.

Sabtu, 10 Februari 2018

“Kimia hijau untuk kehidupan yang lebih baik”



Oleh :Dede Abdulah ( F28-Komaludin)


Abstrak
Perkembangan teknologi dan industri dapat memberikan kehidupan yang lebih sejahtera, namun dibalik semua itu memberikan dampak negatif yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupan manusia.
Penerapan Kimia Hijau, diharapkan kita dapat memperoleh manfaat dari perkembangan teknologi dan Industri dengan tetap memperhitungkan kehidupan dari generasi penerus dan lingkungan sehingga kelangsungan kehidupan manusia tetap terjaga.
Sampah polimer dan plastik dapat dikurangi dengan prinsip 3R(reuse, recyle dan reduce).
Kata Kunci : Kimia Hijau, Environmental, Human
Pendahuluan
            Perkembangan teknologi dan industri dapat memberikan kehidupan yang lebih sejahtera, namun dibalik semua itu memberikan dampak negatif yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupan manusia.
            Menurut Collins (2001) dalam Atep. (2017), ilmu kimia dapat memainkan peran penting untuk mencapai peradaban yang berkelanjutan di planet bumi. Menurut EPA (2015) dalam Atep (2017), Kimia Hijau (Green Chemisty) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya.
            Jadi kesimpulannya adalah dengan penerapan Kimia Hijau, diharapkan kita dapat memperoleh manfaat dari perkembangan teknologi dan Industri dengan tetap memperhitungkan kehidupan dari generasi penerus dan lingkungan sehingga kelangsungan kehidupan manusia tetap terjaga.
Pembahasan
            Aplikasi Kimia Hijau sejalan dan seirama dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan dengan menerapkan prinsip “memenuhi kebutuhan sekarang, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan” berdasarkan dari laporan PBB yang dikutip dari Collins (2001) dalam Atep (2017).
            Pada prinsip nya, Kimia Hijau memanfaatkan pengetahuan kimia yang berlaku untuk proses produksi, penggunaan, dan pembuangan akhir bahan kimia dengan cara meminimalkan penggunaan bahan yang dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan (Atep. 2017).
            Menurut United States Environmental Protection Agency (US-EPA) dalam Atep (2017) terdapat 12 prinsip pada penerapan Kimia Hijau diantaranya:
1.      Pencegahan Limbah
2.      Memaksimalkan ekonomi atom
3.      Perancangan sintesa dengan Bahan Kimia yang tidak berbahaya.
4.      Perancangan bahan dan produk kimia yang aman
5.      Pelarut dan senyawa pemantu yang ramah lingkungan.
6.      Perancangan untuk efisiensi energi.
7.      Penggunaan bahan baku (bahan dasar atau bahan mentah) terbaukan.
8.      Mengurangi tahapan reaksi atau derivatif.
9.      Katalisis
10.  Rancangan untuk degraasi (penguraian)
11.  Analisis seketika (real time) untuk pencegahan polusi.
12.  Minimalisir potensi kecelakaan
Mengenai 12 prinsip tersebut FSE (2015) dalam Atep (2017) mengemukakan bahwa prinsip – prinsip tersebut berfokus pada keselamatan pekerja dan masyarakat di sekitar lokasi kawasan industri.
Aplikasi kimia hijau adalah menerapkan sifat – sifat pada produk kimia yang dapat terurai oleh microorganisme (bioregradable), mampu beradaptasi dan sejalan dengan siklus 3R (reuse, recyle dan reduce), serta produk dan proses produksinya tidak menimbulkan bahaya. (Atep. 2017)
Mengenai hal tersebut kita sebagai manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan kehidupan yang akan datang, dengan kita menerapkan prinsip – prinsip kimia hijau, diharapkan dapat menyelamatkan kelangsungan kehidupan dimasa mendatang.
Seperti yang kita ketahui salah satu produk hasil dari proses kimia adalah polimer dan plastik, kedua produk tersebut sebenarnya dapat memperbaiki kesejahteraan hidup manusia, namun permasalahan selanjutnya adalah polimer dan plastik tidak bisa mengalami dekomposisi didalam tanah, meskipun telah terkubur puluhan hingga ratusan tahun. Maka sangatlah perlu menerapkan prinsip 3R (reuse, recyle dan reduce) agar dapat meminimalisir dampak dari penggunaan produk – produk tersebut.
Dengan penerapan prinsip 3R adalah dengan penggunaan kembali (Reuse) dan daur ulang (recyle). Plastik yang kita biasa gunakan sebenarnya masih bisa di manfaatkan kembali untuk kebutuhan yang lain seperti menjadi bahan bakar minyak.
Menurut Budi surono, untoro (2013), merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat diguna sebagai bahan kimia atau bahan bakar.
Menurut Panda (2011) dalam Budi surono, untoro (2013), Ada tiga macam proses cracking yaitu hidro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking. Hidro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Thermal cracking adalah termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. sedangkan catalytic cracking  adalah proses dengan menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi.
Kesimpulan
Dengan penerapan Kimia Hijau, diharapkan kita dapat memperoleh manfaat dari perkembangan teknologi dan Industri dengan tetap memperhitungkan kehidupan dari generasi penerus dan lingkungan sehingga kelangsungan kehidupan manusia tetap terjaga.
Polimer dan plastik adalah produk kimia yang sulit mengalami penguraian dengan microorganisme  sehingga perlunya menerapkan prinsip 3R (reuse, recyle dan reduce)

Daftar Pustaka.
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil.2017.Kimia,industri dan teknologi hijau. Jakarta : Pantona Media

Budi Surono, Untoro (2011). Berbagai metode konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. JURNAL TEKNIK VOL.3 NO.1/APRIL 2013. Dalam

(diunduh : 10 Februari 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.