ABSTRAK
Limbah cair merupakan limbah
yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak
pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas
pencelupan warna pakaian, dan sebagainya. Selain itu air yang keluar dari
pabrik biasanya mengeluarkan limbah industry, yang mengalir ke badan-badan air
mulai selokan, parit, sungai, bahkan sampai ke lautan.
Kata Kunci : Pencemaran air,
Limbah cair, Penanggulangan Limbah cair
ISI
Menurut Hidayat (2017), limbah cair merupakan limbah yang
berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak
pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas
pencelupan warna pakaian, dan sebagainya, menurut Said (2011) dalam Hidayat
(2017). Selain itu air yang keluar dari pabrik biasanya mengeluarkan limbah industry,
yang mengalir ke badan-badan air mulai selokan, parit, sungai, bahkan sampai ke
lautan.
Menurut Hidayat (2017),
pabrik merupakan sumber utama pencemaran air, namun setiap individu manusia
pada dasarnya juga merupakan sumber pencemaran air. Hampir setiap orang
berkontribusi dalam penggunaan bahan kimia rumah tangga.
Menurut Sopiah dan
Chaerunisah (2006) dalam Hidayat (2017), deterjen selain memiliki dampak
positif juga menimbulkan dampak negative bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan.
Menurut Suryo Mratihatini
(2003), dampak dari limbah cair yang dihasilkan oleh industri batik sudah pasti
akan menimbulkan suatu masalah. Namun tidak semua pihak merasa terganggu dan
mengetahui dampak yang diakibatkan oleh limbah tersebut, padahal aliran limbah
tersebut melewati sekitar perumahan masyarakat sekitar. Berdasarkan data primer
yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kesadaran para pengusaha
akan masalah limbah masih kurang, karena 72% (8 orang) pengusaha berpendapat
limbah tersebut tidak berbahaya.
Menurut Suryo Mratihatini
(2003), pengelolaan IPAL secara efektif akan mampu mengurangi dampak negatif
yang dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden
masyarakat, dampak dari limbah cair di Sungai Pekalongan ternyata sangat
beragam, antara lain: menggangu kesehatan, menimbulkan pencemaran air dan
udara, menggangu pemandangan dan keindahan, air sungai menjadi keruh, dan ikan
mati.
Menurut Rahardjo (2006), di
Indonesia beberapa industri kelapa sawit yang berskala besar, yaitu minimal
berkapasitas 30 Ton TBS per jam, masih belum mempunyai unit pengelolaan limbah
cair yang memadai.
Pusat Penelitian Perkebunan
(RISPA), Medan bersama dengan Dirjen Perkebunan telah lama melakukan penelitian
dan pengkajian tentang sistem pengolahan limbah cair yang paling baik untuk
mengolah limbah cair dari suatu pabrik kelapa sawit. Menurut RISPA dalam Rahardjo
(2006), limbah cair industry kelapa sawit didominasi oleh bahan organik, baik
yang terlarut dan tidak terlarut ataupun yang berupa minyak. Dengan demikian,
maka limbah cair ini lebih sesuai jika diproses secara biologi.
Daftar
Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil, 2017, Kimia Industri dan Teknologi Hijau, Pantona Media Jakarta.
Suryo Mratihatini, Anandriyo dan Indah Susilowati, 2013, MENUJU PENGELOLAAN SUNGAI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI BATIK YANG PADAT
LIMBAH CAIR (Studi Empiris: Watershed Sungai Pekalongan di Kota Pekalongan),
Diponegoro Journal of Economics,
Vol 2, No 2, Universitas Diponegoro, Semarang. Dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=75084&val=4726&title=MENUJU%20PENGELOLAAN%20SUNGAI%20BERSIH%20DI%20KAWASAN%20INDUSTRI%20BATIK%20YANG%20PADAT%20LIMBAH%20CAIR%20(Studi%20Empiris:%20Watershed%20Sungai%20Pekalongan%20di%20Kota%20Pekalongan)
Rahardjo, Petrus Nugro, 2006, TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR YANG IDEAL UNTUK PABRIK KELAPA SAWIt,
Jurnal Air Indonesia, Vol 2, No 1, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. Dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=61928&val=4559&title=TEKNOLOGI%20PENGELOLAAN%20LIMBAH%20CAIR%20YANG%20IDEAL%20UNTUK%20PABRIK%20KELAPA%20SAWIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.