.

Senin, 25 November 2019

Kimia Hijau

Kimia Hijau
Kimia Hijau
Oleh : Gayatri Wahyu Andini  (@P13-GAYATRI)
Kata Kunci : Kimia, hijau, industri
Abstrak :
Kemajuan teknologi dan industri kimia yang berkembang pesat disadari menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Dalam beberapa proses, reaksi kimia memegang peranan penting sehingga faktor produktivitas proses industri kimia diarahkan untuk mendapatkan hasil sintesis sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan efek yang ditimbulkan seperti dihasilkannya residu bahan kimia serta konsumsi energi yang sangat tinggi. Industri kimia menyumbang 7% dari pendapatan global dan 9% perdagangan global, dengan 80% dari output dunia diproduksi oleh 16 negara. Produksi diproyeksikan meningkat 85% pada tahun 2020 dan hal ini akan semakin meningkat seiring peningkatan pendapatan perkapita. Selama setengah abad terakhir, pertumbuhan yang besar diiringi dengan pertumbuhan volume penggunaan bahan petrokimia dan menyesuaikan kebutuhan industri farmasi. Keseluruhan produksi telah bergeser dari komoditas utama bahan kimia untuk rumah tangga dan bahan kimia khusus. Beberapa masalah seperti ketersediaan bahan baku petrokimia, masalah lingkungan, pelepasan bahan beracun, penipisan bahan tak terbarukan, masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang akibat paparan bahan kimia dari masyarakat untuk bahan kimia, pelarut, dan masalah keamanan adalah hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan di antara keuntungan-keuntungan tersebut di atas.
I.                    Pendahuluan
Istilah kimia hijau pertama kali digunakan oleh Paul T. Anastas pada sebuah program khusus yang diperkenalkan organisasi EPA (Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat tahun 1991. Program ini dimaksudkan untuk menerapkan pengembangan berkelanjutan di bidang kimia dan teknologi kimia oleh dunia industri, akademi, dan pemerintahan. Konsep kimia hijau mengintegrasikan pendekatan baru untuk proses sintesa, pengolahan, dan aplikasi zat-zat kimia sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan ancaman terhadap kesehatan dan lingkungan.

Pendekatan baru ini kemudian diberi istilah: kimia yang ramah terhadap lingkungan 178 Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas (Environmental benign Chemistry), kimia bersih (Clean Chemistry) ekonomi atom (atom economy), kimia yang dirancang jinak/ramah (benign-by-design chemistry).
II.                  Permasalahan
1.       Apa itu Kimia Hijau ?
2.       Apa saja prinsip Kimia Hijau ?
3.       Apa saja manfaat dari Kimia Hijau ?
4.       Bagaimana cara menerapkan Kimia Hijau dalam sehari-hari ?

III.                Pembahasan
Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia terhadap lingkungan termasuk manusia.

Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.

Manfaat kimia hijau adalah mengusahakan proses-proses kimia yang lebih ekonomis karena biaya produksi dan regulasi yang lebih rendah, efisien dalam penggunaan energi, pengurangan limbah produksi, pengurangan kecelakaan, produk yang lebih aman, tempat kerja dan komunitas yang lebih sehat, perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif atas produk yang dihasilkan. Dengan memperhatikan dan menerapkan pendekatan atau teknologi kimia hijau akan menghasilkan tempat kerja yang lebih aman bagi para pekerja industri, risiko-risiko yang jauh lebih sedikit bagi komunitas di sekitar lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman bagi pengguna/pembeli.

Konsep kimia hijau biasanya ditampilkan sebagai gabungan dari 12 prinsip yang diusulkan oleh Anastas dan Warner (Anastas & Warner, 1998), yaitu :
1.              mencegah limbah; Mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah dan tak meninggalkan limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan.
2.              mendesain zat kimiawi dan produk kimiawi yang aman; Mendesain sintesa untuk digunakan dengan zat kimia yang dihasilkan hanya sedikit atau menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
3.              mendesain sintesa kimia yang tidak terlalu berbahaya; Mendesain sintesa untuk digunakan yang menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit bahanya bagi manusia dan lingkungannya
4.              menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui; Menggunakan material dan bahan baku yang bisa diperbarui, yang biasanya dibuat dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil atau merupakan hasil tambang.
5.              menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi stoikometri; Meminimalkan limbah dengan reaksi katalik. Pengkatalisi digunakan dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi lebih diutamakan dibandingkan dengan bahan reaksi stoikometri, yang digunakan secara berlebih dan hanya bekerja sekali.
6.              menghindari turunan kimiawi Menghindari penggunaan grup penghambat, pelindung, atau perubahan sementara karena turunan penggunaan bahan reaksi tambahan menghasilkan limbah.
7.              memaksimalkan ekonomi atom; Mendesain sintesa agar produk akhir mengandung proporsi maksimum dari penggunaan materi awal. Kalau pun ada atom yang terbuang, sebaiknya jumlahnya hanya sedikit.
8.              gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman; Hindari penggunaan pelarut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika unsure tersebut sangat penting, gunakan zat kimia yang tidak berbahaya.
9.              tingkatkan efisiensi energy; Sedapat mungkin jalankan reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan.
10.          mendesain zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan; Mendesain produk kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah zat tersebut digunakan supaya tidak terakumulasi dalam lingkungan.
11.          menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi: Melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah.
12.          meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan: Mendesain zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam lingkungan.

Terdapat 5 cara penerapan kimia hijau dalam lingkungan :
1.             Reuse: Memanfaatkan ulang. Contohnya penggunaan bahan-bahan plastik/ kertas bekas untuk benda-benda sovenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi taman, botolbotol minuman yang telah kosong diisi kembali, dan sebagainya.
2.             Recycle: Mengolah kembali . Contohnya kertas atau sampah bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dibuat menjadi benda kain dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur ulang menjadi kompos (pupuk).
3.             Reduce: Mengurangi. Misalnya ibu-ibu rumah tangga kembali ke pola hidup lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar sehingga jumlah kantong plastik yang di bawa ke rumah akan berkurang (terreduksi
4.             Replace: Menggantikan dengan bahan yang bisa dipakai ulang (replace).
5.             Refill: mengisi kembali wadah-wadah produk yang dipakai.

Daftar Pustaka
Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf
Anggraeni, N.I., dkk. Cara Penerapan Kimia Hijau di Lingkungan. Dalam file:///C:/Users/Asus/Downloads/8196-13468-1-SM.pdf
Fatimah, Is. https://www.researchgate.net/publication/325655181_Kimia_Hijau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.