Ledakan
penduduk dunia yang semakin meningkat, ketersediaan sumber daya alam
yang semakin menipis, meningkatnya polusi, perubahan iklim, dan berbagai alasan-alasan senada lainnya memaksa para ilmuwan, khususnya kimiawan berfikir keras bagaimana alam ini tetap seimbang, sejuk, aman,
dan berkelanjutan untuk di nikmati anak cucu kita kelak. Di sisi lain,
kimia kadang disalahartikan hanya berkutat dengan penggunaan reagent
berbahaya untuk mencetak suatu produk
lewat proses fabrikasi / industry dan menghasilkan limbah yang tidak
bersahabat. Sebagai contoh industri obat, textile, peleburan logam,
pembuatan senjata dan bom atom, proses pengilangan minyak, dst. Apakah
benar kimia hanya berperan layaknya monster yang siap mengikis
kehidupan yang hijau nan segar ? Di sinilah kita akan ketahui betapa pentingya peran green chemistry ( kimia hijau).
Green Chemistry, juga dikenal sebagai „sustainable chemistry“ kimia
yang berkelanjutan adalah desain produk dan proses kimia yang
mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau generasi zat berbahaya.
Green chemistry berlaku di seluruh siklus hidup dari produk kimia,
termasuk desain, manufaktur, sampai pada penggunaannya. Teknologi Green chemistry memberikan sejumlah manfaat antara lain, mengurangi limbah, mengurangi biaya perawatan pipa yang mahal, produk yang lebih aman, mengurangi penggunaan energi dan sumber daya alam, dan meningkatkan daya saing pabrik kimia terhadap pelanggan mereka.
Ada 12 Prinsip Kimia Hijau yang sudah sering kita dengar, antara lain
1. Mencegah Limbah
Yaitu
bagaiamna kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia
untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama
yang penting dalam pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah,
kita meminimalkan bahaya yang berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatn.
2 Memaksimalkan Atom Ekonomi
Ekono tumi Atom adalah
sebuah konsep, yang dikembangkan oleh Barry Trost dari Stanford
University yang mengevaluasi efisiensi transformasi kimia. Mirip dengan
perhitungan hasil, ekonomi atom merupakan rasio dari total massa atom
dalam produk
yang diinginkan dengan massa total atom pada reaktan. Memilih
transformasi yang menggabungkan sebagian besar bahan awal ke dalam
produk lebih efisien dan meminimalkan limbah.
3. Desain sintesis kimia yang kurang berbahaya
Metode sintetis
seharusnya didesain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang
memiliki kadar sekecil mungkin atau bahkan tidak beracun terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Tujuannya adalah untuk menggunakan
reagen kurang berbahaya bila memungkinkan dan proses desain yang tidak
menghasilkan produk sampingan berbahaya.
4. Desain Produk kimia yang aman
Produk kimia seharusnya didesain untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dengan meminimalkan toksisitas ( sifat beracun) mereka.
5. Gunakan Pelarut / kondisi reaksi yang aman
Semaksimal
mungkin diupayakan untuk tidak menggunaan zat tambahan (misalnya,
pelarut, agen pemisah, dll). Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke
produksi limbah. Oleh karena itu penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di mana pelarut diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman.
6. Meningkatkan Efisiensi Energi
Kebutuhan
Energi dalam proses kimia harus diakui berdampak pada lingkungan dan
ekonomi dan harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan
pemurnian harus dirancang untuk suhu dan tekanan ruang, sehingga biaya
energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat
diminimalkan.
7. Gunakan bahan baku Terbarukan
Bila memungkinkan, transformasi kimia harus dirancang untuk memanfaatkan bahan baku yang terbarukan.
Contoh bahan baku terbarukan termasuk produk pertanian atau limbah dari
proses lainnya. Contoh bahan baku depleting termasuk bahan baku yang
ditambang atau dihasilkan dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam
atau batubara).
8. Hindari penggunaan Kimia Derivatif
Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok „blocking“, proteksi / deproteksi, modifikasi sementara proses fisika / proses kimia)
harus dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah
seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain
itu, urutan sintetis alternatif dapat menghilangkan kebutuhan untuk
mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis lain yang lebih sensitif.
9. Gunakan Katalis
Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul dalam reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa
peran dalam proses transformasi, antara lain dapat meningkatkan
selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi, meningkatkan tingkat
konversi produk dan mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak
dikonsumsi selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
10. Desain produk yang terdegradasi
Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya
ketika mereka dilepaskan ke lingkungan. Disinilah arti pentingnya
sintesis material sehari-hari yang biodegradable, misalnya biopolimer,
plastik ramah lingkungan dst.
11. Analisis Real-Time untuk Mencegah Polusi
Selalu
penting untuk memonitor kemajuan reaksi untuk mengetahui kapan reaksi
selesai atau untuk mendeteksi munculnya produk samping yang tidak
diinginkan. Bila memungkinkan, metodologi analitis harus dikembangkan
dan digunakan untuk memungkinkan untuk real-time, pemantauan pada proses
dan kontrol untuk meminimalkan pembentukan zat berbahaya.
12. Minimalkan Potensi Kecelakaan
Salah
satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih
pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan
kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis
kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah bentuk
(padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.
Dewasa ini sudah banyak sekali penelitian-penelitian yang mengarah/ berbasis pada aspek keberlangsungan. Sebagai contoh misalnya usaha untuk menemukan energy terbaru, antara lain energy surya, energy bahan bakar yang berbasis hydrogen,
biogas, termasuk proses penyimpanannya jangka panjang dst. Penggunaan
green solvent, green katalist, termasuk di dalamnya biokatalist ( yang
reusable dan recycle), mekanisme sintesis yang dirancang ramah
lingkungan, begitu pula upaya memaksimalkan atau memanfaat kan kembali
limbah sebagai bahan baku bermanfaat di masa depan adalah merupakan usaha-usaha para ilmuwan untuk terwujudnya bumi yang hijau.
Daftar referensi ;
http://www.slideshare.net/yuliflamminho/green-chemistry-26397033
http://white-techdev.blogspot.co.id/2014/09/green-chemistry-kimia-hijau-ramah-lingkungan-masa-depan.html
http://chemist-try.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-dan-pentingnya-green.html
http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?u=blog-single&p=343&lang=id
http://www.dw.com/id/kimia-hijau-makin-ngetren/a-16929898
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.