.

Minggu, 30 Desember 2018

GREEN TECH

Oleh : @K21-Rohit, @ProyekK10





Kata Kunci : Penerapan, Ramah Lingkungan
Menurut Erdiono (2009), bahwa isu pemanasan global harus ditanggapi. Krisis global tersebut harus sanggup menggugah kesadaran kita dengan tindakan tindakan nyata yang dapat dilakukan setelah mengetahui pokok-pokok permasalahannya. Beberapa konsep pembangunan hemat energi dan ramah lingkungan mengacu pada bangunan yang murah, mudah dan berdampak luas, seperti pengembangan kota hijau (green city), properti hijau (green property), bangunan hijau (green building), kantor/sekolah hijau (green school/office), hingga produk hijau (green product) terus dilakukan untuk mengurangi pemanasan global dan krisis ekonomi global. Perilaku manusia saat ini harus tanggap dan peduli dengan dampak pemanasan global yang terjadi akibat efek rumah kaca. Perubahan perilaku manusia. harus segera dilakukan adalah penghematan enerji, pemanfaatan energi alternatif terkait dengan upaya-upaya penggunaan material bangunan dan upaya-upaya penghematan lainnya.

Menurut Wibowo (2017), bahwa salah satu masalah besar yang tengah dihadapi umat manusia di bumi ini adalah masalah lingkungan hidup. Kerusakan alam yang semakin parah, telah memicu dan memacu pemanasan global. Akibatnya bukan saja bencana alam yang terjadi, melainkan juga cuaca yang menjadi sukar diprediksi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi alam yang memprihatinkan ini. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, ketidakpedulian terhadap alam juga seolah-olah sudah menjadi gaya hidup hampir sebagian manusia saat ini. Namun ternyata tidak semua manusia punya sikap seperti itu, ada beberapa orang / kelompok yang sudah mulai sadar mengenai tanggung jawab terhadap lingkungan ini. Dalam konsep mendesain rumah ramah lingkungan, yang patut diperhatikan pada tahap awal adalah masalah desain rumah itu sendiri, bagaimana penataan ruang (denah), tata letak dan bentuk bangunan,

Pada akhir-akhir ini, istilah ramah lingkungan, semakin gencar kita dengar dan temukan pada berbagai produk dan aktivitas yang dilakukan banyak orang. Produk-produk yang dilabel ramah lingkungan (green product) misalnya bisa kita temukan mulai dari kulkas, air contioner (AC), handphone, alat rumah tangga, kosmetik, minuman, cat, bahkan juga bahan bakar minyak (BBM), pelumas dan kendaraan bermotor. Pertanyaan mendasar dan kritis yang mungkin perlu kita ajukan adalah sejauhmana produk dan aktivitas tersebut memang ramah lingkungan, apakah bahan yang digunakan tidak berasal dari serat pelastik (serat sintetis) yang justru sulit diurai, apakah bahan-bahan yang digunakan memang tidak menggunakan zat-zat kimia yang berbahaya (addictive substances) Melalui cara pandang politik ekologi, maka pertanyaan di atas bukanlah suatu pertanyaan yang mengada-ada, karena sebagai sebuah wacana, penggunaan kata ramah lingkungan tidak selalu akan bermakna sebenarnya (Arifin, 2012)

Menurut Shrum, McCarty, dan Lowrey (1995) bahwa konsumen yang ramah lingkungan adalah siapa saja yang perilaku pembeliannya dipengaruhi oleh perhatian terhadap lingkungan.

Menurut Rappaport (2008), bahwa terdapat beberapa alasan kampus menerapkan konsep “Green Campus”, antara lain :
1.   Mahasiswa dimasa mendatang tertarik pada isu lingkungan
2.   Melakukan sesuatu yang benar baik secara lokal maupun global konsisten dengan agend aksi sosial kampus.
3.      Banyak berjalan dan menggunakan sepeda akan meningkatkan kesehatan
4.     Melestarikan air menghasilkan berbagai penghematan: biaya air, biaya saluran pembuangan, dan menurunkan biaya energi.
5. Kampus dengan program lingkungan menggunakan kampus sebagai labor pembelajaran, menghubungkan mahasiswa dengan alam, mendiskusikan nilai-nilai lingkungan.
6.     Contoh-contoh perilaku ramah lingkungan memperkaya pembahasan materi dikampus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.