.

Kamis, 16 Agustus 2018

Oleh : @H12 - STEALLA

Bising Makin Sensitif. Benar atau salah ?
@ProyekH04





Abstrak :
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki (Suma’mur, 2009). Secara umum dapat dipahami bahwa kebisingan mengganggu aktifitas sehari-hari. Gangguan bising dapat diartikan sebagai perasaan tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh kebisingan. Hal ini merupakan gangguan psikis yang muncul akibat kebisingan yang tidak diharapkan (bising tersebut mengganggu privasi, mengganggu aktifitas, mempengaruhi kualitas istirahat, dsb).
Polusi suara atau bising adalah salah satu isu lingkungan yang terjadi di wilayah perkotaan. Polusi suara adalah polusi yang tak terlihat. Kegiatan industri menghasilkan polusi suara bagi lingkungan di sekitarnya, dan kebisingan adalah salah satu bentuk polusi suara dari kegiatan industri. Polusi suara akan memberikan dampak negatif bagi fisik maupun non fisik kepada manusia. Kegiatan industri yang menggunakan peralatan mekanis pasti akan menghasilkan suara, suara dari kerja alat akan terdengar hingga ke lingkungan sekitar dan akan berdampak mengganggu jika suara yang diterima di lingkungan sekitar melebihi batas baku yang ditetapkan.

Isi :
Kebisingan atau bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki (WHO, 1995 dalam Sasongko dkk, 2000), tingkat kebisingan itu sendiri merupakan suatu hal yang dapat diukur namun dampak rasa bising merupakan hal yang fenomenal yang akan bergantung pada subjek penderita (Mokhtar dkk, 2007).
Pernyataan tingkat kebisingan tidak hanya tergantung pada besaran fisik saja tetapi juga melibatkan faktor lingkungan seperti respon, persepsi individu serta reaksi akan tingkatan kebisingan tersebut (Barros, 2008). Besaran tingkat kebisingan dapat diketahui dengan menggunakan rumusan tingkat kebisingan ekuivalen dan tingkat kebisingan siang-malam (Sasongko dkk, 2000).
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup telah menetapakan aturan kebisingan lingkungan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 tahun 1996 yang mengatur tentang batas baku kebisingan pada area pemukiman ataupun fasilitas umum masyarakat lainnya. Tingkat Kebisingan di area pemukiman ditetapkan tidak melebihi 55 dBA. Disamping itu pemerintah juga telah menetapkan batas ambang baku kebisingan pada area kerja sesuai Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.55/MEN/1999, bahwa nilai ambang batas kebisingan di area kerja maksimal 85 dBA dengan waktu pemajanan 8 jam. Nilai tingkat Kebisingan antara 55-65 dBALeq berpengaruh terhadap gangguan psikologis antara lain gangguan kenyamanan pribadi, gangguan komunikasi, gangguan psikologis seperti gangguan keluhan dan tindakan demonstrasi, gangguan pada konsentrasi belajar, gangguan istirahat, gangguan pada aktivitas sholat/ibadah, gangguan tidur dan gangguan lainnya, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang banyak dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/ industri (Ikron dkk, 2005).
(Hidayat, 2012)

Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko et al., 2000). Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan efektivitas kerja dan kinerja seseorang (Asmaningprojo, 1995). Menurut Sulistyani et al., (1993), agresivitas warga yang tinggal di kawasan bising akan meningkat dengan bertambahnya tingkat kebisingan di kawasan tersebut dan inilah yang menyebabkan warga kurang mampu mengontrol diri maupun tingkah lakunya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bhinnety et al., (1994), menyatakan bahwa intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap memori jangka pendek; semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin menurun memori jangka pendek seseorang, variasi intensitasnya antara 30 dB sampai dengan 95 dB. (Suwarna)
Sumber kebisingan dapat berasal dari lingkungan sekitar yang terkait dengan aktifitas manusia sehari-hari misalnya dari aktivitas industri. Hal ini berdasarkan dari pendapat Chandra (2009) yang menyatakan bahwa sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik, tempat umum, bandara dan rel kereta api. Efek kebisingan dibidang kesehatan dilaporkan semakin meningkatkan sensitivitas tubuh, berupa peningkatan kardiovaskuler seperti kenaikan tekanan darah dan denyut jantung, apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama maka akan dapat mengakibatkan hilangnya konsentrasi, salah satu dampak negatif dari kebisingan adalah terkait dengan gangguan tidur yang berpengaruh pada pola tidur. Tidur merupakan jeda bagi tubuh, selama waktu tidur organ-organ tubuh bekerja lebih ringan dibanding selama terjaga. Tidur bukan berarti “time out” dari rutinitas sehari–hari, tidur sangat penting bagi kesehatan, fungsi emosional, mental 2 dan keselamatan (Rafknowledge, 2004). Tidur adalah keadaan fisiologis yang dibutuhkan makhluk hidup untuk memulihkan diri secara normal. Saat tidur seseorang akan sangat sensitif terhadap lingkungan yang dapat menganggu atau mengurangi jumlah tidurnya. Keadaan sensitif tersebut salah satunya adalah kebisingan, kebisingan adalah sebuah rangsangan eksternal yang masih diproses oleh fungsi sensorik tidur, meskipun presepsi non-sensorik sadar akan adanya kebisingan tersebut (Muzet, 2007). Gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi waktu dalam jumlah dan kualitas (Wilkinson, 2007). Gangguan tidur dapat disebabkan oleh banyak hal atau bersifat holistik, penyebab gangguan tidur sangat kompleks dan memerlukan investigasi yang cermat dalam mencari penyebab gangguan tidur itu sendiri, yang mempengaruhi gangguan tidur adalah biopsikososial yaitu dari faktor genetik, psikologis dan kebisingan lingkungan, termasuk di dalamnya akibat dari kebisingan industri (Adelyna, 2008). Keadaan lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur, dalam lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang untuk tidur dengan nyenyak, sedangkan dalam lingkungan yang ribut, bising dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur. Selama waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang berfluktuasi. Tingkat kesadaran pada organ-organ pengindraan pada orang yang tertidur berbeda-beda, organ pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran yang paling mendalam adalah indra penciuman, sedangkan indra yang mengalami tingkat penurunan kesadaran paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit, hal ini menjelaskan mengapa orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang bising seringkali mengalami susah tidur (Asmadi, 2008). Seseorang yang sering terpapar kebisingan dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti, gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. 3 Paparan kebisingan adalah salah satu gangguan yang paling dikeluhkan masyarakat yang tinggal di kota-kota besar (Muzet, 2007). Dalam paparan kebisingan ditemukan bahwa dampak terus menerus terpapar oleh kebisingan dapat mengganggu gangguan tidur REM (Phasscier et al, 2002 dalam Clark et al, 2007). Secara keseluruhan studi yang dilakukan untuk memeriksa masalah yang timbul dari kebisingan didapatkan hasil bahwa efek langsung kebisingan dapat menganggu kualitas tidur (HCN, 2004). Paparan kebisingan dimalam hari berpotensi untuk mengganggu kemampuan untuk tertidur, mempersingkat durasi tidur, terbangun saat tidur dan mengurangi kualitas tidur (Michaud et al, 2007). Masalah tidur terkadang membuat kehidupan sehari-hari terasa lebih menekan atau menyebabkan seseorang menjadi kurang produktif. Menurut National Sleep Foundation (NSF) di Amerika, orang-orang yang mengaku mempunyai kesulitan tidur dilaporkan lebih sulit berkonsentrasi, mudah marah dan emosional (Rafknowledge, 2004). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Kualitas tidur juga meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Hidayat, 2006).

Daftar Pustaka :



Djalante, Susanti. 2010. ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DI JALAN RAYA YANG MENGGUNAKAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL). https://media.neliti.com/media/publications/222051-analisis-tingkat-kebisingan-di-jalan-ray.pdf

Hidayat, Atep Afia, Kholil, Muhammad. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Industri

Hidayat, Syarif. 2012. KAJIAN KEBISINGAN DAN PERSEPSI KETERGANGGUAN MASYARAKAT AKIBAT PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI DESA JELADRI, KECAMATAN WINONGAN, KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR. https://media.neliti.com/media/publications/101595-ID-kajian-kebisingan-dan-persepsi-ketergang.pdf

Muslim, Erlinda. 2014. Analisis Pengaruh Polusi Udara, Kebisingan dan Getaran. https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/2426/1654


Oktorina, Sarita. 2017. Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja pada Pembangunan Twin Tower UINSunan Ampel Surabaya. http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/alard/article/view/123


Syaiful. 2013. KAJIAN PENCEMARAN SUARA LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR. https://knpts.files.wordpress.com/2014/10/knpts-2013-abstrak-transportasi.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.