pencemaran laut oleh tumpahan minyak bersumber aktivitas transportasi minyak,
pengeboran minyak lepas pantai, pengilangan minyak dan pemakaian bahan bakar
produk minyak bumi. Penyebabnya, bisa karena kesengajaan, atau kecelakaan,
seperti kebocoran pipa pemboran minyak atau karamnya kapal tanker pengangkut
minyak. Namun apa pun penyebabnya, tumpahan minyak yang mencemari laut pada
akhirnya berdampak negatif bagi organisme laut. Laut yang tercemar minyak dapat
mengancam kehidupan beberapa jenis burung, dan organisme aquatik pantai,
seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, hutan mangrove dan rusaknya wisata
pantai. Tumpahan minyak juga akan menghambat/mengurangi transmisi cahaya
matahari ke dalam air laut karena diserap oleh minyak dan dipantulkan kembali
ke udara. Penanggulangan Penanggulangan pencemaran laut, khususnya di perairan
Indonesia, baik berasal dari kapal maupun non-kapal seperti, pelabuhan,
anjungan minyak dan gas, dan lain-lain sudah diatur secara nasional dan
internasional. Pada lingkup nasional, ketentuan tentang hal tersebut antara
lain diatur dalamUndang Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Peraturan
Presiden No. 109/ 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak
di Laut, yang termasuk mengatur organisasinya di tingkat nasional, daerah dan
industri/migas. Sedangkan pada level internasional, masalah tersebut antara
lain diatur dalam UNCLOS 82, IMO Convention, Konvensi Marpol 73/78, dan CLC.
Dengan kata lain, dari aspek payung hukum sesungguhnya sudah cukup memadai.
Namun pada pelaksanaannya tampak masih perlu pembenahan. Akar penyebabnya,
bukan pada penguasaan teknis dan prosedur yang belum berjalan sebagaimana
mestinya, melainkan dalam hal koordinasi dan sinergi antar instansi yang belum
maksimal. Dalam penanggulangan pencemaran laut, masing-masing pihak cenderung
jalan sendiri-sendiri. Kalau pun dapat berkoordinasi dan melakukan langkah
bersama itu pun cenderung lamban. Dalam kasus pencemaran dari pemboran minyak
di Celah Timur, misalnya, kejadian tersebut terjadi bulan Agustus 2009.
Koordinasi antar instansi dan departemen baru berjalan Desember dan hingga
Januari 2010, belum ada tindakan pasti karena masih menunggu hasil penelitian
yang akan dilakukan oleh salah satu departemen. Demikian pula, dalam
penanggulangan pencemaran perairan laut di Pulau Batam. Inilah potret
penanggulangan pencemaran laut di negeri ini. Pada hal Padahal, berdasarkan
Keputusan Presiden (Keppres) tentang Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan
Minyak di Laut keterlibatan antar departemen terkait sangat diperlukan. Agar
penanganan tumpahan minyak dapat berjalan integratif. Keterlibatan berbagai
instansi pemerintah sangat diperlukan karena dampak tumpahan minyak sangatlah
luas. Penanggulangan tumpahan minyak sesungguhnya dapat dilakukan dengan
membentuk semacam badan penyelenggara (executing agency) untuk menangani
tumpahan minyak semacam National Contency plan (NCP). Atau dalam satu wadah
yang melibatkan berbagai instansi/departemen secara permanen. Menurut beberapa
sumber, konon Pertamina telah memiliki 54 sistem Tanggap Darurat Penanggulangan
Tumpahan Minyak Tier. Tapi pengelolaannya masih bersifat lokal dan
pembentukannya baru berdasarkan kebutuhan teknis, belum melalui penilaian
(assessment) yang mendalam. Dampak dari kondisi yang ada itu tentulah akan
terasa bilamana memasuki tahapan pasca lokalisasi tumpahan. Dalam tahap ini
mulai dihitung kerugian yang diderita oleh semua pihak akibat pencemaran yang
terjadi. Juga, akan dihitung berapa besar kerugian yang harus dibayar oleh
pemilik kapal sesuai aturan internasional yang berlaku. Terutama memperkirakan
dampak kerusakan terhadap lingkungan dan kehidupan ekonomi masyarakat yang
tergantung pada lautan di sekitarnya. Padahal, semestinya semua langkah harus
berjalan simultan. (LS2LP)
Pembahasan
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut dapat mempengaruhi semua negara pantai baik yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan terhadap masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun, sumber utama pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker. Hasil ekspoitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi (crude oil). Pencemaran minyak bumi dilepas pantai bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang tenggelam yang menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut lepas). Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut. Penyebaran limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang dapat menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan proses fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan kematian.
Pembahasan
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut dapat mempengaruhi semua negara pantai baik yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan terhadap masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun, sumber utama pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker. Hasil ekspoitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi (crude oil). Pencemaran minyak bumi dilepas pantai bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang tenggelam yang menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut lepas). Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut. Penyebaran limbah tersebut dapat berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang dapat menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan proses fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan kematian.
Menurut Benny 2002, pencemaran minyak di laut berasal
dari:
1. Operasi Kapal Tanker
2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan)
7. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon ( perkantoran & industri )
8. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )
2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan)
7. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon ( perkantoran & industri )
8. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )
Air laut adalah suatu komponen
yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari
daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat
penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang
mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut.
Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke
sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk
fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan
tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton. Fitoplankton
adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian
fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton
lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa
fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh
ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan
planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai
tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik
level tertinggi.
Ikan predator dan
ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling
tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat
yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya
setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam
tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi
yang di air.
Polutan tersebut
mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada
akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh
organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan
sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena
kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang
berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga
makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan
yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World
Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah
lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil
dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak
sedikit yang menyebabkan kematian.
Pencemaran laut
merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara
sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut,
bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang tepat untuk
menangani pencemaran laut tersebut.
Pencemaran oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang
pesat, sehingga kecelakaan kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak
dilautan hampirtidak bias dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam
jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini
akan mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa
arus dan terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah
terjadi :
a)
Torrey canyon dilepas
pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b) Showa maru di selat Malaka pada tahun
1975
c) Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas
terhadap hewan dan tumbuh tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang
mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan
air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mence mari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan
daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera
menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena
ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2
tahun.
Pencemaran oleh logam berat
Logam berat ialah benda padat atau
cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam
yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan.
Logam
berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium
(Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik
yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan.
Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari
masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :
Kertas
: Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical
: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang
: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk
: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Kilang
minyak
: Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja
: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
Logam bukan
besi : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan bermotor : Cd,
Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Semen,
keramik : Cr
Tekstil
: Cr
Industri
kulit
: Cr
Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam
berat bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat
semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air
dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Logam berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia
apabila air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak
langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam
tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai
bahaya terhadap kesehatan.
Pencemaran oleh sampah
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah
plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh
persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah komponen yang telah
dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di
lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik
yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme
perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik,
kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu
jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut,
kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan,
menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke
permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga
dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini
kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi
umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya
kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat
kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat
makin menipisnya kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut
akan berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di
daerah tersebut. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada
didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar
dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu
hanya dari golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk
golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya
tidak merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.
Pencemaran oleh pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida
adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan
dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organism-organisme lain yang
tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang
tinggi yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa
merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota
air yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan
berasal dari suatu grup bahan kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk
dalam grup ini. Pestisida jenis ini termasuk golongan yang mempunyai ikatan
molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan
di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat
berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan
membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan
yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah
tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam
tubuh mereka. Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk
bahan kimia didalam jaringan tubuhnya.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut,
mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan,
pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya
bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.
Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan
nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam
ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer
(ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat
membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan
kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan
mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi.
Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut , dan
cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah
mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh
dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir
di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur,
terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red
tide) secara signifikan yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan
masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi
saat organisme mendekati ke arah pantai.
Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah
dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan
banyak lagi. Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki
atmosfer bumi, maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat
menyebabkan hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih
asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan
hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim
juga akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin
memanas, maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah
yang paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini .
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu
karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang
dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih
asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan
larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain
yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu
hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah saat ini perubahan
suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami
Dampak pencemaran laut
Logam berat
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO
(Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan
untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam
berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang
sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia.
Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam
Berat di dalam Tubuh Manusia : Barium (Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar
pada temperatur ruang. Jangka panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan
terganggunya sistem syaraf.
·
Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar.
Beracun jika terhirup dari udara atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan
dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang, terakumulasi di hati, pankreas,
ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi
·
Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat
karsinogenik dan korosif pada jaringan tubuh. Jangka panjang, peningkatan
sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
·
Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau
terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang, menyebabkan kerusakan otak dan
ginjal; kelainan pada kelahiran
·
Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap
oleh kulit atau terhirup dari uap. Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf
pusat, dapat menyebabkan kelainan pada kelahiran.
·
Perak (Ag):
Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit, mata dan
membran mukosa (mucus)
Tumpahan minyak
Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang
suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan
mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan keracunan pada burung tersebut.
Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang
plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut.
Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan
ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian
melalui kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota
laut, adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Penyakit yang paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah
bersentuhan dengan air laut, dll.
Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :
v Penumpukan pestisida dalam jaringan
tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi system syaraf pusat.
v Bahan aktifnya selain bisa membunuh organism perairan
(ikan) juga dapat merubah tingkah laku ikan dan menghambat perkembangan telur
moluska dan juga ikan.
v Daya racun berkisar dari rendah-tinggi.
Moluska cenderung lebih toleran terhadap racun pestisida dibandingkan dengan
Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati), dll.
Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan
jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk
fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah
akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam
mengonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut.
Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan
menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan
tersebut.
Peningkatan keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut terpengaruh
karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang
karbonat kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut lainnya.
Satu miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai sumber utama penghasil protein
akan terkena dampak dari peningkatan keasama laut tersebut
Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran laut
Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh
pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999
TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT :
a.
Pencegahan terjadinya
pencemaran laut
Berikut ini
adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut :
Ø Tidak
membuang sampah ke laut
Ø Penggunaan
pestisida secukupnya
Ø Yang paling
sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung rokok.
Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
Ø Kurangi
penggunaan plastik
Ø Jangan
tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
Ø Setiap
industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Ø Menggunakan
pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
Ø Pendaurulangan
sampah organik
Ø Tidak menggunakan
deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air
seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Ø Penegakan
hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b. Penanggulangan pencemaran laut :
Ø Melakukan
proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir
pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang
minyak.
Ø Fitoremediasi
dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga ditempuh.
Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia
marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
Ø Melakukan
pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat
Usaha yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi dan mengurangi tingkat pencemaran laut diantaranya adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut
bagi
kehidupan.
2. Menggalakkan kampanye untuk
senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta isinya.
3. Tidak membuang sampah ke sungai
yang bermuara ke laut.
4. Tidak menggunakan bahan-bahan
berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan lain-lain yang mengakibatkan
rusaknya ekosistem laut.
5.Tidak menjadikan laut sebagai tempat
pembuangan limbah produksi pabrik yang akan mencemari laut.
Daftar
Pustaka:
Anonim.2012.Pencemaran
laut oleh limbah kapal.[online].Tersedia http://www.kompasiana.com/pauluslondo/pencemaran-laut-oleh-limbah-kapal_551096c1a33311cf39ba8559
(di akses 29 november 2016)
Arianto,gudang-ilmu.2013.makalah
pencemaran laut.[online]. Tersedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.