.

Senin, 26 Desember 2016

Pencemaran Udara Di Jawa Tengah

   
Perkembangan industri di Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Pulau Jawa tidak lepas dari dampak langsung maupun tidak langusng terhadapa kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Banyaknya emisi dari kendaraan bermotor, asap industri, asap rokok, pengolahan limbah padat dan cair serta asap pembakaran sampah merupakan sumber dari polusi mengingat berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, jenis penyakit yang disebabkan oleh polusi udara adalah penyakit bronkitis akut, pneumonia, dan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akut lainnya. Penyakit pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi di Jawa Tengah jika dibandingkan dengan jenis penyakit lainnya. Pada tahun 2001, jumlah pasien meninggal akibat pneumonia 81 orang atau sekitar 36% dari jumlah pasien meninggal di Jawa Tengah, tahun 2002 berjumlah 65 orang atau 31%, tahun 2003 berjumlah 75 orang atau 30%, tahun 2004 berjumlah 95 orang atau 10% (Pemerintah Kota Semarang, 2006). Faktor utama meningkatnya pencemaran udara dari sektor industri disebabkan masih banyaknya industri yang belum memiliki alat atau fasilitas untuk pengolahan polusi udara atau cerobong asap industri yang memnuhi standar. 

    Berdasarkan data potensi industri dan perdagangan Jawa Tengah tahun 2003, total industri yang ada di Jawa Tengah adalah 2.772 unit, terdiri dari 132 industri besar, 556 industri menengah dan 1.443 industri kecil (formal). Selain itu masih ada 1.033 unit industri kecil non-formal yang tidak memiliki izin industri/tanda daftar industri. Sebagian besar dari indusri-industri tersebut terutama industri besar dan menengah (39%), serta industri kecil baru (19%) sudah ditempatkan di kawasan-kawasan industri (Pemerintah Kota Semarang, 2006). Maka diperlukan suatu klasifikasi jenis-jenis industri yang ada, sehingga dapat diketahui dengan pasti kelompok-kelompok industri dengan kadar penempatan yang tinggi, sedang dan rendah. Hal ini sangat membantu penempatan kawasan industri dan pengadaan sarana prasarana pengolahan industri yang lebih baik.
    Klasifikasi merupakan masalah pemisahan beberapa kelompok objek yang berasal dari dua atau lebih populasi serta mengalokasikan suatu objek yang belum diketahui berasal dari populasi yang mana ke dalam kelompok yang telah ditentukan batasan sebelumnya (Sartono dkk, 2003). Pemisahan ini bertujuan untuk menentukan batasan yang jelas antara satu kelompok dengan komlompok lainnya sehingga jika ada objek baru yang belum teridentifikasi dapat dimasukkan kedalam salah satu satu kolompok. Klasifikasi tidak membentuk kelompok baru, melainkan mencocokkan ciri-ciri objek baru dengan batasan-batasan pada kelompok yang sudah ada. Metode konvensional yang sering digunakan untuk menyelesaikan klasifikasi adalah metode analisi diskriminan linier.

    Tekstil merupakan industri yang juga cukup menjanjikan di Jawa Tengah. Cukup banyak ditemukan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil seperti PT. Sritex, PT. Tyfountex, PT. Apac Inti Corpora, PT. Mutu Gading Tekstil. Dua hari lalu dini hari baunya makin menjadi. Baunya seperti bahan kimia, sangat menyengat. Sedari awal kami sudah jelaskan kami menduga ini berasal dari pabrik tekstil. Pembangunan di Indonesia khususnya pada sektor industri telah membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah pencemaran udara yang dirasakan semakin meningkat. Dengan meningkatnya beban pencemaran udara sebagai efek negatif dari kegiatan industri, diperlukan pengelompokan industri berdasarkan beban polutan, sehingga dapat diketahui hasilnya berupa kelompok-kelompok industri sebagai informasi dalam kebijaksanaan pembangunan khususnya pada Propinsi Jawa Tengah. Pengelompokan industri berdasarkan beban polutan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis cluster dengan memanfaatkan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network).

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network. Berikut merupakan informasi awal yang digunakan dalam clustering data industri sumber pencemaran udara di Jawa Tengah tahun 2006 menggunakan jaringan syaraf tiruan Kohonen Neural Network : Jumlah data (n) : 14 Jumlah variabel input (m) : 5 Jumlah cluster diinginkan (K) : 3 Learning rate (a) : 0.5 Data beban pencemaran udara pada sektor industri di Jawa Tengah tahun 2006 (ton/tahun) secara lengkap disajikan pada tabel 1. Pengambilan data dilakukan oleh Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bappedal) Propinsi Jawa Tengah Jalan Setiabudi Srondol Komplek Diklat Propinsi Jawa Tengah.


Tabel 1. Data beban pencemaran udara sektor industri di Jawa Tengah tahun 2006 (ton/tahun)
No
INDUSTRI
DEBU
SO2
NO2
HC
CO
1
Makanan
17.212.900
160.083.878
74.816.737
3.219.487
399.424
2
Minuman
14.783.549
138.034.875
63.495.986
2.775.775
344.361
3
Tekstil
94.220.918
876.275.960
409.535.961
17.621.236
2.186.081
4
Kayu
37.746.008
350.356.787
163.742.598
19.178.572
874.048
5
Olahan Kayu
64.938.164
585.197.249
273.497.539
11.767.867
1.459.915
6
Kertas
4.995.420
490.970.353
21.712.842
934.244
133.504
7
Kimia Dasar
6.127.549
56.987.602
27.825.416
1.145.976
142.169
8
Non Logam
5.247.509
49.386.337
23.081.177
993.120
123.205
9
Semen
518.181
4.186.351
2.250.968
96.852
12.015
10
Kapur dan Gips
10.085.093
19.659.868
10.865.165
1.889.810
234.446
11
Logam Dasar
4.012.867
36.194.179
22.328.706
1.018.972
90.295
12
Hasil-hasil Olahan Logam
7.407.925
68.895.388
32.198.916
1.385.432
171.037
13
Rumah Sakit
64.523
59.875
288.565
12.039
1.492
14
Perhotelan
99.836
92.747
433.466
18.650
2.312
Jumlah
267.460.442
2.836.381.449
1.126.074.042
62.058.032
6.174.304


Pada tabel di atas di paparkan beberapa kategori pencemaran dan pada kategori pencemaran debu yaitu industri tekstil yang jumlahnya paling banyak.




Daftar pustaka
Warsito Budi. 01 Maret, 2008. http://eprints.undip.ac.id/3514/1/P_Budi_3.pdf

Yuliati, Annie, Warsito. 02 April, 2010 http://eprints.undip.ac.id/8059/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.