Oleh : Ghina Rahayu (@K20-Ghina)
Kata Kunci : Penerapan, Ramah Lingkungan
Menurut Erdiono
(2009), bahwa isu pemanasan global harus ditanggapi. Krisis global tersebut
harus sanggup menggugah kesadaran kita dengan tindakan tindakan nyata yang
dapat dilakukan setelah mengetahui pokok-pokok permasalahannya. Beberapa konsep
pembangunan hemat energi dan ramah lingkungan mengacu pada bangunan yang murah,
mudah dan berdampak luas, seperti pengembangan kota hijau (green city),
properti hijau (green property), bangunan hijau (green building),
kantor/sekolah hijau (green school/office), hingga produk hijau (green product)
terus dilakukan untuk mengurangi pemanasan global dan krisis ekonomi global. Perilaku
manusia saat ini harus tanggap dan peduli dengan dampak pemanasan global yang
terjadi akibat efek rumah kaca. Perubahan perilaku manusia. harus segera
dilakukan adalah penghematan enerji, pemanfaatan energi alternatif terkait
dengan upaya-upaya penggunaan material bangunan dan upaya-upaya penghematan
lainnya.
Menurut Wibowo
(2017), bahwa salah satu masalah besar yang tengah dihadapi umat manusia di
bumi ini adalah masalah lingkungan hidup. Kerusakan alam yang semakin parah,
telah memicu dan memacu pemanasan global. Akibatnya bukan saja bencana alam
yang terjadi, melainkan juga cuaca yang menjadi sukar diprediksi. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa manusia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas
kondisi alam yang memprihatinkan ini. Yang lebih mengkhawatirkan lagi,
ketidakpedulian terhadap alam juga seolah-olah sudah menjadi gaya hidup hampir
sebagian manusia saat ini. Namun ternyata tidak semua manusia punya sikap
seperti itu, ada beberapa orang / kelompok yang sudah mulai sadar mengenai
tanggung jawab terhadap lingkungan ini. Dalam konsep mendesain rumah ramah
lingkungan, yang patut diperhatikan pada tahap awal adalah masalah desain rumah
itu sendiri, bagaimana penataan ruang (denah), tata letak dan bentuk bangunan,
Pada akhir-akhir
ini, istilah ramah lingkungan, semakin gencar kita dengar dan temukan pada
berbagai produk dan aktivitas yang dilakukan banyak orang. Produk-produk yang
dilabel ramah lingkungan (green product) misalnya bisa kita temukan mulai dari
kulkas, air contioner (AC), handphone, alat rumah tangga, kosmetik, minuman,
cat, bahkan juga bahan bakar minyak (BBM), pelumas dan kendaraan bermotor. Pertanyaan
mendasar dan kritis yang mungkin perlu kita ajukan adalah sejauhmana produk dan
aktivitas tersebut memang ramah lingkungan, apakah bahan yang digunakan tidak
berasal dari serat pelastik (serat sintetis) yang justru sulit diurai, apakah
bahan-bahan yang digunakan memang tidak menggunakan zat-zat kimia yang
berbahaya (addictive substances) Melalui cara pandang politik ekologi, maka
pertanyaan di atas bukanlah suatu pertanyaan yang mengada-ada, karena sebagai
sebuah wacana, penggunaan kata ramah lingkungan tidak selalu akan bermakna
sebenarnya (Arifin, 2012)
Menurut Shrum,
McCarty, dan Lowrey (1995) bahwa konsumen yang ramah lingkungan adalah siapa
saja yang perilaku pembeliannya dipengaruhi oleh perhatian terhadap lingkungan.
Menurut
Rappaport (2008), bahwa terdapat beberapa alasan kampus menerapkan konsep
“Green Campus”, antara lain :
1. Mahasiswa dimasa mendatang tertarik pada isu lingkungan
1. Mahasiswa dimasa mendatang tertarik pada isu lingkungan
2. Melakukan sesuatu yang benar baik secara lokal
maupun global konsisten dengan agend aksi sosial kampus.
3. Banyak berjalan dan menggunakan sepeda akan
meningkatkan kesehatan
4. Melestarikan air menghasilkan berbagai
penghematan: biaya air, biaya saluran pembuangan, dan menurunkan biaya energi.
5. Kampus dengan program lingkungan menggunakan
kampus sebagai labor pembelajaran, menghubungkan mahasiswa dengan alam,
mendiskusikan nilai-nilai lingkungan.
6. Contoh-contoh perilaku ramah lingkungan
memperkaya pembahasan materi dikampus
Saat ini
kebutuhan energi, khususnya energi listrik (energi listrik adalah energi yang
mudah dikonrversikan ke dalam bentuk energi yang lain) terus meningkat dengan
pesat, bahkan di luar estimasi yang diperkirakan. Hal ini sudah selayaknya
sebagai dampak meningkatnya seluruh aktivitas kehidupan yang menggunakan energi
listrik. Selama ini kebutuhan energi bahkan kebutuhan dunia masih mengandalkan
minyak bumi sebagai penyangga utama kebutuhan energi. Matahari adalah sumber
energi utama yang memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke permukaan
bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi menerima sekitar 1000 watt
energi matahari per-meter persegi. Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan
berbagai cara untuk masa depan yang cerah sebagai sumber energi listrik. Karena
sel surya sanggup menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah
dipindah, dekat dengan pusat beban sehingga penyaluran energi sangat sederhana
serta sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai karakteristik cahaya matahari
yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif) dibanding tenaga angin seperti
di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif efisien, tidak ada
pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta mempunyai
keandalan yang tinggi (Manan, 2009).
Review
Dari kutipan – kutipan kelima jurnal
diatas, dapat kita ketahui bahwa para ahli telah memikirkan bagaimana dapat
membuat energy alternative dan perbuatan yang dapat kita lakukan untuk
meminimalisir energy minyak bumi yang biasa kita pakai dengan cara menerapkan system
ramah lingkungan yang dapat digunakan dalam kehiidupan sehari – hari dengan harapan dapat mewujudkan Teknologi Hijau.
Daftar Pustaka
Manan, Saiful. 2009. Energi Matahari, Sumber Energi
Alternatif Yang Effisien, Handal Dan Ramah Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Gema
Teknologi. Pp 31 – 35. Dalam http://eprints.undip.ac.id/1722/ (Diakses 18 Desember 2018)
Erdiono, Deddy. 2009. ARSITEKTUR
HIJAU : Arsitektur Ramah Lingkungan. Jurnal EKOTON. Vol 9. No. 1, April 2009.
Pp 75 – 77. Dalam https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/EKOTON/article/view/288 (Diakses 18 Desember 2018)
Wibowo, Andi Prasetiyo. 2017. Kriteria
Rumah Ramah Lingkungan (Eco-Friendly House). Jurnal Muara, Sains, Teknologi
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Vol 1. No. 1, April 2017. Pp 1 – 10. Dalam https://journal.untar.ac.id/index.php/jmistki/article/view/386/331 (Diakses 18 Desember 2018)
Arifin, Zainal. 2012. POLITIK
EKOLOGI : Ramah Lingkungan Sebagai Pembenaran. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan. Vol
1. No. 1, Juli 2012. Pp 11 – 16. Dalam http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jurnal-mamangan/article/view/88/pdf_1 (Diakses 18 Desember 2018)
Julina. 2016. Analisis Pengetahuan
Lingkungan Dan Perilaku Ramah Lingkungan Berdasarkan Gender Dan Tingkat
Pendidikan Di Kota Pekanbaru. Jurnal Perempuan, Agama dan Gender. Vol 15. No.
2, Desember 2016. Pp 232 – 253. Dalam http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/2650/1669 (Diakses 18 Desember 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.