.

Sabtu, 11 Agustus 2018

Pemanfaatan Industri Agrokimia di Indonesia dan Pencemarannya

@H28-AZIZ, @ProyekH03
Oleh Aziz Hadiningrat




Abstrak

Agrokimia merupakan Industri yang bergerak di bidang pertanian meliputi : pupuk, pestisida, dan plestisida. Dengan mengacu kepada arah kebijakan industri dan berdasarkan pada karakteristik dan ciri sub sektor Industri Agro dan Kimia, serta peranannya dalam struktur industri dan ekonomi Indonesia pada umunya, maka pembangunan Industri Agro dan Kimia dilaksanakan dengan visi yaitu:
"Mewujudkan Industri Agro dan Kimia (AGROKIM) yang berdaya saing dan bernilai tambah tinggi, struktur yang kuat, berbasis SDA lokal, didukung oleh SDM dan teknologi yang handal, berwawasan lingkungan serta mampu meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat."

Kata kunci : Industri Agrokimia, pupuk dan bahan pertanian, pestisida.

Pendahuluan


         Penggunaan pupuk dan pestisida di Indonesia mulai meningkat pesat sejak gerakan revolusi hijau tahun 1970 an. Sejak itu, penggunaan pupuk dan pestisida menjadi keharusan bagi petani. Untuk mengantisipasi dampak penggunaan pupuk berlebihan maka pemerintah mulai menerapkan berbagai peraturan dan teknologi penggunaan pupuk seperti pemupukan berimbang. Program tersebut mulai diterapkan hingga diterbitkannya Peraturan Pemerintah tentang budi daya tanaman yang mengatur penggunaan pupuk. Demikian juga kandungan hara dan logam berat dalam pupuk sudah diatur dalam Permentan No70/Permentan/Sr. 140/10/2011. Dengan sosialisasi yang cukup luas, maka harapannya penggunaan pupuk dapat dikendalikan. Penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan merupakan tantangan utama dalam pertanian ramah lingkungan. Bahan agrokimia pupuk dan pestisida merupakan salah satu input teknologi yang sangat dibutuhkan untuk sistem pertanian modern namun juga berpotensi menimbulkan banyak kerusakan. Penggunaan bahan agrokimia yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan tidak akan menyebabkan banyak masalah baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Namun penggunaannya yang berlebihan dan tidak tepat sasaran dapat menyebabkan berbagai permasalahan diantaranya keracunan tanaman, timbulnya resistensi hama, serta tercemarnya tanah dan air. Selain pencemaran lingkungan, pengaruh cemaran agrokimia ini juga memberikan dampak negatif terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya.

    Menurut Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso Atmojo. MS (2006) Saat ini pemerintah telah menetapkan program ketahanan pangan sebagai prioritas utama dalam kebijakan pembangunan pertanaian. Dalam program ini mencakup usaha-usaha untuk meraih kembali swasembada pangan yang pada tahun 1984 berhasil dicapai. Akan tetapi usaha pencapain swasembada pangan ataupun kecukupan pangan ini dihadapkan masalah semakin merosotnya kualitas sumberdaya lahan pertanian, sehingga mengancam usaha pertanian kedepan. Merupakan tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan lahan kita agar tetap produktif dan terhindar dari ancaman degradasi akibat berbagai kegiatan pembangunan yang tidak terkendali dan tidak ramah lingkungan, sehingga nantinya lahan yang akan kita wariskan pada anak cucu kita masih mempunyai daya dukung yang optimal. Kondisi yang optimal ini akan menjamin usaha pertanian yang berkelanjutan dimasa datang.

ISI

Potensi Dampak Negatif Bahan Agrokimia Terhadap Lingkungan

       Penggunaan pupuk seyogyanya sudah memperhatikan tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat jenis, dan tepat tanamannya. Apabila aturan ini sudah diterapkan, maka tidak banyak pupuk yang terbuang dan berpotensi merusak lingkungan. Namun hingga saat ini persepsi sebagian besar petani kita masih belum berubah. Petani percaya bahwa semakin banyak pupuk yang diberikan akan dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Selain itu, terjadi ketimpangan dimana petani yang mampu menyediakan pupuk memberikannya secara berlebihan, sebaliknya bagi yang kurang mampu hanya memberikan pupuk seadanya. Penggunaan pestisida perlu menjadi perhatian yang serius karena pestisida merupakan katagori Persistent Organic Pollutants (POPs) yang paling populer dengan kandungan senyawa berbahayanya. Senyawa POPs merupakan senyawa organik yang sulit terdegradasi sehingga dapat bertahan lama di lingkungan.

        Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah. Perlu difikirkan pada saat ini residu pestisida akan menjadi faktor penentu daya saing produk-produk pertanian yang akan memasuki pasar global. 

             Pengaruh negatif pestisida untuk tanaman yang sensitif adalah tanda pematangan yang cepat dan tidak beraturan, kehilangan biomassa dan kematian tanaman (Wild 1993). 

             Tingkat kerusakan yang ditimbulkan dari residu pestisida dipengaruhi oleh jenis bahan aktif, tingkat kelarutan, dan kondisi lingkungan saat pestisida diberikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.