.

Kamis, 24 November 2016

Industri Tekstil




Macam Zat Kimia yang Sering Digunakan dalam Industri Tekstil
Posted on March 9, 2013 by yunieggim
Bahan-bahan kimia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, menjadi bagian dari aktifitas kita terutama di bidang industri tekstil.Banyak macam zat kimia yang digunakan dalam industri tekstil, zat kimia tersebut sangat berperan penting dalam proses penyempurnaan. Berikut adalah beberapa macam zat kimia yang sering digunakan dalam industri tekstil:

2.2.1 Soda Api (NaOH)
Sodium hidroksida tersedia dalam bentuk serpihan-serpihan (konsentrat 100%) atau dalam bentuk cair dengan konsentrasi yang bermacam-macam.
2.2.2   Asam Klorida (HCl)
HCl adalah cairan kekuning-kuningan dengan aroma kuat yang menusuk, bersifat sangat korosif.
2.2.2   Sodium Nitrit (NaNO)
Sodium nitrit adalah bubuk kristal putih kekuning-kuningan yang dapat dilarutkan dalam air. Senyawanya adalah agen oksidasi yang kuat.
2.2.3   Hidrogen Peroksida (HO)
Hidrogen peroksida memiliki sifat oksidasi yang kuat dan merupakan agen pengelantangan yang hebat. Hidrogen peroksida juga mudah terbakar.
2.2.4   Sodium Ditionit (NaSO)
Sodium ditionit (juga dikenal dengan sodium hidrosulfit) adalah bubuk kristal putih dengan aroma belerang. Senyawa ini adalah garam yang larut dalam air, dan dapat digunakan sebagai agen pereduksi dalam bentuk larutan encer.
2.2.5   Sodium Karbonat (NaCO)
Sodium karbonat adalah bubuk kristal putih yang dikenal juga sebagai abu soda.
2.2.2   Sodium Silikat (Na2SiO3)
Sodium silikat (water glass) adalah senyawa alkali yang kuat.
2.2.3   Zat warna Naftol dan zat warna reaktif
Zat warna Naftol dan zat warna reaktif termasuk dalam golongan senyawa Azo. Senyawa azo merupakan bahan kimia yang berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi. Senyawa Azo mampu mereduksi amina aromatik yang menghasilkan arylamines yang dapat menimbulkan alergi pada kulit. Selain itu, bahan penyempurna pewarnaan yang digunakan untuk kedua zat warna tersebut adalah sama yaitu zat warna naftol memerlukan bahan berupa garam diazium dan natrium hidroksida sebagai pelekatan zat warna ke dalam kain, sedangkan zat warna reaktif memerlukan natrium hidroksida dan alkali untuk proses pelekatannya.
DAFTAR PUSTAKA :

Zat Kimia Tekstil

Pengertian dari zat warna tekstil

Zat warna tekstil adalah semua zat berwarna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serap tekstil dan mudah dihilangkan kembali. Di Indonesia, belum ada Undang-Undang yang mengaturnya tentang penggunaan zat pewarna sehingga masih ada penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan; misal zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk makanan (winarno, 1984).
Suatu zat dapat berlaku sebagai zat warna apabila mempunyai gugus yang dapat menimbulkan warna (kromofor) dan dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil Kromofor berasal dari kata Chromophore yang bersal dari bahasa yunani yaitu Chroma yang berarti warna dan phoros yang berarti mengemban (Fessenden dan fessenden, 1982 ).

Dari berbagai referensi hasil penelitian tentang zat warna alam yang telah dibaca oleh tim peneliti, pemanfaatan zat warna alam pada umumnya masih menggunakan teknik pencelupan untuk mewarnai bahan tekstil. Oleh karena itu tim peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penggunaan zat warna alam dengan teknik pencapan sablon. Hal ini didasari bahwa teknik pencapan sablon telah memasyarakat sehingga mudah dipelajari disamping itu akan dapat memperpendek waktu produksi jika digunakan untuk membuat motif batik pada kain oleh para pengrajin. Dari hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan produktivitas penggunaan zat warna alam untuk batik dan produk kerajinan.
Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Zat Pewarna Alat(ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil 130% tumbuhan atau hewan.
Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh , ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini akan dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu upaya pelestarian budaya. Zat Warna Alam untuk Bahan Tekstil
Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.
Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

pusy jutek 05.56

Komposisi Senyawa Kimia dalam Tekstil

Senin, 08 April 2013

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKrGcHCbQ3QSWKbVimfWUBZ6AHry9wmZcsJOW7LgWHC7WxuKaKYChyphenhyphenSzUhhirIW3ynZgjygyQALPsqKvVyxNfjUsxer7_OlHB4IlrcuE0cOhzNipppXZIoW97oYgiWw00SdhCU49gu_t4/s320/kimia.jpg
Dari bahan hidrokarbon yang bisa dimanfaatkan untuk sandang adalah PTA (purified terephthalic acid) yang dibuat dari para-xylene dimana bahan dasarnya adalah kerosin (minyak tanah). Dari Kerosin ini semua bahannya dibentuk menjadi senyawa aromat, yaitu para-xylene. Rumus kimianya tau kan ? Bentuknya senyawa benzen (C6H6), tetapi ada dua gugus metil pada atom C1 dan C3 dari molekul benzen tersebut.
Senyawa hidrokarbon juga mulai digunakan untuk mengganti bahan alam seperti kapas, sutra, dan wall. Bahan pakaian sintetis harganya lebih murah dan dapat diproduksi secara besar-besaran dalam waktu singkat. Produk ini termasuk polimer yang dibuat dari berbagai senyawa hidrokarbon molekul kecil yang disebut monomer.
Proses pembuatan polyester
Proses pembuatan polyester
Kehalusan bahan yang terbuat dari serat poliester dipengaruhi oleh zat penambah (aditif) dalam proses pembuatan benang (saat mereaksikan PTA dengan metanol). Salah satu produsen PTA di Indonesia adalah di Pertamina Unit Pengolahan III . Sebetulnya ada polimer lain yang juga dibunakan untuk pembuatan serat sintetis yang lebih halus atau lembut lagi. Misal serat untuk bahan isi pembalut wanita. Polimer tersebut terbuat dari polietilen.
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah "poliester" merupakan sebagai sebuah bahan yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Poliester termasuk zat kimia yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat.
Kain dari poliester disebut-sebut terasa “tak alami” bila dibandingkan dengan kain tenunan yang sama dari serat alami (misalnya kapas dalam penggunaan tekstil). Namun kain poliester memiliki beberapa kelebihan seperti peningkatan ketahanan dari pengerutan. Akibatnya, serat poliester terkadang dipintal bersama-sama dengan serat alami untuk menghasilkan baju dengan sifat-sifat gabungan. Poliester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano, tampilan kristal cair, hologram, penyaring, saput (film) dielektrik untuk kondensator, penyekat saput buat kabel dan pita penyekat.
Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang digunakan industri yang pertama dan digunakan karena sifat mekanis dan ketahanan terhadap panasnya. Kelebihan itu penting dalam penggunaannya sebagai segel mampu kikis dalam mesin jet.
Poliester keras panas (thermosetting) digunakan sebagai bahan pengecoran, dan resin poliester chemosetting digunakan sebagai resin pelapis kaca serat dan dempul badan mobil yang non logam. Poliester tak jenuh yang diperkuat kaca serat banyak digunakan dalam bagian badan dari kapal pesiar serta mobil.


Fairuz Hilwa Shahab13.23

Kimia tekstil

…adalah salah satu cabang terapan dari ilmu kimia.
Kimia tekstil adalah salah satu cabang terapan dari ilmu kimia. Kimia tekstil merupakan bidang yang sangat khusus dalam hal penerapan prinsip-prinsip ilmu kimia untuk memahami bahan-bahan tekstil, juga dalam hal memodifikasi bahan tekstil tersebut untuk mencapai fungsi (kegunaan) dan estetika yang diinginkan. Misalnya untuk mendapatkan bahan tekstil dengan warna tertentu serta memiliki sifat lembut, anti kusut, easy care, anti bakteri, tolak air, tahan api, anti ngengat dan sebagainya. Selain itu, kimia tekstil juga dapat diterapkan untuk membuat bahan-bahan tekstil yang bermanfaat untuk bidang medis, militer, lingkungan dan sebagainya.

Pelajaran kimia tekstil dimulai dengan pengetahuan mengenai serat tekstil (fibres) baik itu serat alam maupun serat buatan, juga mempelajari bagaimana proses mewarnai bahan tekstil sampai proses finishing. Serat-serat buatan atau sintetis sangat banyak diperdagangkan di seluruh dunia oleh karena itu seorang ahli kimia tekstil juga dibekali pengetahuan mengenai polimer. Kimia tekstil dan ilmu bahan (material science) memiliki interaksi yang cukup besar dan terus berkembang.


Ilmu kimia tekstil juga menerapkan prinsip kimia permukaan (surface chemistry) untuk proses-proses pencucian dan pada proses pencelupan maupun penyempurnaan. Dalam hal ini seorang ahli tekstil harus memahami kimia organik untuk mensintesa dan memformulasi produk-prosuk yang digunakan pada proses tersebut.


…adalah dinamis


Dulu seorang ahli kimia tekstil hanya memiliki pengetahuan tentang struktur dan sifat-sifat dari serat alam dan sintetik serta mengenai pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan tekstil. Namun saat ini tidak hanya itu, seorang ahli tekstil juga harus memiliki pengetahuan mengenai bagaimana membuat proses tekstil yang ramah lingkungan, misalnya dengan membuat serat yang biodegradable.


Saat ini juga berkembang mengenai biotextile, yaitu serat yang dikembangkan untuk drug delivery systems. Hal lainnya adalah aplikasi tekstil dibidang aeronautika, yaitu penggunaan material tekstil yang dikenal dengan textile composite untuk bahan pesawat terbang dan bahan lainnya yang menginginkan bahan yang kuat tapi ringan.


Jadi ilmu tekstil akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia.


…terasa


Dalam bidang tekstil, Anda bekerja dengan sesuatu yang dapat dipegang dan dirasakan. Keahliannya mencakup proses manufaktur, evaluasi tekstil, pertenunan, perajutan, persiapan penyempurnaan, pencelupan, pencapan, penyempurnaan sampai garmen.


Spesialisasi dalam bidang kimia tekstil memberikan kesempatan aplikasi ilmu kimia yang kreatif dan dinamis. Kombinasi teori dan praktek membuatnya memungkinkan dalam mengembangkan bermacam-macam textile chemicals yang dibutuhkan untuk membuat bahan tekstil yang baik yang dapat bersaing dipasaran.
ato 6:08 AM

Jenis-Jenis Pewarna Bahan Tekstil

Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu:
  1. Zat Pewarna Alat (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil 130% tumbuhan atau hewan.
  2. Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.
Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh , ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Dalam tulisan ini akan dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita sebagai upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu upaya pelestarian budaya. Zat Warna Alam untuk Bahan Tekstil
Description: Bahan Pewarna alami

Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).

Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.

Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen – pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan – sebagai berikut:
  1. Kain katun (birkolin) dan sutera, Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar kita yang ingin kita jadikan sumber pewarna alam seperti : daun pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun jati, kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji ataupun jenis tanaman lainnya yang ingin kita eksplorasi
  2. Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas, natrium karbonat/soda abu (Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor, thermometer , pisau dan gunting.. Proses Ekstraksi Zat Warna Alam
Batik News 07.23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.