Abstrak : Umbi-umbian
merupakan bahan berkarbohidrat tinggi, tetapi di Indonesia belum semua
umbi-umbian dimanfaatkan dan dikembangkan, antara lain ganyong, suweg,
ubikelapa dan gembili. Alternatif pengembangan umbi-umbian yaitu untuk tepung
umbi, tepung pati dan tepung komposit. Penelitian evaluasi karakteristik sifat
fisiko-kimia tepung umbi dan tepung pati ganyong, suweg, ubikelapa dan gembili
dilakukan di Laboratorium Enzimatis dan Biokimia Balitbio Bogor. Analisis yang
dilakukan adalah rendemen pati dan tepung, ukuran granula, derajat putih, daya
serap air, proksimat, amilosa, dan sifat amilografnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ganyong, suweg, dan gembili mempunyai kadar pati yang tinggi
berkisar 39,36-52,25%. Kandungan lemak (0,09-2,24%), dan protein (0,08-6,65%)
pada tepung umbi dan tepung pati dapat meningkatkan manfaat tepung dan pati
tersebut sebagai tepung komposit. Ganyong mempunyai ukuran granula pati lebih
besar (22,5 dan 10 m). Tepung suweg mempunyai absorbsi air maupun minyak
tertinggi (2,69- 4,13 dan 2,34-2,98 g/g). Hasil rendemen menunjukkan bahwa
ganyong lebih prospektif dikembangkan untuk produk tepung pati. Suweg dan
gembili mempunyai prospek untuk produk tepung umbi maupun tepung pati. Sifat
fisikokimia ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%) dan
viskositas puncak tinggi (900-1080 BU dan 780-700 BU). Implikasi hasil
penelitian untuk menggali potensi sumber karbohidrat sebagai tepung komposit
ataupun sebagai bahan industri perpatian.
Kata Kunci :
Tepung, Ganyong, Suweg, dan Gembili
Isi : Menurut S.
Widowati (2009) pangan pokok masyarakat Indonesia berbentuk butiran, yaitu
beras dan jagung. Agar menyerupai beras, sebagai pangan pokok maka jagung
dibentuk menjadi grits, yaitu butiran kecil hasil pemecahan butir jagung
menjadi 6-8 bagian. Orang awam mengenal grits jagung ini sebagai 'Beras
jagung'. Beras dikosumsi lebih dari 90 persen populasi, sehingga pemahaman
ketahanan pangan seolah-olah identik dengan kecukupan/ketersediaan beras.
Padahal komoditas pangan sumber karbohidrat di negeri ini sangat beragam, baik
yang tergolong serealia seperti jagung, sorgum, hanjeli dan hermada, serta
aneka umbi seperti: gembili, suweg, dan ganyong (Widowati, 2000). Komoditas
sumber karbohidrat harapan yang saat ini sedang dikembangkan, terutama di pulau
Buru adalah hotong (Setaria Italica (L) Beauv), jenis serealia dengan
penampilan mirip dengan juwawut (Herodian, et.al.,2007).
Tepung dan pati merupakan dua produk yang berbeda cara
pembuatan maupun sifat fisikokimia serta pemanfaatannya. Namun, seringkali
terjadi kerancuan pengertian antara dua produk tersebut. Pada pembuatan tepung,
seluruh komponen yang terkandung di dalam bahan pangan dipertahankan
keberadaannya, kecuali air. Sedangkan pada pembuatan pati, pada prinsipnya
hanya mengekstrak kandungan pati saja. Oleh sebab itu, dalam pembuatan pati
terdapat limbah padat (ampas), sedangkan pada pembuatan tepung tidak ada limbah
padat, kecuali kulit.
Ganyong dengan nama ilmiah Canna edulis Ker, merupakan
tanaman tegak yang tingginya mencapai 0,9- 1,8 m hingga 3 m. Umbinya dapat
mencapai panjang 60 cm, dikelilingi oleh bekas-bekas sisik dan akar tebal yang
berserabut. Bentuk dan komposisi kadar umbinya beraneka ragam. Di Indonesia
varietas ganyong yang banyak dibudidayakan ada dua yaitu ganyong merah dan
ganyong putih. Tepungnya mudah dicerna, baik sekali untuk makanan bayi maupun
orang sakit (Lingga, 1986). Ganyong merupakan sumber karbohidrat 22,6-23,8%
(Direktorat Gizi, 1992).
Suweg (Amorphophallus campanulatus BI) ialah suatu jenis
Araceae yang berbatang semu mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah
dengan tangkai daun tegak yang keluar dari umbinya. Tangkainya belang hijau
putih, berbintil-bintil, panjangnya 50-150 cm. Indeks luas daun rendah sehingga
populasi tanaman per hektar menurut Soemono et al. (1986) dapat mencapai 40000-
50000 tanaman. Amorphophallus campanulatus BI memiliki dua forma, ialah forma
sylvestris yang berbatang kasar, berwarna gelap, umbinya gatal sehingga tidak
dimanfaatkan oleh penduduk. Sedangkan forma hortensis berbatang lebih halus dan
umbinya tidak terlalu gatal, sehingga sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pangan, khususnya di pulau Jawa (Kriswidarti, 1980). Suweg dipelihara untuk
dimakan umbinya. Secara tradisional parutan umbinya yang segar dapat dipakai
untuk obat luka. Umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat
rasa gatal, senyawa tersebut dapat dihilangkan dengan perebusan. Burkill (1966)
menyatakan bahwa suweg mempunyai kadar karbohidrat antara 80- 85% (berat
basah).
Gembili (Dioscorea esculenta) merupakan tanaman perdu
memanjat, dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m. Daun berbentuk seperti
ginjal. Warna kulit umbi keabuabuan, sedangkan warna daging putih kekuningan
(Sastrapraja et al., 1977). Susunan senyawa umbi gembili bervariasi menurut
spesies dan varietas. Onwueme (1984), menyatakan bahwa komponen terbesar dari
umbi gembili adalah karbohidrat 27-33%.
Daftar Pustaka :
- Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia Industri
dan Teknologi Hijau. Jakarta : Pantona Media.
- Prabowo, Aditya Yoga, Estiasih, Teti , Purwantiningrum, Indria,
Juli 2014. Gembili, Bahan Pangan Mengandung Senyawa Bioaktif – Prabowo, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.3 p.129-135 http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel.php/one/240/pdf/Tepung%20Aneka%20Umbi%20Sebuah%20Solusi%20Ketahanan%20Pangan.pdf
- Richana, Nur dan Sunarti, Titi Chandra 2004: 29-37. J.Pascapanen
http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/jurnal/j.Pascapanen.2004_1_4.pdf
- Widowati.S, 6 Mei 2009. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani http://www.jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/60/69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.