.

Senin, 25 November 2019

Penerapan Kimia Hijau

Satria Hotma Hizkia
@N19-SATRIA









Penerapan Kimia Hijau




Kata Kunci : Kimia Hijau, Penerapan, Mengurangi.

1.    Pendahuluan
Green Chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijaksanaan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi.

Menurut United States Environmental Protection Agency (2006).  Menyebutkan bahwa aspek kimia   berkelanjutan, merupakan  filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan desain produk dan proses yang meminimalisasi penggunaan dan penciptaan senyawa-senyawa berbahaya. Di koridor itu, kimia hijau dilatarelakangi oleh  masalah lingkungan mulai muncul sejak tahun 1940 an, seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri. Industri menghasilkan limbah yang menghancam keasrian lingkuangan. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.

2.    Permasalahan
2.1  Bagaimana Aplikasi Kimia Hijau Secara Global ?
2.2  Bagaimana Aplikasi Kimia Hijau di Indonesia ?

3.    Pembahasan
3.1. Penerapan Kimia Hijau Secara Global
-  Lanza Tech, Inc
Memproduksi bahan bakar dan bahan kimia dari pemanfaatan gas buang. LanzaTech telah bermitra dengan sekitar 10 perusahaaan dalam lingkup Global Fortune 500 seperti Invista dan Evonik untuk menggunakan teknologi tersebut.

-  SOLTEX
Memproduksi minyak dan pelumas sintetik, berhasil mengembangkan proses reaksi kimia baru yang menghilangkan penggunaan air dan mengurangi bahan kimia berbahaya dalam produksi aditif untuk pelumas dan bensin. Jika digunakan secara luas, teknologi ini memiliki potensi untuk menghilangkan jutaan galon air limbah per tahun dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya sampai 50 persen.

-  Hybrid Coating Teknologi/Nanotech Industri Daly City
Pengembangan poliuretan nabati untuk digunakan pada lantai, furniture dan pelapis/busa. Teknologi ini dapat mensubstitusi penggunaan isosianat, yang dikenal menyebabkan gangguan terhadap kulit dan organ pernapasan (termasuk memicu asma).

3.2. Penerapan Kimia Hijau di Indonesia

-  Bubuk dari biji asam jawa (tamarind seed kernel powder) yang merupakan limbah produk pertanian, dapat dijadikan zat yang efektif untuk menjernihkan air buangan rumah tangga dan industri (Dhage, 2013). Bubuk biji asam jawa bersifat non-toksik, mudah terurai secara alami, hemat biaya, dapat menggantikan garam Al (alumunium) atau alum yang biasa digunakan untuk mengolah air limbah. Zat alum ini terbukti meningkatkan jumlah ion berbahaya dalam air olahan itu dan dapat menyebabkan penyakit seperti alzheimer (pikun/dementia). Hasil penelitian membuktikan bahwa bubuk biji asam jawa cukup ekonomis sebagai flokulan yang kinerjanya setara dengan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O (potash alum) yang biasa dipakai pada penjernihan air.

-  Ide pemanfaatan membran dengan teknologi Nanofiltrasi (NF) dan reverse osmosis (RO), penerapan 4 Rs (Reduce, Reuse, Recyle, Recharge), dan biopori dicoba disatukan dalam pendekatan kolaborasi antar keahlian, yaitu: Teknik Lingkungan, Teknik Industri, dan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, dengan menawarkan konsep Surabaya Underground Aqua Project (Nurdin dkk, 2015). Inti gagasan ini adalah sebuah inovasi teknologi pengelolaan air berskala kota yang menggunakan prinsip water recycle untuk menciptakan keberlanjutan lingkungan sebagai salah satu prinsip pengelolaan air. Prinsip water recycle yaitu pengelolaan air di dalam kota dilakukan dengan mengolah kembali campuran air limbah

-  Usaha pencucian baju atau laundry juga sudah mengganti pelarut bahan kimia untuk dry cleaning, dari Perchloroethylene (PERC) – Cl2C=CCl2 –, dengan CO2 cair dan surfaktan (Dhage, 2013). PERC terbukti berbahaya bagi air tanah dan diduga bersifat karsinogenik, seperti hampir semua pelarut yang mengandung halogen.

-  CAT RAMAH LINGKUNGAN
Senyawa organik yang mudah menguap atau volatile organic compounds (VOC) biasa diidentifikasi sebagai bau sesuatu yang baru dicat, bersifat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sejak dulu ada cat yang larut dalam air berbentuk bubuk, tetapi tidak mudah didapat. Perusahan cat di Inggris berhasil membuat cat yang sedikit sekali atau tidak mengandung VOC tetapi tetap menarik, misalnya cat yang berbasis pelarut dari tanaman yang tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik. Cat-cat yang diiklankan di Indonesia juga sudah mulai memperhatikan keamanan terhadap kesehatan dan lingkungan.



Referensi


Anhwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau
.
Azhwin, Farhan. 2017. Konsep Green Chemistry Yang Elusif.

Hidayat, Atep Afia. Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Yogyakarta: Wahana Resolusi.

Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan.

Mustafa, Dina. 2017. Perananan Kimia Hijau (GREEN CHEMISTRY) Dalam Mendukung Tercapainya Kota Cerdas (SMART CITY) Suatu Tinjauan Pustaka.

Tika, I Nyoman. 2019. Mengenal dari Dekat Hijau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.