.

Rabu, 15 Agustus 2018

Pencemaran Udara

Pencemaran Udara


Abstrak
Udara merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan proses biologis makhluk hidup. Namun seiring berjalannya waktu, tingkat pertumbuhan ekonomi, kegiatan industri, trasportasi, perkantoran dan kegiatan domestik berkontribusi besar dalam pencemaran udara. Hal ini tentu membawa penurunan kualitas kehidupan pada berbagai aspek dan secara langsung atau tidak, juga mempengaruhi manusia.

Pembahasan
Menurut BPLH DKI Jakarta (2013) dalam Ismiyati et al. (2014), seiring perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman.

A.    Dampak pencemaran udara
Menurut Budiyono (2001), dampak pencemaran udara dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:

1)      Dampak terhadap kesehatan manusia
Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara dapat berakibat langsung terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis/sub-klinis dan dengan gejala-gejala yang samar.

2)      Dampak terhadap kesehatan flora
Terjadinya gangguan pencemaran terhadap tumbuhan dapat digolongkan dalam (dua) kategori, yaitu pencemaran secara primer dan sekunder.

a.       Pencemaran Primer
Gangguan secara primer adalah terjadinya kontak langsung antara sumber pencemar (mated pencemar) dengan bagian permukaan tumbuhan secara langsung, sehingga dapat mengganggu dan menutupi lapisan epidermal yang membantu sistem penguapan pada tumbuhan.

b.      Pencemaran Sekunder
Gangguan secara sekunder adalah gangguan yang terjadi pada tumbuhan karena pencemaran yang mengganggu pada sistem akar, terjadi karena penumpukan polutan/pencemar pada tanah dan permukaan air.

3)      Dampak terhadap kesehatan fauna
Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) sama dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan.

4)      Dampak terhadap material
Dampak pencemaran udara terhadap material, yaitu bangunan-bangunan, logam, batuan, kulit dan Iain-lain dapat digambarkan sebagai dampak pecemaran udara terhadap lingkungan alam sekeliling, timbulnya karat pada permukaan logam, yang menyebabkan terlepas dan hilangnya material dari permukaan serta berubahnya kemampuan elektris logam merupakan contoh pengaruh pencemaran udara yang cukup penting.

5)      Dampak terhadap terjadinya hujan asam
Atmosfer sebagai tempat pembuangan bahan sisa-sisa aktivitas manusia bertindak sebagai reaktor kimia yang kompleks yang akan merubah zat-zat pencemar begitu zat pencemar tersebut berinteraksi dengan substansi lain, seperti uap air dan sinar matahari.


B.     Solusi
Menurut BPLH DKI Jakarta (2013) dalam Ismiyati et al.(2014), Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, sementara, kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain; misalnya rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Jika dilihat dari persentase pencemaran, transportasi menyumbang angka paling besar dalam pencemaran udara, sehingga solusi yang menjadi prioritas adalah di bidang transportasi.
Menurut Gusnita (2010), solusinya adalah dengan membuat transportasi berkelanjutan. Organization for Economic Co-Operation & Development (OECD, 1994), dalam Gusnita (2010) mendefinisikan : “Transportasi berkelanjutan merupakan suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada secara konsisten dengan memperhatikan:

a.      Penggunaan sumberdaya energi yang terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat regenerasinya.
b.      Penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat pengembangan sumberdaya alternatif yang terbarukan.”

Kesimpulan
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota, terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi dengan tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Maka tidak ada kata lain kecuali harus mau belajar dari kota-kota besar lain di dunia yang telah berhasil menurunkan polusi udara dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya. Di antaranya, dengan pembatasan izin bagi angkutan umum kecil, memperbanyak kendaraan angkutan massal; seperti bus dan kereta api. Kemudian kontrol terhadap jumlah kendaraan pribadi juga dapat dilakukan seiring dengan perbaikan pada sejumlah angkutan umum.

Daftar Pustaka
Ismiyati et al. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 01 No. 03: 241-248.

Gusnita, D. 2010. GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA. Berita Dirgantara Vol. 11 No. 2: 66-71.

Budiyono. 2001. Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan. Berita Dirgantara Vol. 2, No. 1: 21-27.

Kumaat, M. 2012. TRANSPORTASI DAN POLUSI PADA KAWASAN PENDIDIKAN. TEKNO-SIPIL/Volume 10/No. 57, 27-32.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.