ABSTRAK
Plastik merupakan bahan polimer sintesis yang dibuat melalui proses polimerisasi
dimana tidak dapat lepas dari kehidupan kita sehari-hari yang umumnya kita jumpai dalam
bentuk plastik kemasan ataupun penggunaannya pada alat-alat listrik dan peralatan rumah
tangga. Sifatnya yang sulit terdegradasi di alam menjadikannya penyumbang limbah terbesar
yang menyebabkan rusaknya keseimbangan alam. Limbah masyarakat termasuk sintetis dan plastik yang tidak dapat terelakkan telah
menemukan jalan menuju samudra-samudra di seluruh dunia. Sampah-sampah
yang berada di samudera dan pantai disebut marine litter atau sampah lautan.
Secara mengejutkan, hal tersebut menjadi bukti bahwa sampah lautan adalah salah
satu permasalahan pencemaran yang paling luas pengaruhnya bagi lautan.
Kata Kunci: Sampah Plastik, Laut, Pulau Sampah, Ancam
Pendahuluan
Masyarakat modern masa kini dengan berbagai aktivitasnya telah mengasilkan sejumlah besar materi yang berakhir sebagai limbah karena kurangnya infrastruktur pengolahan. Kondisi alam berubah secara signifikan selama 30 hingga 40 tahun terakhir sejak dikenalkannya materi sintetis seperti plastik. Limbah masyarakat termasuk sintetis dan plastik yang tidak dapat terelakkan telah menemukan jalan menuju samudra-samudra di seluruh dunia. Sampah-sampah yang berada di samudera dan pantai disebut marine litter atau sampah lautan. Secara mengejutkan, hal tersebut menjadi bukti bahwa sampah lautan adalah salah satu permasalahan pencemaran yang paling luas pengaruhnya bagi lautan. Sifat menolak terhadap proses degradasi alam menjadikan plastik sebagai materi yang membahayakan bagi lingkungan.
Menurut Churchill ada 4 sumber utama pencemaran laut, yang pertama kegiatan pencemaran laut yang dilakukan oleh perkapalan (shipping), yang kedua kegiatan pembuangan (dumping), yang ketiga kegiatan di dasar laut (seabed activities), dan yang keempat kegiatan di darat dan udara (land-based and atmospheric activities). Kegiatan di darat dan udara merupakan sumber terbesar penyebab pencemaran laut, terhitung sekitar tiga perempat dari pencemaran laut adalah masalah polusi dari daratan yang memasuki lautan.
Sampah plastik dapat merusak ekosistem dan biota laut yang memakan sampah plastik yang telah terurai, dan menyimpan substansi-substansi yang telah diserap oleh kepingan plastik didalam tubuh biota laut tersebut. Substansisubstansi kimia berbahaya tersebut adalah Polychlorinated Biphenyl (PCB), dan Dichlorodiphenyldichloroethylene (DDE), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), dan Dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT). Substansi-substansi tersebut termasuk kedalam kategori black list yang terdapat dalam Annex A dan grey list yang terdapat dalam Annex B Konvensi Stockholm tentang Bahan Pecemar Organik yang Persisten (Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants)
Terkait dengan perlindungan lingkungan Samudra Pasifik dari sampah plastik yang berasal dari daratan, letak Great Pacific Garbage Patch yang berada di laut lepas memberikan permasalahan tersendiri mengenai pertanggungjawaban serta tindakan pemulihannya karena tidak dapat ditentukan secara mutlak. Meskipun terletak diluar yurisdiksi nasional negara, namun permasalahan lingkungan laut tersebut merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan agar tetap terjaganya ekosistem biota laut.
Masalah
Kata Kunci: Sampah Plastik, Laut, Pulau Sampah, Ancam
Pendahuluan
Masyarakat modern masa kini dengan berbagai aktivitasnya telah mengasilkan sejumlah besar materi yang berakhir sebagai limbah karena kurangnya infrastruktur pengolahan. Kondisi alam berubah secara signifikan selama 30 hingga 40 tahun terakhir sejak dikenalkannya materi sintetis seperti plastik. Limbah masyarakat termasuk sintetis dan plastik yang tidak dapat terelakkan telah menemukan jalan menuju samudra-samudra di seluruh dunia. Sampah-sampah yang berada di samudera dan pantai disebut marine litter atau sampah lautan. Secara mengejutkan, hal tersebut menjadi bukti bahwa sampah lautan adalah salah satu permasalahan pencemaran yang paling luas pengaruhnya bagi lautan. Sifat menolak terhadap proses degradasi alam menjadikan plastik sebagai materi yang membahayakan bagi lingkungan.
Menurut Churchill ada 4 sumber utama pencemaran laut, yang pertama kegiatan pencemaran laut yang dilakukan oleh perkapalan (shipping), yang kedua kegiatan pembuangan (dumping), yang ketiga kegiatan di dasar laut (seabed activities), dan yang keempat kegiatan di darat dan udara (land-based and atmospheric activities). Kegiatan di darat dan udara merupakan sumber terbesar penyebab pencemaran laut, terhitung sekitar tiga perempat dari pencemaran laut adalah masalah polusi dari daratan yang memasuki lautan.
Sampah plastik dapat merusak ekosistem dan biota laut yang memakan sampah plastik yang telah terurai, dan menyimpan substansi-substansi yang telah diserap oleh kepingan plastik didalam tubuh biota laut tersebut. Substansisubstansi kimia berbahaya tersebut adalah Polychlorinated Biphenyl (PCB), dan Dichlorodiphenyldichloroethylene (DDE), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), dan Dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT). Substansi-substansi tersebut termasuk kedalam kategori black list yang terdapat dalam Annex A dan grey list yang terdapat dalam Annex B Konvensi Stockholm tentang Bahan Pecemar Organik yang Persisten (Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants)
Terkait dengan perlindungan lingkungan Samudra Pasifik dari sampah plastik yang berasal dari daratan, letak Great Pacific Garbage Patch yang berada di laut lepas memberikan permasalahan tersendiri mengenai pertanggungjawaban serta tindakan pemulihannya karena tidak dapat ditentukan secara mutlak. Meskipun terletak diluar yurisdiksi nasional negara, namun permasalahan lingkungan laut tersebut merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan agar tetap terjaganya ekosistem biota laut.
Masalah
- Bagaimana Indonesia kurangi sampah plastik di laut?
- Apakah negara yang membuang sampah plastik yang terkumpul di Samudera Pasifik dapat dimintai pertanggungjawaban menurut hukum internasional?
- Apa bentuk perlindungan lingkungan Samudera Pasifik akibat pencemaran sampah plastik ditinjau dari perspektif hukum internasional?
Pembahasan
Pemerintah Indonesia menargetkan akan kurangi sampah plastik di laut sampai 70% selama delapan tahun mendatang dan mengatakan telah membuat tahapannya. Pegiat lingkungan mengatakan untuk memenuhi target tersebut harus dibarengi berbagai kebijakan manajemen sampah dan pengurangan sampah dari darat.
Sampah plastik yang mengalir ke laut menjadi masalah di Indonesia dan negara-negara di dunia. Sampah-sampah tersebut kemudian dimakan oleh hewan laut, terutama penyu. Di Jakarta pada Juni lalu, di Jakarta, Jambeck memaparkan bahwa plastik tidak dapat terurai dan akan berubah menjadi butiran yang lebih kecil dalam jangka waktu yang lama.
"Plastik yang lebih kecil dan bisa merusak lingkungan," jelas Jambeck.
Beberapa macam puing tampak di laut, seperti kayu apung (terjadi secara alami) dan bahan-bahan sisa kegiatan manusia berada dalam lautan selama ribuan tahun. Namun baru-baru ini, dengan meningkatnya penggunaan plastik , pengaruh manusia telah menjadi masalah karena banyak jenis plastik tidak dapat terurai. Hal ini menimbulkan ancaman serius terhadap biota laut, serta kapal dan pemukiman pesisir. Samudra dumping, tumpahan kontainer disengaja, dan ditiup angin TPA sampah- semua berkontribusi terhadap masalah ini.
Beberapa macam puing tampak di laut, seperti kayu apung (terjadi secara alami) dan bahan-bahan sisa kegiatan manusia berada dalam lautan selama ribuan tahun. Namun baru-baru ini, dengan meningkatnya penggunaan plastik , pengaruh manusia telah menjadi masalah karena banyak jenis plastik tidak dapat terurai. Hal ini menimbulkan ancaman serius terhadap biota laut, serta kapal dan pemukiman pesisir. Samudra dumping, tumpahan kontainer disengaja, dan ditiup angin TPA sampah- semua berkontribusi terhadap masalah ini.
Sumber
puing-puing
Berbagai
limbah padat yang berasal dari manusia
- Dibuang setiap hari ke dalam lingkungan laut dan pesisir atau mencapai laut melalui sungai dan sumber-sumber lain yang berbasis lahan.
- plastik
- karet (misalnya, sepatu, ban), sanitasi dan limbah puing-terkait (misalnya, tampon, kondom, popok, jarum suntik sekali pakai)
- logam (misalnya, kaleng, drum minyak, wadah aerosol, tutup botol)
- kaca (misalnya, botol, bola lampu), keramik, kayu, kain dan kardus, dan tali pancing dan peralatan.
Penyebab
Terjadinya Marine Debris.
Secara umum dianggap bahwa sebagian
besar sampah laut (80%) adalah karena
polusi darat. Terutama sampah dari pantai dan rekreasi pantai dan dari gabungan
kotoran badai-air dan got yang meluap. Sisanya (20%) terutama terdiri dari
penambakan ikan. Misalnya garis dan jaring, strapping band, dan sampah dibuang
atau hilang dari kapal dan perahu.
Diperkirakan bahwa antara 60% dan
80 dari sampah laut terdiri dari plastik. Plastik terakumulasi di lautan karena
penggunaannya yang berkelanjutan.
Pembuangan dari kapal saja telah diperkirakan kontribusi beberapa 6,5 juta ton
plastik per tahun. Sementara beberapa plastik cenderung mampu abad terakhir
penelitian baru-baru ini juga menemukan akumulasi luas dari plastik mikroskopis
dan partikel serat dalam sedimen pesisir dan perairan pelagis.
DAMPAK
TERHADAP LINGKUNGAN
Marine debris merupakan ancaman
bagi orang-orang, membunuh kehidupan laut dan merusak atau mengubah habitat,
mengurangi keamanan navigasi, dan dapat memiliki dampak ekonomi yang besar pada
masyarakat lokal.
Kesehatan dan keselamatan manusia terancam oleh kontak dengan patogen-puing
tercemar dari limbah medis dan limbah, karena luka dari potongan-potongan kaca
atau logam berbaring di pantai atau dasar laut, dengan keterlibatan dalam garis
atau jaring selama scuba diving, dan secara tidak langsung dengan merusak dan
dinyatakan pembuluh menonaktifkan - misalnya, dengan tusukan, baling-baling dan
belitan kemudi, diblokir intake - dan dengan demikian terdampar penghuni.
Sedangkan sampah laut negatif
terlibat dengan spektrum yang luas spesies laut menjadi perhatian utama adalah
pada dampak (biasanya belitan atau menelan) untuk mereka yang terancam punah
dan hilang. Dibuang peralatan memancing, misalnya, menyajikan belitan ancaman terus-menerus
untuk spesies yang terancam punah seperti ikan paus Atlantik Utara kanan dan
segel biarawan Hawaii, dan untuk sebagian besar spesies penyu di dunia. Paling sedikit 111 spesies burung laut -
hampir sepertiga dari total dunia - sekarang dikenal untuk menelan sampah laut;
efek dapat termasuk mengurangi berat badan, gizzards tersumbat, peningkatan
risiko penyakit, dan kematian.
Kesimpulan
Sampah
laut global masalah global yang memerlukan tindakan yang berlaku pada semua
tingkatan politik dan dukungan yang diberikan kepada negara-negara berkembang ,
yang mungkin sangat rentan terhadap dampak yang ditimbulkannya.
Kini
program dan pendekatan kebijakan umumnya meliputi kombinasi dari larangan,
program pendidikan, fasilitas pembuangan, pajak program subsidi, pembersihan
pantai, dan penelitian berbagai organisasi lingkungan.
Lebih
mengadvokasi strategi pencegahan limbah efisien tidak hanya melibatkan pengurangan sampah dan menggunakan kembali
(daur ulang )namun juga tanggung jawab produsen untuk sikluas masa pakai produk
dan insentif untuk desain yang ramah lingkungan.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017. Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media : Jakarta.
Azaria, Davilla Prawidya (2013) dalam jurnal "PERLINDUNGAN LINGKUNGAN LAUT SAMUDRA PASIFIK DARI
GUGUSAN SAMPAH PLASTIK BERDASARKAN HUKUM
LINGKUNGAN INTERNASIONAL". Universitas Brawijaya
Asia, Muh. Zainul Arifin (2017). DAMPAK SAMPAH PLASTIK BAGI EKOSISTEM LAUT. Jurnal Buletin Matric Vol. 14 No. 1 Juni 2017 hal. 44-48.
Purwaningrum, Pramiati (2016). Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di Lingkungan. Jurnal JTL Vol 8 No.2, Desember 2016, 141-147.
N.P. Purba (2016). Sampah Laut, Ironi Negara Maritim. dalam artikel yang diakses melalui http://maritimnews.com/sampah-laut-ironi-negara-maritim/ pada tanggal 7 Februari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.