Limbah Plastik merupakan salah satu sumber polutan yang menimbulkan pencemaran air, baik dilautan, sungai, danau dan badan perairan lainnya. Bahkan Limbah Plastik mengancam keberadaan air tanah, terutama dengan kemampuannya untuk menghalangi infiltrasi air hujan masuk kedalam pori pori tanah. Jika diakumulasikan secara keseluruhan, ratusan km2 lahan di permukaan bumi ini tertutup oleh plastik yang salah satu sifatnya sulit diurai.
Kata Kunci: Limbah Plastik
Limbah plastik
Plastik telah merupakan bagian kehidupan sehari-hari
manusia. Dalam dua dasarwarsa terakhir, kemasan plastik telah merebut pangsa
pasar kemasan dunia, menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Kemasan plastik
sudah mendominasi industri makanan di Indonesia dan kemasan luwes (fleksibel)
menempati porsi 80%. Jumlah plastik yang digunakan untuk mengemas, menyimpan
dan membungkus makanan mencapai 53% khusus untuk kemasan luwes, sedangkan
kemasan kaku sudah mulai banyak digunakan untuk minuman. Bahan kemasan plastik
dibuat melalui proses polimerisasi. Selain bahan dasar monomer, plastik juga
mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat fisiko kimia
plastik tersebut, dan disebut komponen non plastik. Kemasan plastik memiliki
beberapa keunggulan karena sifatnya yang kuat, tetapi ringan, inert, tidak
karatan dan bersifat termoplastik (heat seal) serta dapat diberi warna .
Pada tahun 1996, pengiriman plastik sintetis dari industri
plastik Kanada meningkat sebesar 10,6% . Pada akhir abad ke20 produksi plastik
sintetis di seluruh dunia mencapai 130 juta ton/tahun, saat itu negara-negara
Eropa dalam laporannya bahwa rata-rata penggunaan plastik diperkirakan 100 kg
per orang setiap tahunnya. Saat ini penggunaan material plastik di
negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat
mencapai 80kg/orang/tahun, sedangkan di India hanya 2kg/orang/ tahun. Barang-barang
berbahan dasar plastik tersebut merupakan bahan polimer sintesis yang sulit
terdegradasi dialam. Butuh ratusan tahun agar dapat terurai di alam.
Peningkatan penggunaan barang-barang berbahan dasar plastik berbanding lurus
terhadap limbah plastik yang dihasilkan, yang akhirnya bermuara pada rusaknya
keseimbangan alam. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan dari bahaya limbah plastik seperti mengurangi penggunaan kantong
plastik dengan menggunakan keranjang belanja, mendaur ulang limbah plastik
menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi dan juga menggunakan dan
mensosialisasikan penggunaan plastik yang bersifat biodegradable.
B. Plastik Berdasarkan kegunaannya dan pertimbangan
ekonomis, plastik dibagi menjadi dua klasifikasi utama : plastik komoditi dan
plastik teknik. Plastik komoditi dicirikan oleh volumenya yang tinggi dan harga
yang murah. Mereka sering dipakai dalam bentuk barang yang bersifat pakai buang
seperti lapisan pengemas, namun ditemukan juga pemakaiannya dalam barang-barang
yang tahan lama. Beberapa contoh jenis plastik komoditi serta penggunaannya
antara lain : LDPE (low density polyethylene) sebagai lapisan pengemas, isolasi
kawat dan kabel, barang mainan, botol fleksibel, HDPE (high density
polyethylene) digunakan sebagai botol, drum, pipa saluran, lembaran, film,
issebolasi kawat dan kabel, PP (polyprophylene) digunakan sebagai bagian dan
perkakas mobil, tali, anyaman, karpet, PVC (poly vynil chloride) digunakan
sebagai bahan bangunan, pipa, bahan untuk lantai dan PS (poly styrene)
digunakan sebagai bahan pengemas (busa dan film), perkakas, perabotan rumah dan
barang mainan.
Plastik-plastik teknik yang utama, diantaranya adalah :
poliformaldehida, poliamida, poliester. Beberapa penggunaan dari plastik teknik
terutama dalam bidang transportasi, konstruksi, barang-barang listrik dan elektronik
serta mesin industri.
C. Dampak Limbah Plastik Terhadap Lingkungan Plastik
merupakan polimer sintesis yang bersifat sulit terurai di alam. Untuk dapat
terurai secara sempurna dibutuhkan waktu hampir ratusan tahun. Bila
dibandingkan antara penggunaan plastik yang terus meningkat terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk terurai tentu sudah dapat dibayangkan bagaimana dampak
penumpukan limbah plastik pada lingkungan. Sampah kantong plastik ini bisa
mencapai 400 ton setiap harinya atau setara dengan 16 pesawat Boeing 747.
Program Lingkungan PBB bulan Juni 2006 mencatat setidaknya terdapat 46.000
sampah plastik di lautan setiap mil persegi. Bahkan diketahui arus pengumpulan
sampah plastik ini membentuk pulau plastik yang terapung hampir mencapai dua
kali luas pulau Kalimantan, Indonesia. Di Jakarta, ibukota Indonesia, sampah
plastik ini bisa mencapai 6.000 ton per harinya atau tumpukan plastik sekitar
30.000 meter kubik, setara dengan setengah Candi Borobudur di Jawa Tengah,
Indonesia. Sampah plastik yang terbawa arus laut dapat mencemari biota laut,
bahkan menimbulkan kematian pada hewan-hewan laut. Kematian sejumlah hewan laut
sekitar satu juta burung laut, seratus ribu mamalia laut, serta ikan-ikan
dikarenakan mengkonsumsi limbah plastik. Di darat, tanah yang mengandung racun
partikel plastik dapat membunuh hewan pengurai, seperti cacing yang berakibat
menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sampah yang menumpuk di sungai dapat
menimbulkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai, sehingga banjir pun
terjadi. Bagi manusia, asap pembakaran limbah plastik dapat memicu penyakit
kanker, gangguan pernapasan, gangguan sistem saraf, serta hepatitis. Dalam hal
inilah, sebenarnya limbah plastik sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya.
D. Cara Penanggulangan Limbah Plastik Penumpukan limbah
plastik tentu tidak dapat dibiarkan. Penanggulangan limbah plastik dengan cara
menguburnya ditanah tentu bukan merupakan solusi yang baik mengingat sifatnya
yang sulit terurai di alam, apalagi dengan cara membakarnya dimana saat proses
pembakaran dihasilkan senyawa kimia berbahaya bagi manusia. Terdapat beberapa
cara penanggulangan limbah plastik selain mengubur ataupun membakarnya,antara
lain meliputi mengurangi penggunaan kantong plastik dengan menggantinya dengan
alat (kain) untuk membungkus barang atau dikenal dengan furoshiki ; pengolahan
limbah plastik menggunakan metode fabrikasi; dan penggunaan plastik
biodegradable yang lebih mudah terurai di alam.
1. Penggunaan
Furoshiki untuk Mengurangi Limbah Kantong Plastik Istilah Furoshiki (Jepang)
yang sebenarnya di Indonesia juga telah mengenal ini dengan sebutan “pundutan”
(Banjar) atau “boenthelan” (Jawa). Furoshiki merupakan teknik membungkus dan
membawa barang dengan menggunakan sehelai kain persegi. Ukuran boenthelan
bervariasi tergantung pada ukuran barang yang akan dibungkus atau dibawa.
Teknik membungkus bervariasi, sehingga semakin menambah nilai estetika
boenthelan tersebut. Boenthelan ini dapat digunakan untuk membungkus atau
membawa barang, seperti buku, kotak, botol, dan sebagainya. Selain itu, dengan
menggunakan boenthelan sebagai gaya hidup modern kita pun turut serta melestarikan
bumi tercinta.
2. Pengolahan Limbah Plastik Menggunakan Metode Fabrikasi
Penanggulangan limbah plastik dengan cara melakukan daur ulang merupakan salah
satu solusi yang baik, dimana limbah plastik yang diolah selain meminimalkan
penumpukannya di alam juga produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis. Salah
satu cara proses daur ulang limbah plastik yaitu dengan metode fabrikasi.
Langkah-langkah pengolahan limbah plastik dilakukan dengan menggunakan metode
fabrikasi di antaranya:
(1) pemotongan yang merupakan tahapan pembuatan sampah
kemasan plastik menjadi potongan-potongan kecil. Proses ini bertujuan untuk
menyamarkan label produk, gambar, serta tulisan yang terdapat pada kemasan
plastik sehingga produk yang dihasilkan tidak terlihat sebagai produk daur
ulang dari sampah kemasan plastik,
(2) pemanasan dan pelunakan, dilakukan pada potonganpotongan
sampah kemasan plastik hasil dari proses pemotongan menggunakan mesin kempa dan
heat gun. Tahapan ini bertujuan merekatkan potongan-potongan sampah kemasan
plastik menjadi bentuk lembaran sehingga memudahkan pengaplikasian material
tersebut di proses-proses selanjutnya,
(3) pembentukan dan pencetakan, dimana proses pembentukan
dilakukan dengan cara melunakkan material sampah plastik menggunakan teknik
heat transfer kemudian dicetak. Pencetakan material sampah kemasan plastik
dilakukan seperti proses pembentukan keramik menggunakan cetakan master yang
terbuat dari material tahan panas seperti gypsum, silicon rubber, kayu, batu,
dan sebagainya,
(4) pengerjaan menanggunakan mesin atau machining adalah
proses pembentukan material daur ulang dilakukan menggunakan alat pertukangan
baik yang sederhana maupun yang canggih untuk mencapai suatu kondisi material
yang diinginkan, dan
(5) penghalusan atau proses finishing merupakan proses
terakhir yang dilakukan setelah melalui proses-proses sebelumnya. Pada proses
finishing, dilakukan pelapisan clear spray agar material hasil daur ulang
terlihat rapi dan mengilap. Secara umum semua proses dalam metode fabrikasi
dilakukan menggunakan peralatan sederhana yang mudah diperoleh seperti gunting,
alat pertukangan, heat gun, mesin kempa, dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. kholil 2017, Buku Kimia Industri dan Teknologi Hijau, Pantona media, Jakarta
Alrashid, D.A dan Kahdar, K., “Eksplorasi Sampah Plastik
Mengunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion”, Jurnal Tingkat Sarjana
bidang Senirupa dan Desain Nomor 1, 1-10
Setyanto, R. H.,” Aplikasi Polimer Biodegradable dan
Dampaknya pada Ekonomi dan Lingkungan”,M ekanika,(Volume 11 Nomor 2, 2013)
83-88
Suharty, N.S., 2012,
Kimia Material Polimer, Deepublish : Yogyakarta, 81
Sulchan, M dan Endang Nur, W.,“Keamanan Pangan Kemasan
Plastik dan Styrofoam”. Maj Kedokt Indon, (Volume 57 Nomor 2, Tahun 2007) 55
Sununianti, V. V., et al, “ Sosialisasi Penggunaan Furoshiki
Untuk Mengurangi Sampah Kantong Plastik Dalam Gaya Hidup Modern” , Jurnal
Pengabdian Sriwijaya, 2013, 88-100(www.jurnal.ar-raniry.com/index.php/elkawnie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.