Oleh : Adesita Nur sabaniah (Q04-Adesita)
ABSTRAK :
Salah
satu penyebab pencemaran udara adalah meningkatnya jumlah kendaraan di
Indonesia. Jumlah kendaraan di Indonesia tahun 2016 mencapai 124.215 juta unit,
naik 10-15 %. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pencemaran udara
merupakan faktor risiko gangguan kesehatan terbesar di dunia, diperkirakan data
tahun 2016 sekitar 6,5 juta orang meninggal tiap tahun akibat paparan polusi
udara. Faktor yang berhubungan dengan konsentrasi pencemar udara adalah jumlah
kendaraan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, hujan, dan topografi
(Kurniawati, I. D. (2017).
Kata
kunci : Pencemaran udara, kota Bandung, pencemaran kota Bandung
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan
volume lalu lintas di perkotaan Indonesia mencapai 15% pertahun. Transportasi
di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar, dimana 70%
pencemaran udara diperkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor.
Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti karbonmonoksida (CO),
Nitrogen oksida (NOx), Methane (CH4), nonmethane (NonCH4), Sulful dioksida
(SOx) dan Partikel (SPM10) dapat menimbulkan efek terhadap pemanasan global. Hasil
monitoring tingkat pencemaran udara di ruas-ruas jalan kota besar seperti :
Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar (Bali), dan Serang
(Banten), serta kota-kota yang dilalui Jalur Pantura tingkat pencemaran udara
sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient khususnya untuk
parameter oksida nitrogen (NOx), partikel (SPM10) dan hidrokarbon (HC). (Kusminingrum, N., & Gunawan, G.
(2008).
II.
PERMASALAHAN
1. Pencemaran udara di kota Bandung ?
2. Kadar konsentrat polutan di Kota Bandung ?
III.
PEMBAHASAN
Permasalahan
lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk segera diselesaikan karena
menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia. Udara merupakan
faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan
fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Pencemaran
udara bersumber dari asap cerobong industri dan gas buangan dari kendaraan
bermotor, selain itu dapat juga bersumber dari buangan rumah tangga (domestik).
Perkembangan otomotif sebagai alat transportasi sangat memudahkan manusia dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, namun di sisi lain penggunaan kendaraan bermotor
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, terutama gas buang dari hasil
pembakaran bahan bakar yang tidak terurai atau terbakar dengan sempurna. (Gusnita, D. (2012).
Masalah
pencemaran buatan di perkotaan semakin lama akan semakin bertambah seiring
dengan proses urbanisasi yang pesat. Pada tahun 2000 di dunia, jumlah penduduk
kota telah mencapai 40% dari total jumlah penduduk, dan menurut proyeksi pada
tahun 2010 akan mencapai 55%. Peningkatan jumlah penduduk yang relatif tinggi
di perkotaan ini menimbulkan masalah bagi lingkungan hidup, misalnya masalah
kurangnya air bersih, buruknya kondisi sanitasi, pembuangan sampah padat dan berbahaya,
hilangnya ruang terbuka, dan polusi udara (Kwanda,
T. (2003) .
Kota Bandung
merupakan salah satu kota besar yang jumlah penduduknya mengalami pengingkatan
pesat dari setiap tahunnya. Hal ini diiringi pula oleh perkembangan industri
yang menjadi sumber ekonomi warganaya. Yng diiringi dengan peningkatan
pemakaian kendaraan bermotor untuk aktivitas sehari-hari (Pujiastuti, P. (2013).
Konsentrasi Polutan di kota
bandung :
- Karbonmonoksida
(CO)
Monitoring
kualitas udara Bandung seperti di Batununggal Indah menunjukkan fluktuasi yang
berlawanan. Konsentrasi CO yang tinggi terjadi pada saat radiasi rendah dengan
koefisien korelasi berkisar -0.32 hingga – 0.48. Nilai negatif menunjukkan
bahwa pada setiap peningkatan radiasi terjadi penurunan konsentrasi CO, artinya
tidak selalu setiap penurunan konsentrasi CO bersamaan dengan penurunan jumlah
radiasi. Hal ini disebabkan faktor utama yang menentukan konsentrasi CO di
atmosfer adalah jumlah emisi dari sumber.
- Nitrogen
dioksida (NO2) dan Nox
Konsentrasi
NO2 (μg/m3) di tiga titik pengamatan di Kota Bandung menunjukkan fluktuasi yang
tidak terlalu beraturan yakni : Tirtalega, Cisaranten, dan Batununggal. Fluktuasi
radiasi menunjukkan pada saat terjadi peningkatan radiasi terjadi peningkatan
konsentrasi NO2 Namun di Kota Bandung konsentrasi ini tidak terus meningkat,
tetapi menurun sebelum radiasi maksimum.
·
Nitrogen
Dioksida (NO2)
Senyawa
NO2 berasal dari kegiatan dari pusat-pusat industri. NO2 memiliki kemampuan
untuk menyerap sinar ultraviolet (UV) serta partisi sinar matahari yang
memiliki panjang gelombang mendekati panjang gelombang dari UV. Akibat dari
kemampuan tersebut maka udara yang memiliki kandungan NO2 yang tinggi
memberikan kesan warna merah pada warna dari udara atmosfer. Fluktuasi radiasi
terhadap konsentrasi NO2 menunjukkan pada saat terjadi peningkatan radiasi
terjadi peningkatan konsentrasi NO2.
·
Sulfur
Dioksida (SO2)
- Fluktuasi konsentrasi SO2 terhadap fluktuasi radiasi dan suhu udara menunjukkan nilai korelasi positif yaitu berturut-turut adalah 0.11 dan 0.20.
- Patikulat (PM10)
Kondisi
partikulat di Jakarta berfluktuasi tidak terlalu beraturan seperti kondisi di
Kota Bandung, umumnya terjadi peningkatan konsentrasi pada pagi hari. Fluktuasi
radiasi dan g/m3) menunjukkan korelasi negatif (-0.28).mkonsentrasi
partikulat PM10
Dampak Polusi Udara :
Udara
setiap saat kita butuhkan, secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan
hidupnya tanpa udara lebih dari 3 menit. Zat-zat pencemar udara dapat
digolongkan tiga yaitu zat kimia, zat fisis, dan zat biologis. Dampak zat-zat
pecemar udara ini terhadap manusia, terutama zat kimia dan zat fisis, akan
dibahas lebih rinci, berikut ini:
1. Zat Kimia
Zat
pencemar kimia yang paling banyak terdapat di udara bebas adalah karbon
monooksida (CO), sulfur oksida (SO), nitrogen oksida (NO), hidrokarbon (H2C),
dan partikulat (debu) yang berasal dari pabrik semen, industri metalurgi,
industri konstruksi, dan juga kendaraan bermotor. Pengaruh zat kimia
pertama-tama akan ditemukan pada sistem pernapasan, kulit dan selaput lendir,
selanjutnya apabila memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat
dihindari. Secara rinci akan dibahas beberapa zat-zat pencemar kimia yang
berasal dari kendaraan bermotor dan kegiatan industri, seperti CO, CO2, NO, dan
CFC.
2. Zat Fisis
Zat
pencemar fisis yang banyak didapat adalah temperatur, kebisingan, sinar ultra
violet, sinar infra merah, gelombang mikro, gelombang elektromagnetik, dan
sinar-sinar radioaktif. Saat ini kebisingan merupakan salah satu penyakit
lingkungan yang penting.
3. Zat Biologis
bakteri
dan virus yang dapat menyebarkan berbagai penyakit pada manusia. Akibat dari
masalah-masalah lingkungan hidup ini terhadap manusia harus dibayar dengan
biaya yang tinggi, sebagai contoh menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 1990
biaya kesehatan yang harus dibayar oleh penduduk Jakarta sebagai akibat dari
polusi udara adalah sebesar 500 juta dolar Amerika Serikat (Kwanda,
T. (2003).
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi Pencemaran Udara :
Secara
garis besar untuk mengatasi masalah polusi udara ini yang pertama adalah
berkaitan dengan sumber masalahnya yaitu mengurangi konsumsi energi dan mencari
energi alternatif yang lebih bersih. Kedua, mengurangi polusi udara dengan cara
pembangunan ruang terbuka hijau, pembangunan bangunan dan permukiman yang
berkelanjutan, dan sistem transportasi umum yang ramah lingkungan.
1. Pembangunan Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Sebagai
contoh, di kota Bandung menurut Dinas Pertamanan jumlah pohon yang ada hanya
sekitar 650.000 pohon. Sekitar 800 pohon ditebang untuk proyek pembangunan
jalan, permukiman dan industri. Sehingga untuk kota Bandung dengan jumlah
penduduk sebesar 2,5 juta jiwa masih diperlukan jumlah pohon sebesar 600.000
pohon (1,25 juta – 650.000 pohon). Akibat penebangan pohon ini, koefisien air
aliran (run off) di kota Bandung meningkat dari 40% menjadi 80% pada saat ini.
Koefisien ini menunjukkan persentase air hujan yang tidak terserap ke dalam
tanah dimana semakin tinggi angka koefisiennya semakin banyak air yang tidak
terserap.
2. Gedung Hijau
Penghematan
energi pada gedung dapat dilakukan dengan cara desain yang mengoptimalkan
penerangan dan penghawaan alami pada bagian tertentu dari gedung. Selain itu
dapat pula dicapai melalui penggunaan energi alternatif yaitu energi surya. Selanjutnya
untuk mengurangai polusi udara di perkotaan kota Bandung, konsep arsitektur
hijau dapat diterapkan pada gedung dengan lansekap atau penghijauan vertical.
Emisi CO2 dari kendaraan bermotor akan naik ke lapisan udara atas yang akan
diserap oleh tanaman yang ada pada setiap lantai gedung bertingkat.
3. Transportasi
Kemacetan
lalu lintas di perkotaan dapat dikurangi dengan beberapa cara, seperti: a.
manajemen lalu lintas yang dapat memperlancar arus kendaraan bermotor. b. penggunan
moda transportasi yang berpihak kepad umum dan ramah lingkungan, seperti kereta
ringan listrik (KRL) yang dapat mengurangi mobilitas kendaraan pribadi. c.
penggunnaan kendaraan motor yang ramah lingkungan, seperti mobil listrik, mobil
hidrogen.
II. PENUTUP
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Fluktuasi unsur meteorologi dan konsentrasi polutan di udara ambien terlihat
dengan jelas dalam skala data 30 menit. Pengaruh masing-masing unsur
meteorologi terhadap polutan berbeda untuk masing-masing polutan dan bergantung
pula pada kondisi setempat. Di Kota Bandung, hasil analisis menunjukkan unsur
radiasi berkorelasi negatif terhadap CO, NO2, NOx, dan PM10, tetapi berkorelasi
positif dengan fluktuasi O3. Unsur suhu udara dan kecepatan angin mengikuti
pola radiasi sehingga relatif sama pengaruhnya terhadap unsur-unsur tersebut di
atas. Sedangkan unsur kelembaban pada beberapa unsur polutan menunjukkan
korelasi positif. Penurunan kelembaban setelah terjadinya kelembaban maksimum
menyebabkan penurunan konsentrasi polutan di udara, kecuali untuk O3.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, I. D. (2017).
Indikator Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah Kendaraan dan Kondisi Iklim (Studi
di Wilayah Terminal Mangkang dan Terminal Penggaron Semarang) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Kusminingrum, N., &
Gunawan, G. (2008). Polusi udara akibat aktivitas kendaraan bermotor di jalan
perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jurnal, Jakarta, Puslitbang Jalan dan Jembatan.
http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:uG0MoplfVnsJ:scholar.google.com/+polusi+udara+di+jakarta&hl=id&as_sdt=0,5 (Diakses 13/02/2020)
Kwanda, T. (2003).
Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk mengurangi polusi udara.
DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 31(1).
Pujiastuti, P. (2013).
Karakteristik Anorganik PM10 di Udara Ambien terhadap Mortalitas dan Morbiditas
pada Kawasan Industri di Kota Bandung. Reka Lingkungan, 1(1).
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:Uc_2m296mIcJ:scholar.google.com/+PENCEMARAN+UDARA+KOTA+BANDUNG&hl=id&as_sdt=0,5 (Diakses 13/02/2020)
Turyanti, A., &
Santikayasa, I. P. (2006). Analisis Pola Unsur Meteorologi dan Konsentrasi Polutan
di Udara Ambien Studi Kasus: Jakarta dan Bandung (Analysis Of Pattern Of
Meteorology Variable And Ambient Polutant Concentration Case Study: Bandung And
Jakarta). Jurnal Agromet Indonesia, 20(2).
http://103.10.105.65/index.php/agromet/article/viewFile/3458/2354 (Diakses 13/02/2020)
@Q03_ika
BalasHapusBagaimana cara menagulangi pencemaran udara di kota bandung? Bagaimana dampak pencemaran udara pada masyarakat Bandung?
Terimakasih