.

Rabu, 18 September 2019

KEBAKARAN HUTAN


Oleh : Muhammad Fikri Aditya 
(@N06-FIKRI) 

ABSTRAK
Udara begitu sangat penting bagi kehidupan manusia.udara memiliki tiga komponen, yaitu udara kering, uap, air, dan aerosol. Semakin lama udara menjadi tecemar oleh beberapa faktor, yang mengakibatkan kualitas udara menjadi tidak sehat, yang biasa dikenal dengan Pencemaran Udara. Menurut Mukoyo(2005), pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya gas, partikel, debu, asap atau bau ke atmosfer dan dapat membahayan kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan. WHO(2012) berpendapat bahwa pencemaran udara merupakan pencemaran lingkungan indoor atau outdoor dengan bahan kimia, agen fisik, atau biologis yang mengubah karakteristik alami atmosfer, pelaratan rumah tangga, fasilitas industri dan kebakaran hutan merupakan sumber umum dari pencemaran udara.

KATA KUNCI : Kebakaran Hutan ; proses, dampak, klasifikasi

PENDAHULUAN
Hutan merupakan suatu kawasan yang harus dilindungi karena hutan merupakan kawasan yang menjaga berbagai fungsi penyangga kehidupan. Perlindungan hutan memerlukan berbagai ilmu pengetahuan agar dapat menuntaskan masalah sampai ke pusat permasalahan. Proteksi hutan dalam hal kebakaran hutan merupakan hal yang sangat penting di Indonesia.
Kebakaran hutan tersebut terdiri dari banyak faktor, musim kemarau yang panjang, kelalaian manusia, bahkan pihak pihak tidak bertanggung jawab yang sengaja membakar gunung demi mencapai tujuan tertentu.
Kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12 Tahun 2009).

PEMBAHASAN

A.  Dampak Kebakaran Hutan
1. Dampak Ekologi Mengganggu proses ekologi antara lain suksesi alami, produksi bahan organic dan proses dekomposisi, siklus unsure hara, siklus hidrologi dan pembentukan tanah. Selain itu mengganggu fungsi hutan sebagai pengatur iklim dan penyerap karbon. Lebih jauh dapat merusak Daerah Aliran Sungai (DAS). Hilangnya keberagaman hayati dan ekosistemnya. Kebakaran juga melepaskan banyak emisi karbon dan gas rumah kaca ke atmosfer yang memperburuk perubahan iklim.
2. Dampak Ekonomi Hilangnya hasil hutan (kayu dan non kayu). Terganggunya aktifitas ekonomi baik dari sektor perkebunan, transportasi, pariwisata, perdagangan dan sebagainya. Biaya pengobatan terhadap gangguan kesehatan, dan biaya langsung untuk memadamkan api.
3. Dampak Kesehatan Gangguan pernapasan ringat sampai akut. Asap yang dihasilkan dari kebakaran mengandung sejumlah gas dan partikel yang berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2 ), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelin, benzene, nitrogen oksida (NOx ) dan ozon (O3 ).

B.     Proses Kebakaran Hutan
Kebakaran dapat terjadi jika ada oksigen, bahan bakar  yang menghasilkan karbondioksida, panas, dan partikel koloid lain.

Kebakaran hutan dan lahan gambut yang sering terjadi karena terdapatnya sumber penyulut
dan bahan bakar yang ada di alam. Sumber penyulut kebakaran hutan karena adanya perubahan karakteristik kependudukan yang memicu terjadinya pembakaran lahan secara tersengaja untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan. Kebakaran di bagian permukaan pada lahan gambut memiliki kecepatan yang sangat tinggi yaitu sebesar 502,5 kg/m2.
Kebakaran lahan gambut terjadi dengan mudah ketika lahan gambut berada dalam kondisi kering sekali. Lahan gambut dapat kering secara alami ataupun karena dikeringkan dengan cara pembuatan kanal-kanal yang mengalirkan air dari rawa gambut ke sungai. Kebakaran lahan gambut yang berlangsung secara alami tidak berbahaya dan terjadi pada musim kemarau dengan dampak kebakaran yang sangat kecil. Kebakaran hutan yang berlangsung secara alami dapat memberikan dampak yang positif karena dapat mengurangi spesies keanekaragaman hayati yang terlalu dominan sehingga terjadi keseimbangan ekosistem di hutan atau lahan gambut.

C.     Klasifikasi Kebakaran Hutan
§  Kebakaran Bawah (Ground Fire) Kebakaran ini biasanya berkombinasi dengan kebakaran permukaan, kebakaran yang terjadi dipermukaan akan merambat mengkonsumsi bahan bakar berupa material organik yang terdapat di bawah permukaan tanah/lantai hutan melalui pori-pori tanah atau akar pohon sehingga kadang hanyai dijumpai asap putih yang keluar dari permukaan tanah. Kebakaran ini umum terjadi pada lahan gambut.
§  Kebakaran Permukaan (Surface Fire) Kebakaran permukaan mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai hutan, baik berupa serasah, jatuhan ranting, dolok-dolok yang bergelimpangan di lantai hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk pohon dan di atas permukaan tanah.
§  Kebakaran Tajuk (Crown Fire) Kebakaran tajuk biasanya bergerak dari satu pohon ke tajuk pohon yan lain dengan cara mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di tajuk pohon tersebut, baik berupa daun, cangkang biji, ranting bagian atas pohon, dan sebagainya.

D.     Daerah Titik Panas (HotSpot) di Indonesia
BNPB mencatat jumlahhotspot yang terpantau dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni kategori sedang (30-79 persen), serta sebanyak 2.938 dan kategori tinggi atau lebih dari 80 persen, antara lain :
kategori Sedang:
Maluku Utara: 21 titik, Papua: 34 titik, Papua Barat: 2 titik, Maluku: 36 titik, Nusa Tenggara Timur : 50 titik, Kalimantan Utara: 17 titik, Kalimantan Timur: 142 titik, Kalimantan Barat : 376 titik, Kalimantan Tengah: 1.130 titik, Sulawesi Barat : 11 titik, Kalimantan Selatan: 253 titik, Jambi: 204 titik, Riau: 116 titik, Sumatera Selatan: 317 titik, Kep. Bangka Belitung: 19 titik, Lampung: 38 titik, Jawa Barat: 21 titik, Jawa Tengah: 18 titik, Jawa Timur: 23 titik, Nusa Tenggara Barat: 12 titik, Sulawesi Tenggara: 13 titik, Sulawesi Tengah: 36 titik, Kep. Riau: 4 titik, Sulawesi Selatan: 12 titik, Banten: 4 titik, Sulawesi Utara: 16 titik, Gorontalo: 2 titik, Bengkulu: 3 titik, Sumatera Barat: 5 titik, Sumatera Utara: 3 titik.
Kategori Tinggi:
Maluku Utara: 13 titik, Papua : 4 titik, Maluku: 11 titik, Nusa Tenggara Timur: 18 titik, Kalimantan Utara: 3 titik, Kalimantan Timur: 70 titik, Kalimantan Barat: 153 titik, Kalimantan Tengah: 854 titik, Sulawesi Barat: 2 titik, Kalimantan Selatan: 156 titik, Jambi: 306 titik, Riau: 145 titik, Sumatera Selatan: 292 titik, Kep. Bangka Belitung: 7 titik, Lampung: 35 titik, Jawa Barat: 7 titik, Jawa Tengah: 10 titik, Jawa Timur: 7 titik, Nusa Tenggara Barat: 2 titik, Sulawesi Tenggara: 8 titik, Sulawesi Tengah: 9 titik, Kep. Riau: 2 titik, Sulawesi Selatan: 7 titik, Banten: 3 titik, Sulawesi Utara: 3 titik, Di Yogyakarta: 2 titik, Bengkulu: 2 titik, Sumatera Barat: 2 titik.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A A., Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkaran Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana Resolusi

Haryanti, Rosiana. 2019. "Kabut Asap Kebakaran Hutan Kian Parah, BNPB Lakukan Water Bombing". Kompas : Jakarta. Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/13/190326365/kabut-asap-kebakaran-hutan-kian-parah-bnpb-lakukan-water-bombing.

Hunawan, Desri. 2016. Menyelesaikan Kebakaran Hutan dan Lahan (KARHUTLA) di Indonesia melalui “Jalan Pantas” atau “Jalan Pintas”?. Jurnal UNNES. Volume 2 Nomor 1. Sumber : file:///C:/Users/user/Downloads/21312-Article%20Text-42964-1-10-20180209.pdf

Ardiansyah, Tomi. 2017. Kebakaran Hutan. Sumber : https://foresteract.com/kebakaran-hutan/
Nurkholis, A., Rahma, A. D., Widyaningsih, Y., Maretya, D. A., Wangge, G. A.,... Abdillah, A. 2016. Analisis Temporal Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tahun 1997 dan 2015 (Studi Kasus Provinsi Riau). Sumber:file:///C:/Users/user/Downloads/Analisis%20Temporal%20Kebakaran%20Hutan%20dan%20Lahan%20di%20Indonesia%20Tahun%201997%20dan%202015_(Studi%20Kasus%20Provinsi%20Riau).pdf

Adinugroho, W. A. Bagaimana Kebakaran Hutan Terjadi. Sumber: https://wahyukdephut.files.wordpress.com/2009/10/bagaimana-kebakaran-hutan-terjadi1.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.