.

Rabu, 11 Oktober 2017

Pencemaran Lingkungan di Gorontalo

@D09-Huda, @ProyekB06
Oleh : Muhammad Huda

Pencemaran Lingkungan di Gorontalo.
Sebelum membahas tentang pencemaran lingkungan di Gorontalo, saya akan membahas tentang pengertian pencemaran lingkungan terlebih dahulu.
Polusi atau pencemran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya  (Undang-undang Pokok Penglolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran lingkungan yang terjadi di Gorontalo sudah sangat mengkhawatirkan seperti contohnya saja Sungai Bone yang ada di kota Gorontalo yang sudah tercemari oleh limbah merkuri akibat kegiatan penambangan emas, serta kegiatan penambangan lain yang juga dapat mencemarkan lingkungan dan kurangnya kesadaran masyarakat Gorontalo untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Secara geografis perairan Gorontalo dan sekitarnya termasuk dalam katagori perairan semi tertutup. Kedalaman perairan di Teluk TominiGorontalo mencapai 4000 meter, dan memiliki ribuan fasies terumbu karang yang menjadi kebanggaan tersendiri di sektor wisata bahari terutama di pantai Olele.  Tipe pantainya yang bertebing curam dengan elevasi lereng pantai kurang lebih 45 derajat. Hampir di sepanjang pantai, ditempati oleh aneka ragam jenis terumbu karang. Padatnya terumbu karang di perairan ini menjadi hunian dan berkembang biaknya aneka ragam biota laut. Sementara di wilayah bagian tenggara dan timurlaut Teluk Tomini adalah perairan Laut Maluku yang merupakan tempat migrasinya ikan pelagis (tuna). Ikan pelagis seperti ikan tuna tidak akan mencari makan hingga ke dasar laut yang dalamnya mencapai 4000 meter. Suatu kelebihan di perairan Teluk Gorontalo terdapat arus global bergerak secara horisontal maupun vertikal (upwelling) yang membawa nutrient/plankton dari dasar laut sehingga sangat  mengundangmigrasi ikan ke wilayah tersebut. Arus ini yang memegang peran untuk mendistribusikan nutrien dari bawah ke atas serta mengendalikan salinitas (kadar garam) air laut. Akan tetapi akibat pencemaran limbah logam berat (merkuri) di perairan Gorontalo,  dikawatirkan telah terjadi gangguan ekosistem habitat biota laut yang menjadi bahan makanan bagi ikan pelagis. Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap populasi biota laut yaitu pasokan sedimen lumpur pada saat musim hujan. Curah hujan yang tinggi di Gorontalo yangmenyebabkan terjadinya penurunan salinitas di perairan tersebut. Kondisi ini terlihat dari data BMKG Gorontalo yang grafik curah hujan bulanannya rata-rata dalam lima tahun sekitar 111 sampai 420 milimeter yaitu pada bulan Desember hingga bulan April. Sedangkan pada bulan lainnya berkisar antara 66 sampai dengan 103 milimeter. Curah hujan maksimum selama periode lima tahun umumnya lebih dari 201 milimeter, sedangkan curah hujan maksimum normal terjadi pada bulan Januari.  Curah hujan yang tinggi di daerah hulu akan mengakibatkan banjir dan banyak memasok logam berat ke sungai Bone hingga bermuara ke laut.  Muara Sungai Bone dan beberapa muara sungai besar yang bermuara di Teluk Tomini Gorontaloumumnya bermuatan limbah logam berat dari aktivitas penambangan di daerah hulu.  Limbah logam berat yang yang teridentifikasi antara lain adalah merkuri, sianida dan sulfida. Sianida adalah senyawa kimia yang terdiri dari 3 buah atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen. Senyawa ini terdapat dalam bentuk gas, liquid dan solid, yang dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida). Banyak sianida di lapisan tanah atau air berasal dari proses pabrik, serta fasilitas pengolahan air limbah publik. Sumber terbesarnya yaitu aliran buangan dari proses ekstraksi emas dari batuan di lokasi penambangan.  Sementara sulfida bila terlarut dalam air akan bersifat asam dan larutan ini sangat berbahaya bagi manusia dan jika mengalir ke laut maka biasanya biota laut tidak akan bertahan lama dan cenderung akan bermigrasi. Demikian juga berkurangnya oksigen dalam air akan berakibat menurunnya laju metabolisme pada biota air yang akhirnya dapat berdampak pada kepunahan jenis-jenis ikan di sungai. Semakin berkurangnya kadar oksigen dalam air sungai menyebabkan penurunan populasi ikan-ikan kecil di daerah muara (estuari) seperti nike, yang merupakan sumber pakan utama bagi ikan pelagis dan juga tuna dan jenis biota laut lainnya. Penurunan kadar oksigen dapat disebabkan beberapa hal diantaranya pencemaran limbah dari penambang dan pabrik yang membuang limbahnya ke sungai, limbah rumah tangga seperti deterjen ataupun tumbuhan gulma akibat dari sedimentasi yang tinggi.
Disinyalir nilai parameter pH dan oksigen terlarut (DO) di Sungai Bone, Bolango dan beberapa sungai di Marisa dan Pohuato sangat rendah. Ini akan sangat berpengaruh pada penurunan biota air sungai maupun biota laut di pesisir Teluk Tomini, sehingga populasi ikan karang yang menjadi sumber makanan ikan pelagis cenderung berkurang akibat kualitas air yang rendah. Rusaknya DAS di daerah Kabupaten Gorut, Pohuato, Marisa dan Sungai Bone di bagian hulu akan menjadi pemicu menurunnya populasi biota laut di pesisir perairan Gorontalo dan migrasinya ikan pelagis. Kondisi ini berdampak pada penurunan hasil tangkapan ikan oleh para nelayan di perairan Gorontalo yang konon belakangan ini pendapatan hasil lautnya cenderung berkurang. Hal inilah yang menjadi masalah yang tidak diketahui oleh para nelayan di Gorontalo.

Beberapa hal yang menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan antara lain adalah sebagai berikut:

1.       Pembuangan limbah pabrik langsung ke alam yang tidak diolah terlebih dahulu
2.       Asap pabrik yang dapat mencemari udara (baca: penyebab pencemaran udara)
3.       Penggunaan inseksisida yang berlebihan
4.       Pembuangan air detergen yang tidak ramah lingkungan secara langsung ke tanah (baca: jenis-jenis tanah)
5.       Penggunaan alat- alat listrik yang dapat memicu gas rumah kaca (baca: penyebab efek rumah kaca)
6.       Penggunaan bahan- bahan pembersih yang mengandung bahan- bahan kimia berbahaya
Dampak Lingkungan yang Tercemar

1.      Terganggunya keseimbangan lingkungan
2.      Punahnya berbagai spesies flora dan fauna
3.      Berkurangnya kesuburan tanah
4.      Menyebabkan terjadinya lubang ozon
5.      Terjadi pemekatan hayati
6.      Menyebabkan keracunan dan penyakit

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti:
1.      Melakukan perlindungan hutan dengan cara antara lain: menebang hutan secara selektif, melakukan reboisasi, mencegah terjadinya kebakaran hutan, pangadaan taman nasional, dan lain-lain.
2.      Menggunakan pestisida dan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan.
3.      Mengolah limbah sebelum dibuang ke sungai atau ke saluran air yang lain.
4.      Tidak membuang sampah sembarangan.
5.      Melakukan proses daur ulang untuk sampah yang bisa dimanfaatkan.

Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan pencemaran lingkungan, yaitu:
1.      Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif adalah pencegahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Contohnya adalah dengan keluarnya undang-undang tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982. Dengan adanya AMDAL sebelum adanya proyek pembangunan pabrik dan proyek yang lainnya.
2.      Secara Teknologis
Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit pengolahan limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik wajib mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
3.      Secara Edukatif
Cara ini ditempuh dengan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran lingkungan. Selain itu, dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-pendidikan formal atau sekolah
DAFTAR PUSTAKA :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.