ABSTRAK
Menurut Handajani
dkk (2015) dalam Jurnal Sains dan Teknologi, Teknologi Hijau adalah Teknologi
yang mempertimbangkan penghematan dalam penggunaan sumberdaya alam dan menjaga
keberlangsungan ketersediaannya serta meminimalisasi dampak negatif bahkan
berusaha meningkatkan kualitas hidup manusia.
KATA
KUNCI: teknologi hijau.
Pada abad ke-21 ini, perubahan
iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global merupakan permasalahan yang serius
dihadapi Negara-Negara di seluruh dunia. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyatakan bahwa kenaikan suhu bumi dari tahun 1990 – 2005 antara
0.13 – 0.15 derajat celcius. Apabila tidak ada upaya pencegahan, pada tahun
2050 – 2070 suhu Bumi akan naik sekitar 4,2 derajat Celcius, (KPKC Roma, 2002).
Pada tahun 2100, suhu atmosfir akan meningkat 1,5 – 4,5 derajat. Dampak
pemanasan global yang akan terjadi adalah:
1)
Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati.
2)
Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai,
angin topan, dan banjir.
3)
Mencairnya es dan glasier di kutub.
4)
Meningkatnya tanah kering yang potensial menjadi gurun
karena kekeringan yang berkepanjangan.
5)
Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang
luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 – 95 cm.
6)
Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya
pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh
dunia.
7)
Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan.
8)
Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria
ke daerah-daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk).
9)
Daerah-daerah tertentu menjadi padat karena terjadinya
arus pe-ngungsian.
Bagi masyarakat
Indonesia dampak pemanasan global yang timbul antara lain kenaikan permukan air
laut sampai 90 cm yang mengakibatkan tenggelamnya sekitar 2000 pulau, penurunan
pH air laut dari 8,2 menjadi 7,8 yang akan menghambat kematian biota dan terumbu karang sehingga
akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, yang mengakibatkan terjadinya
penurunan populasi ikan dan sehingga menurunkan hasil laut seperti ikan, udang
dan biota laut lainnya. Selanjutnya dampak ekonomi dan sosial akan terjadi
akibat terendamnya sebagian besar kota-kota di wilayah pesisir.
Dampak pada pertanian yaitu, akan terjadi menurunnya produktivitas tanaman karena terganggunya akibat perobahan pola presipitasi, penguapan, air limpasan dan kelembaban tanah. Selain itu pemanasan global juga berisiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman, sehingga akan menggangu pertahanan pangan. Peningkatan suhu Bumi akan menyebabkan curah hujan yang semakin lebat sehingga banjir akan lebih besar. Dampak pada kesehatan masyarakat akan meningkat karena peningkatan suhu akan memperpendek siklus hidup beberapa vektor penyakit dan masa inkubasi penularan menjadi lebih singkat terutama malaria dan Demam Berdarah, serta penyakit lainnya seperti Diare, Leptospirosis, kanker kulit, dll, (Kompas, 2007). Banyaknya permasalahan yang disebabkan oleh pemanasan global, maka dirasa perlu untuk mencari solusi agar dapat meminimalisir dampak tersebut.
Dampak pada pertanian yaitu, akan terjadi menurunnya produktivitas tanaman karena terganggunya akibat perobahan pola presipitasi, penguapan, air limpasan dan kelembaban tanah. Selain itu pemanasan global juga berisiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman, sehingga akan menggangu pertahanan pangan. Peningkatan suhu Bumi akan menyebabkan curah hujan yang semakin lebat sehingga banjir akan lebih besar. Dampak pada kesehatan masyarakat akan meningkat karena peningkatan suhu akan memperpendek siklus hidup beberapa vektor penyakit dan masa inkubasi penularan menjadi lebih singkat terutama malaria dan Demam Berdarah, serta penyakit lainnya seperti Diare, Leptospirosis, kanker kulit, dll, (Kompas, 2007). Banyaknya permasalahan yang disebabkan oleh pemanasan global, maka dirasa perlu untuk mencari solusi agar dapat meminimalisir dampak tersebut.
Teknologi pelestarian
sumber air. Dengan menggunakan Taman Biologi (Bio–Park). Bio-Park merupakan
salah satu teknologi hijau yang digunakan untuk memperbaiki kualitas
sumbersumber air yang tercemar seperti air saluran, sungai dan danau. Proses
reduksi bahan-bahan pencemar dalam Bio-Park terjadi melalui siklus rantai
makanan dalam ekosistem akuatik atau ekoteknologi. Di Jepang, teknologi
Bio-Park diterapkan untuk memperbaiki kualitas air danau antara lain Danau
Tsuchiura, Kibagata, Koishikawa, dan Haruno. Teknologi Bio-Park juga telah
dimodifikasi sebagai taman atap (Roof Top Bio-Park) di perumahan Canon Housing.
Karena menggunakan proses ekosistem alami, teknologi Bio-Park merupakan upaya
adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global dengan karakteristik sbb: a. Menanam vegetasi b. Memperbaiki kualitas air yang tercemar
secara efisien tanpa bahan kimia. c.
Memanfaatkan lumpur sebagai pupuk organic
d. Tidak menghasilkan limbah kimiawi
e. Bio-Park adalah “zero emission System”. Di Indonesia, percobaan
lapangan penerapan teknologi hijau untuk pelestarian kualitas air danau telah
dimulai oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air pada tahun 2003 di Waduk Saguling
dengan nama EKOTEKNOLOGI. Penelitian masih berlangsung sampai saat ini dan
diharapkan teknologi ini dapat dipersiapkan untuk diterapkan oleh pemeritah dan
masyarakat.
Menurut laporan
Bank Dunia, Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki tingkat
pelayanan sanitasi terendah di Asia. Sebagai akibatnya wabah penyakit yang
ditularkan melalui air terjadi secara rutin, dan insiden penyakit tipus di
Indonesia, merupakan yang tertinggi di Asia. Kerugian ekonomis yang diakibatkan
oleh isu ini, secara konservatif diperkirakan US$ 4,7 milyar per tahun, atau 2%
dari GDP, yang setara dengan US$ 12 per rumah tangga per bulan, data dari
(World Bank, 2003). Pada saat ini banyak tempat di dunia yang kekurangan air
dan dalam 50 tahun terahir ini penggunaan air dunia meningkat tiga kali lipat.
Diperkirakan pada tahun 2030 separuh dari penduduk dunia akan kekurangan
air. Pembuangan limbah, yang berasal
dari Instalasi Pengolah Limbah (IPAL) baik yang terpusat maupun yang setempat
(on-site) merupakan penyebab utama pencemaran sumber-sumber air yang belum
dapat diatasi. Selain mencemari sumber air permukaan limpasan dan bocoran zat
pencemar tersebut juga mencemari air tanah.
Penerapan teknologi Ecosan diharapkan dapat mengatasi tantangan yang
belum dapat ditanggulangi pada bidang sanitasi terutama dalam mengatasi masalah
sanitasi saat ini dan menghadapi perkembangan penduduk dunia dimasa yang akan
datang. Keunggulan Ecosan dalam upaya mitigasi dan adaptasi pemanasan global
adalah:
1)
System daur
ulang tertutup (closed loop) yang sempurna dalam siklus rantai makanan manusia
sehingga seluruh buangan dimanfaatkan kembali tanpa ada sisa limbah yang
terbuang.
2)
Menghemat
penggunaan air dan pembuangan air dalam siklus hidup manusia
3)
Mencegah
pencemaran lingkungan dan konservasi potensi kualitas sumber-sumber air.
4) Mengembalikan unsur hara tanah, memperbaiki
stuktur tanah per-tanian dan mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pupuk.
5) Mencegah terjadinya penyakit yang ditularkan
melalui air (waterborne desease)
6) Sederhana dan murah sehingga memungkinkan
untuk dilaksanakan seluruh lapisan
masyarakat.
Green Technology (Teknologi Hijau), diartikan sebagai suatu
ilmu pengetahuan praktis / teknologi yang dapat digunakan untuk melaksanakan
pembangunan yang dapat mewujudkan tatanan infrastuktur untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara berkelanjutan (sustainable development), tanpa merusak. atau
mengganggu sumber daya alam. Secara singkat, teknologi yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan tidak mengganggu ketersediaan
kebutuhan generasi mendatang, dari (Green Tecnology, 2008) Keberadaan teknologi hijau ini diharapkan
dapat menjadi inovasi bagi manusia untuk merobah gaya hidupnya seperti
kegandrungan manusia saat ini akan information technology (IT). Beberapa ciri
Teknologi Hijau antara lain: berkelanjutan (sustainable), menggunakan sumber
alam yang terbarui (reclaimed), menghasilkan produk yang bermanfaat kembali
(re-used), mengurangi produk limbah dan bahan pencemar, menggunakan proses
terdaur ulang (recycle), inovatif tidak berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan, menciptakan kegiatan dan produk yang ber-manfaat bagi lingkungan
atau dapat melindungi bumi.
DAFTAR PUSTAKA
· Asriningpuri, Handajani dan Fajar Kurniawan.
2015. Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan. Jurnal Sains
dan Teknologi Lingkungan. Vol 7. No 1.
Januari 2015. Pp 51-65. Dalam http://journal.uii.ac.id/JSTL/article/viewFile/3507/3100
(diakses 18 Desemebr 2018)
· Sari, Putri Monica. 2015. Studi Mengenai
Hambatan dan Kesulitan Penerapan Konsep Green Infrastruktur. E-jurnal. Pp 1-14.
Dalam http://e-journal.uajy.ac.id/7516/1/JURNAL.pdf
(diakses 18 Desember 2018)
· Sri, sunarjono dan Khudzaifah Dimyati. 2010. Kebijakan
Strategi Penggunaan Green Technology Untuk Preservasi Infrastruktur Jalan Berbasis
Kualitas Hidup Masyarakat. Jurnal Pendidikan dan Kebijakan Teknologi. E-Jurnal.
Pp 1-26 https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6089/KEBIJAKAN%20STRATEGI%20PENGGUNAAN%20GREEN%20TECHNOLOGY%20UNTUK%20PEMELIHARAAN%20INFRASTRUKTUR%20JALAN%20BERBASIS%20KUALITAS%20HIDUP%20MASYARAKAT.pdf;sequence=1
(diakses 18 Desember 2018)
· Nefilinda. 2010. Teknologi Hijau: solusi untuk
pelestarian sumber air. Jurnal spasial. Pp 1-11. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/131624-ID-none.pdf
(diakses 18 Desemeber 2018)
· Hassan, Norizan dan Hussin Salamon. 2017. Strategi
Penerapan Elemen Islam Dalam Pembangunan Teknologi Hijau. Jurnal Penyelidikan
dan Inovasi. Vol 4. No 2. September 2017. Pp 250-266. Dalam http://rmc.kuis.edu.my/jpi/wp-content/uploads/2017/10/NORIZAN-250-266.pdf
(diakses 18 Desember 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.