PENDEKATAN
PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
A.
Hakikat Ilmu Kimia dan Pembelajaran Kimia
Hakikat
ilmu Kimia mencakup dua hal, yaitu Kimia Sebagai Produk dan Kimia
sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang
terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia
sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki
oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan Kimia.
Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap
yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.
Oleh
karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses ditemukannya
konsep-konsep Kimia. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjelaskan
konsep-konsep kimia ditempuh dengan “pendekatan proses”. Dalam “pendekatan
proses” pendekatan pembelajaran didasarkan pada anggapan bahwa ilmu kimia itu
terbentuk dan berkembang akibat diterapkannya suatu proses, yang dikenal dengan
metode ilmiah, dengan menerapkan keterampilan-keterampilan proses Sains, yaitu
mulai dari menemukan masalah hingga mengambil keputusan. Dalam perkembangan
selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses
B.
Deskripsi Keterampilan Proses
Keterampilan-keterampilan
proses tersebut dapat diklasifikasikan sebagai keterampilan-keterampilan :
1.
Mengamati :
ialah
melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan
menggunakaninderanya. Mengamati merupakan dasar bagi semua keterampilan proses
lainnya.
2.
Menafsirkan pengamatan :
ialah
menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.
3.
Meramalkan :
ialah
prakiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang reliabel. Ramalan berarti
pula mengemukaan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil pengamatan.
4.
Menggunakan alat dan bahan :
ialah
mengetahui konsep dan mengapa mengapa menggunakan alat dan bahan.
5.
Menerapkan konsep :
ialah
menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya pada situasi baru, atau untuk
menerangkan apa yang diamatinya.
6.
Merencanakan penelitian :
ialah
merancang kegiatan yang dilakukan untuk menguji hipotesis, memeriksa kebenaran
atau memperlihatkan prinsip-prinsip atau fakta-fakta yang telah diketahuinya.
7.
Mengkomunikasikan hasil penelitian :
ialah
keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
8.
Mengajukan pertanyaan
ialah
bertanya apa, mengapa dan bagaimana, pertanyaan untuk minta penjelasan dan
pertanyaan yang berlatar belakang belakang hipotesis.
C.
Beberapa hal Penting dalam Pendekatan Keterampilan Proses pada Pembelajaran
Kimia
1.
Keterampilan Berpikir yang Tergolong Keterampilan Proses Sains
Keterampilan
proses sains itu ialah keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir
(Dahar,2003), adapun pengertian dan lingkup setiap keterampilan berpikir itu
urutannya sama dengan urutan keterampilan proses sains.
a)
Mengamati
Mengamati
merupakan suatu keterampilan berpikir fundamental yang menjadi dasar utama dari
pertumbuhan sains. Mengamati merupakan suatu kemampuan menggunakan semua indera
yang harus dimiliki oleh setiap orang. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti
memilih fakta-fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang
diamati, atau memilih fakta-fakta untuk menafsirkan peristiwa tertentu. Dengan
membandingkan hal-hal yang diamati, berkembang kemampuan untuk mencari
persamaan dan perbedaan.
b)
Menafsirkan Pengamatan
Hasil-hasil
pengamatan tidak akan berguna, bila tidak ditafsirkan. Karena itu dari
mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian
menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu, lalu mungkin ditemukan
pola-pola tertentu dalam satu seri pengamatan. Penemuan pola ini merupakan
dasar untuk menyarankan kesimpulan-kesimpulan atau generalisasi-generalisasi.
Kemampuan untuk menemukan pola-pola ini merupakan kegiatan ilmiah yang perlu
dikembangkan pada anak sedini mungkin.
c)
Meramalkan
Sains
tidak akan demikian pesat berkembang bila dalam sains tidak dikenal istilah
meramalkan. Karena itu meramalkan merupakan salah satu kemampuan penting dalam
sains. Dengan menggunakan pola yang ditemukan dari salah satu seri pengamatan,
para ilmuwan mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang akan
datang, atau yang belum diamati. Jadi, bertitik tolak dari menafsirkan
hasil-hasil pengamatan dapat dikembangkan kemampuan untuk meramalkan yang
merupakan salah satu
contoh
mengambil kesimpulan atau inferensi. Proses peramalan merupakan suatu proses
penalaran yang berdasarkan pengamatan.
d)
Menggunakan Alat / Bahan
Melakukan
percobaan dalam sains membutuhkan alat dan bahan. Berhasilnya suatu percobaan
kerapkali tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat yang tepat
secara efektif. Pengalaman menggunakan alat dan bahan merupakan pengalaman
konkrit yang dibutuhkan siswa untuk menerima gagasan-gagasan baru. Suatu syarat
penting dalam belajar bagi siswa yang masih pada tingkat operasional konkrit
itu.
e)
Menerapkan Konsep
Menerapkan
konsep yang merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman baru
untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi merupakan tujuan pendidikan sains
yang penting. Dalam menerapkan konsep untuk menjelaskan apa yang sedang
terjadi, perlu dianggap bahwa setiap penjelasan yang diberikan itu bersifat
sementara, dan dapat diuji, jadi berupa hipotesis. Kerap kali dapat disarankan
beberapa alternative hipotesis, semuanya menunjang kenyataan, tetapi perlu
disadari siswa, bahwa hipotesis-hipotesis itu harus diuji.
f)
Merencanakan Penelitian
Kemampuan untuk merencanakan suatu penelitian merupakan suatu unsur yang penting dalam kegiatan ilmiah. Setelah melihat suatu pola atau hubungan dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan, perlu kesimpulan sementara atau hipotesis yang dirumuskan itu diuji. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk merencanakan suatu percobaan yang meliputi kemampuan untuk menentukan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan, menentukan variabel-variabel, menentukan yang mana di antara variabel-variabel itu harus dibuat tetap, bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan, merupakan kegiatan-kegiatan yang perlu dilatihkan sejak dini.
g) Berkomunikasi
Sains
terbuka bagi semua orang yang mampu memahaminya, dan dinilai oleh siapa saja
yang mau menilainya. Sebagai implikasinya, para ilmuwan diharapkan
menguraikan
secara jelas dan cermat apa yang telah mereka lakukan, sehingga dapat diuji
oleh para ilmuwan lain. Karena itu dalam pendidikan sains siswa-siswa sejak
dini dilatih untuk dapat melaporkan hasil-hasil percobaannya secara sistematis
dan jelas. Juga diharapkan mereka dapat menjelaskan hasil-hasil percobaan
mereka pada teman-temannya, mendiskusikanya, dan menggambarkan hasil
pengamatannya dalam bentuk grafik, tabel dan diagram. Semua kegiatan ini
termasuk kemampuan berkomunikasi, suatu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam
mendidik calon-calon ilmuwan masa yang akan dating.
h)
Mengajukan Pertanyaan
Dari
penelitian Piaget dan Bruner, terungkap bahwa anak itu dapat berpikir secara
tingkat tinggi bila ia mempunyai cukup pengalaman secara konkrit dan bimbingan
yang memungkinkan pengembangan konsep-konsep dan menghubungkan fakta-fakta yang
diperlukan. Dapat dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan siswa
menunjukkan rendah tingginya tingkat berpikir siswa.
2.
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Penggunaan Pendekatan Keterampilan
Proses
Untuk
menggunakan pendekatan keterampilan proses ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
Dalam menyusun silabus, keterampilan proses
perlu dikembangkanØ bersama-sama dengan
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia.
Kedelapan keterampilan proses tsb diperkirakan
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dari sekolah dasar hingga menengah.Ø
Dalam pembelajaran kimia, keterampilan proses
diatas tidak perlu sesuai urutan.Ø
Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran
kimia dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan prosesØ
Kemungkinan pengembangan keterampilan proses
pada metode ceramah lebih sedikit dibanding metode eksperimenØ
D.
Perlunya Pendekatan Keterampilan Proses
Dari
uraian di atas telah diketahui bahwa keterampilan proses ialah keterampilan
intelektual atau keterampilan berpikir, dengan mengembangkan keterampilan proses
dalam pembelajaran maka:
Membuat siswa berpikir.Ø
Membuat siswa kreatif.Ø
Dapat menolong siswa untuk belajarØ
Keterampilan proses sains juga diperlukan
dalam kegiatan ilmiah di sekolah maupun di kemudian hari.Ø
Pembelajaran
kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai
anggota kelurga dan masyarakat (Nurhadi, 2003:4).
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik (Trianto, 2008:20).
Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Ada sejumlah alasan mengapa pendekatan kontekstual dikembangkan sekarang ini. Sejumlah alasan tersebut dikemukakan oleh Nurhadi (2003:4) sebagai berikut:
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik (Trianto, 2008:20).
Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Ada sejumlah alasan mengapa pendekatan kontekstual dikembangkan sekarang ini. Sejumlah alasan tersebut dikemukakan oleh Nurhadi (2003:4) sebagai berikut:
- Penerapan konteks budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku tes akan mendorong sebagian besar siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan, dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.
- Penerapan konteks personal, konteks ekonomi, konteks politik dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, kesejahteraan sosial, dan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat, akan membantu lebih banyak manusia dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual
menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal
siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor
kebutuhan individual siswa dan peranan guru.
Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Ke tujuh komponen pendekatan kontekstual tersebut yaitu:
Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Ke tujuh komponen pendekatan kontekstual tersebut yaitu:
- Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
- Pengajaran Autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna.
- Belajar Berbasis Inquiri (Inquiri Based Learning), yaitu strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
- Belajar Berbasis Proyek/Tugas (Project Based Learning), yaitu suatu pendekatan komperhensif dimana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman darisuatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
- Belajar Berbasis Kerja (Work Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja.
- Belajar Berbasis Jasa Layanan (Service Learning), yaitu metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis.
- Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning), yaitu pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Daftar Pustaka
- Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
- Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.