.

Tampilkan postingan dengan label @J15-Shasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @J15-Shasa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Desember 2018

Energi Terbarukan Untuk Hari Esok Yang Lebih Baik


Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama sumber daya fosil yang membuat kita terkadang lupa untuk mengembangkan sumber daya alternatif. Sekarang ini kita sedang dalam krisis bahan bakar. (Menurut Yayuk dan Amri, 2006) Situasi krisis energi kini makin mengemuka, ditandai oleh terbatasnya pasokan bahan bakar yang mengakibatkan melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM) (seperti solar, bensin, minyak tanah dan lain-lain).
Maka dari itu kita perlu untuk mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan atau biasa disebut dengan “green energy” atau energi hijau. Energi hijau merupakan upaya pembaruan energi.
Energi hijau adalah energi yang tidak mencemari lingkungan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan energi yang berasal dari fosil. Energi hijau mencakup semua energi terbarukan seperti tenaga surya, panas bumi, angin, dll.
Energi Baru dan Terbarukan World Council for Renewable Energy (WCRE) mendefinisikan energi terbarukan yang berupa surya, angin, air, laut, panas bumi,biomassa, dan lain-lain sesungguhnya adalah turunan dari energi matahari yang secara alami terbarukan melalui proses alam.
Menurut Abubakar,2007. Mengapa energi terbarukan ? Energi terbarukan harus segera dikembangkan secara nasional bila tetap tergantungan energi fosil, ini akan menimbulkan setidaknya tiga ancaman serius yakni:
(1) Menipisnya cadangan minyak bumi yang diketahui (bila tanpa temuan sumur minyak baru)
(2) Kenaikan/ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, dan
(3) Polusi gas rumah kaca (terutama CO2 ) akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Kadar CO2 saat ini disebut sebagai yang tertinggi selama 125,000 tahun belakangan [2]. Bila ilmuwan masih memperdebatkan besarnya cadangan minyak yang masih bisa dieksplorasi, efek buruk CO2 terhadap pemanasan global telah disepakati hampir oleh semua kalangan. Hal ini menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Oleh karena itu, pengembangan dan implementasi bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan perlu mendapatkan perhatian serius
Konservasi Energi Mendorong pemanfaatan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunan energi yang benarbenar diperlukan.
• Konservasi di sisi pembangkit, yang didahului oleh audit energi
• Mengurangi pemakaian listrik yang bersifat konsumtif, keindahan, kenyamanan
• Mengganti peralatan yang tidak effisien
• Mengatur waktu pemakaian peralatan listrik

Dalam Konferensi Dunia Biomassa untuk Energ i dan Perubahan Cuaca yang kedua tahun 2003 di Roma, Italia, Volkswagen-Exxon Mobile menyebutkan bahwa berdasarkan jenis bahan bakar dan otomotif yang akan mendominasi pasar, dunia dihadapkan pada 4 generasi.
1.      Generasi pertama : Generasi bahan bakar minyak (BBM) berbasis prtroleum (minyak bumi)
2.      Generasi kedua : Generasi BBM mix atau campuran antara BBM terbarukan dan BBM petroleum yang saat ini sedang dikembangkan.
3.      Generasi ketiga : generasi BBM terbaruka Advance Synthetic Fuel, seperti Flash Pyolsis Oil (bio-oil), Fischer Tropsh (FT) Methanol, dan Hydro Thermal Upgrading Oil (HTU)
4.      Geneerasi keempat : Generasi ini akaan menjadi andalan, yaitu Hidrogen. Mengingat bahwa bahan ini memiliki nilai kalori yang tertinggi.
Lalu, apakah kita siap dengan perubahan ini ?
Pada prinsipnya bangsa kita siap memasuki era generasi kedua BBM. Beberapa perguruan Tinggi Negeri dan Swasta besa, Pusat Penelitian Kelapa Sait (PPKS), serta LIPI telah menjadi pionir dalam pengembangan dan riset BBM generasi kedua .Minyak dari biji jarak pagar menjadi salah satu andalan bahan mentah yang diharapkan sebagai salah satu tulang punggung industri biodiesel di Indonesia. Namun, perkembangan BBM generasi kedua ini juga memiliki hambatan salah satunya karea harga produksi yang tinggi. (Rama dan Roy, 2008)

Sampai kini pertumbuhan Energi Hijau masih sangat rendah, padahal telah dicanangkan bahwa energi hijau akan mencapai 25% pada tahun 2025. Hal ini disebabkan beberapa kendala yaitu harga yang tidak kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar minyak. “Indonesia sendiri kini sudah tidak lagi kaya akan minyak. Energi tersebut akan segera habis dalam beberapa puluh tahun lagi. Artinya, ketahanan energi Indonesia harus dicarikan solusi, utamanya dengan pemanfaatan energi hijau,” ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Iskandar Jakarta (3/7).


Daftar Pustaka :
Prihandana, Rama  dan R. Hendroko. 2008. Energi Hijau: pilihan bijak menuju negeri mandiri energi. Jakarta: Penebar Swadaya. Dalam : https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=QTIKqw5aNGIC&oi=fnd&pg=PA3&dq=energi+hijau+adalah&ots=Clr50qUX1c&sig=3Ow5J0O5kxB-nCmMnIEPpiZCvNk&redir_esc=y#v=onepage&q=energi%20hijau%20adalah&f=false (Diakses 18 Desember 2018)

Lubis, Abubakar. 2007. Energi Terbarukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Vol 8, No. 2, Mei 2007. Dalam: http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/index.php/JTL/article/view/508 (Diakses 18 Desember 2018)

Siswiyanti, Yayuk, A. Jahi. 2006. MENGEMBANGKAN KAPASITAS MASYARAKAT PEDESAAN DALAM BERSWASEMBADA ENERGI MELALUI PENDIDIKAN: Pengembangan Energi Hijau (Green Energy) sebagai Energi Alternatif. Vol2, No.2, Juni 2016. Dalam: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/viewFile/2133/1163 (Diakses 18 Desember 2018)

 Heyko, Eduardo, Z. Hasid, dan Priyagus.
Eduardo Heyko, Zamruddin Hasid, Priyagus. 2016. STRATEGI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN ENERGI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Vol. 12, No. 1. Dalam: journal.feb.unmul.ac.id/index.php/INOVASI/article/download/797/71(Diakses 18 Desember 2018)
BPPT. 2013. Energi Hijau Untuk Ketahanan Energi Indonesia. Dalam: https://www.bppt.go.id/teknologi-informasi-energi-dan-material/1724-energi-hijau-untuk-ketahanan-energi-indonesia (Diakses 18 Desember 2018)

Senin, 17 Desember 2018

STRUKTUR MOLEKUL DAN IKATAN VALENSI


Teori Valence Shell Electron Repulsion (VSEPR)
Teori Tolakan Pasangan Elektron Bebas
·         Pasangan elektron valensi mempunyai gaya tolak menolak
·         Pasangan elektron bebas menempati ruang sesuai jenisnya
BK = Bilangan Koordinasi = Jumlah atom / substituen yang terikat pada atom pusat
PB = Psgan elektron bebas
Dari BK dan PB atom pusat dpt diramalkan struktur molekul dng teori VSEPR
TEORI VSEPR
ATURAN : – Atom pusat yg tdk memiliki PB mempunyai bentuk ideal sesuai dng BK nya
• BK = 2 à struktur molekul linier
• BK = 3 à struktur molekul segitiga
• BK = 4 à struktur molekul tetrahedron
• BK = 5 à struktur molekul trigonal bipiramid
• BK = 6 à struktur molekul oktahedron
– Urutan daya tolak psgan elektron :
• PB – PB > PB – PT > PT – PT
PT = Psgan elektron terikat
– Bila ada PB pada ikatan, sudut ikatan lebih kecil daripada yang diramalkan pada poin pertama – Urutan daya tolak psgn elektron terikat :
• Ikatan rangkap 3 > rangkap 2 > tunggal
– Urutan daya tolak atom atau substituen :
• Kurang elektronegatif > lebih elektronegatif
HIBRIDISASI Adalah penggabungan beberapa orbital dari atom – atom yg berikatan dan ditata ulang sehingga membentuk orbital baru dengan tingkat energi yg sama
Teori Orital Melengkung
Semua orbital atom bergabung membentuk orbital molekul } Orbital molekul adalah daerah kebolehjadian (probabilitas) menemukan elektron di sekitar inti } Yang akan dibahas dalam materi hanya molekul dwiatom yg sejenis, seperti F2 , O2 , dan H2 } Penggabungan dua atom menghasilkan orbital baru yg disebut orbital bonding (ikat) dan anti bonding (anti ikat) } Orbital bonding adalah orbital yg terdapat antara kedua inti yang membuat kedua atom saling terikat } Orbital anti bonding adalah orbital yg berada di belakang kedua inti dan saling berjauhan ® dilambangkan dengan tanda bintang (*)
Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada masa awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London pada tahun 1927 mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen. Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat dasarnya, sebagai berikut:
1.   Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak berpasangan pada atom-atom.
2.   Elektron - elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
3.   Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan elektron-elektron yang lain.
4.   Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang untuk setiap atomnya.
5.   Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.
6.   Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital yang terkonsentrasi itu.
Ikatan valensi pada molekul Hidrogen
Dalam teori ikatan valensi, yang menjadi titik tekannya yaitu fungsi gelombang elektron-elektron yang berpasangan dibentuk dari tumpang tindih fungsi gelombang pada masing-masing orbital dari atom-atom yang berkontribusi dan saling terpisah. 
Penerapan Teori Ikatan Valensi
A. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Diatomik
Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa sebuah ikatan kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama. Oleh karena efek penurunan energi sistem, teori ini berlaku dengan baik pada molekul diatomik. Menurut teori ini, elektron-elektron dalam molekul menempati orbital-orbital atom dari masing-masing atom.

Penerapan teori ikatan valensi pada molekul diatomik dapat dilihat pada pembentukan molekul H2 dari atom H seperti yang telah dijabarkan di atas.

B. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Poliatomik
Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik beriringan dengan teori hibridisasi molekul[3]. Dalam contoh ini disajikan penerapan teori ikatan valensi untuk menjelaskan mengenai hibridisasi sp3 pada molekul metana (CH4).
Persamaan Dan Perbedaan VBT dan MOT
Persamaan
Teori ikatan valensi dan teori orbital molekul memiliki beberapa konsep dasar yang sama, diantaranya adalah:
·         Keduanya sama-sama melibatkan pembagian elektron-elektron yang ada dalam sebuah atom ataupun molekul sehingga memiliki paling banyak dua elektron pada setiap pasangnya.
·         Kedua teori ini menjadikan kombinasi dari elektron-elektron yang ada oleh inti masing-masing atom atau molekul sebagai konsep pembentukkan ikatan
·         Berdasarkan pada kedua teori ini, energi dari orbital-orbital yang saling tumpang tindih merupakan bentuk perbandingan dan memiliki kesamaan pada bentuk simetrinya.

Perbedaan

No.
Perbedaan
VBT
MOT
1.
Ikatan
Ikatan hanya dibebankan pada kedua atom, tidak pada molekul
Ikatan dibebankan pada kedua atom dan juga molekul
2.
Tokoh pengusung
Pertama kali diusulkan oleh W. Heitler dan F. London pada tahun 1927
Pertama kali diusulkan oleh F. Hund dan R.S. Mulliken pada tahun 1932
3.
Penerapan
Menggunakan konsep hibridisasi dan resonansi dalam penerapannya
Tidak ada ruang bagi penerapan resonansi dalam teori ini
4.
Hubungan dengan sifat paramagnetik Oksigen
Tidak dapat menjelaskan sifat paramagnetik pada Oksigen
Dapat menjelaskan sifat paramagnetik pada Oksigen
5.
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan dalam perhitungan memiliki langkah yang cukup sederhana
Pendekatan dalam perhitungan cukup rumit dan membutuhkan ketelitian lebih tinggi

Daftar Pustaka :
Wikipedia.2018. Teori Ikatan Valensi dan Penerapannya. Dalam: https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ikatan_valensi_dan_penerapannya
Atkins, P.W., T.L. Overton, J.P. Rourke, M.T. Weller, and F.A. Armstrong. Inorganic Chemistry, Fifth Edition. Great Britain: Oxford University Press, 2010.
Gillespie, Ronald J., and Paul L.A. Popelier. Chemical Bonding and Molecular Geometry, From Lewis to Electron Densities. New York: Oxford University Press, Inc, 2001.

GREEN INDUSTRY


Oleh : @J15-Shasa
Konsep Industri Hijau menekankan kepada efisiensi serta efektifitas penggunaan bahan baku, jangansampai terlalu banyak bahan baku yag terbuang percuma. efisien dan efektifitas merupakan salah satukunci utama di konsep hijau. bayangkan betapa banyaknya bahan yang bisa digunakan kalau ternyata bahan tersebut tidak terpakai karena penggunaan bahan baku yang tidak efisien.
Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat (RUU Perindustrian)
“Industri Hijau adalah sebuah icon industri yang harus dipahami dan dilaksanakan, yaitu industri yang dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar pada Persiapan Akhir Penghargaan Industri Hijau 2015 di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (14/12).
Di samping itu, pengembangan industri hijau merupakan salah satu usaha untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi saat ini, dan diharapkan akan dapat mencapai 41% dengan bantuan internasional.

“Komitmen ini membutuhkan usaha dan tindakan nyata yang menyeluruh, mencakup seluruh sektor pengemisi gas rumah kaca pada sektor-sektor produksi dan konsumsi prioritas untuk tindakan mitigasi dan adaptasi, termasuk sektor Industri,” tutur Haris.

Tujuan green industry adalah menjadikan industri yang sesuai dengan lingkungan sekitar baik secara moral maupun fisik. Saat ini pemerintah Indonesia sedang merevisi UU tentang perindustrian. Salah satunya adalah mengatur tentang perancanaan, pelaksanaan, dan pengembangan industri hijau. Tindak lanjut dari pengembangan green industry adalah penyusunan rencana, standarisasi green industry, serta membuat katalog bahan baku dan bahan penolong (komplementer) yang ramah lingkungan. Pemerintah akan membuat badan yang mensertifikasi green industry, penyusunan kebijakan efektif untuk green industry, pengembangan R&D clean technology, bantuan teknisi dan pilot project penerapan produksi bersih pada industri.


Daftar Pustaka :

Kementrian Perindustrian. 2012. Kebijakan Pengembangan Industri Hijau IESR, (https://www.yumpu.com/id/document/view/36312487/kebijakan-pengembangan-industri-hijau-iesr/10
Mulya, Rudini. 2012. Apa Itu Industri Hijau Dalam: https://www.scribd.com/document/105397640/Apa-Itu-Industri-Hijau-Rudini-Mulya
KEMENPERIN. 2015Pelaku Usaha Dituntut untuk Berwawasan Industri Hijau


WUJUD GAS


Gas adalah wujud materi yang mudah berubah bentuk dan volumenya. Seperti zat cair, gas digambarkan sebagai zalir. Partikel-partikel di dalam gas dengan cepat menyebar mengisi semua ruang yang tersedia. Karena terdapat jarak yang jauh antara partikel-partikel gas, gas bisa dengan mudah dimampatkan untuk mengurangi volumenya.

Partikel zat gas memiliki sifat seperti berikut:

  1. Letaknya sangat berjauhan.
  2. Susunannya tidak teratur.
  3. Gerakannya bebas bergerak, sehingga dapat bergeser dari tempatnya dan lepas dari     kelompoknya, sehingga dapat memenuhi ruangan.

Ciri-Ciri Zat Gas
      1.Memiliki bentuk yang berubah-ubah
      2.Memiliki volume yang beruba-ubah
      3.Pada Susunan partikel zat padat letaknya             tidak teratur dan berjauhan
      4.Pada Ikatan partikel zat padat sangat lemah
      5.Mengikuti bentuk tempatnya

Jenis-Jenis Perubahan Wujud Gas :
1.            Mengkristal yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contohnya; kristal.
2.            Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas
Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contohnya; kapur barus yang lama-lama habis.
3.            Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contohnya; uap air.
4.            Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair.
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contohnya; embun

DAFTAR PUSTAKA
Risnayah, Siti. 2013. Tiga Wujud Materi (Padat, Cair, Gas), (http://sitirisnayah.blogspot.com/2013/06/tiga-wujud-materi-padat-cair-dan-gas.html)
Pandiangan, Jonathan. 2013. Kumpulan Soal Perubahan Wujud Zat. http://berbagainfo12.blogspot.com/2013/04/kumpulan-soal-perubahan-wujud-zat.html

Teknologi Hijau



Abstrak :
Teknologi” lebih bermakna sebagai penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis. Sedangkan “teknologi hijau” adalah teknik untuk menghasilkan energi dan/atau produk yang tidak mencemari atau meracuni lingkungan hidup.

Kata kunci : teknologi hijau, sampah, sumber daya

Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan (sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merusak sumber daya alam, atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Konsep Penerapan Teknologi Hijau
Konsep penerapan teknologi hijau secara umum memiliki beberapa tujuan utama  yang memiliki prioritas untuk dapat diterapkan dalam kehidupan manusia, yaitu :

  1. Keberlangsungan – Upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara terus menerus di masa depan tanpa merusak atau menghabiskan sumber daya alam
  2. Pendaurulangan sampah – Upaya untuk mengakhiri siklus barang sekali pakai, dengan menciptakan produk yang sepenuhnya dapat diperoleh kembali atau digunakan kembali
  3. Pengurangan Sumber Sampah – Upaya untuk mengurangi sumber limbah dan polusi dengan mengubah pola produksi dan pola konsumsi.
  4. Inovasi – Upaya untuk mengembangkan alternatif teknologi yang ramah lingkungan guna memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak lingkungan. Inovasi ini salah satunya adalah penciptaan biomassa yang bisa diubah menjadi ethanol  yang merupakan energi alternatif  yang dapat diperbarui sebagai pengganti bahan bakar fosil.
  5. Viabilitas – upaya untuk menciptakan suatu pusat kegiatan ekonomi di seluruh bidang teknologi dan produk yang memberikan keuntungan bagi lingkungan dan menciptakan peluang usaha baru yang benar-benar melindungi planet bumi dari kerusakan.
  6. Edukasi – Upaya untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya penerapan teknologi hijau guna mendukung terciptanya daya dukung lingkungan yang berkelanjutan.

Bidang-bidang Teknologi Hijau :
1. Renewable Energy
Mengingat keterbatasan sumber energi berbahan baku fosil (minyak, gas dan batubara), maka energi menjadi masalah yang paling mendesak dalam bidang teknologi hijau, termasuk didalamnya pengembangan bahan bakar alternatif atau energi terbarukan yang efisien.
2. Green Building
Bangunan hijau (green building) yaitu, segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan rumah atau infrastruktur yang ramah lingkungan.
3. Green Chemistry
Hampir seluruh produk untuk keperluan sehari-hari adalah produk kimiawi. Oleh karena itu kimia hijau (green chemistry) mulai mendapat perhatian berbagai negara maju dalam hal penemuan, rancangan dan aplikasi produknya termasuk proses yang dijaga dari penggunaan bahan beracun atau zat yang berbahaya bagi kehidupan
4. Green Nanotechnology
“Green nanoteknologi” adalah penerapan kimia hijau tingkat lanjut dengan prinsip-prinsip rekayasa teknologi yang ramah lingkungan.

Sabtu, 01 Desember 2018

IKATAN KIMIA

Oleh : @J06-Razan, @J15-Shasa, @J16-Tri 

GREEN CHEMISTRY


Oleh : @J15-Shasa

                Dalam sebuah proses industri terdapat waste atau material sisa, yang sebagian diantaranya itu membahayakan untuk lingkungan dan mengurangi estetika dari lingkungan itu sendiri. (Wikipedia, 2108) Kimia hijau atau yang disebut juga kimia berkelanjutan, adalah filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan desain produk dan proses yang meminimasi penggunaan dan penciptaan senyawa-senyawa berbahaya. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,  Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. 
Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur dan perubahan suatu materi.Perubahan tersebut pasti melibatkan energi sebagai sumbernya. Oleh karena itu konsep green chemistry ini juga erat kaitannya dengan energi dan penggunaannya baik itu secara langsung maupun yang tidak langsung seperti penggunaan suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya.
                Green chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi sekarang. Konsep ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk menempatkan aspek lingkungan pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang green chemistry ini meliputi pengembangan cara sintesis yang lebih ramah lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, merancang bahan kimia yang green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam industri (Sharma, 2008).
                Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia Hijau bukanlah cabang ilmu kimia baru, namun merupakan cara padang atau strategi dalam kaitannya dengan pemanfaatan kimia.Pencegahan pencemaran lebih baik dari pada kita mengatasi dari sebuah pencemaran. Karena, mencegah lebih baik dari pada mengobati.

                Kimia memiliki peran yang penting dalam mencapai peradaban yang berkelanjutan di Bumi. Perekonomian saat ini tetap sama yang bergantung pada arus besar sumber daya alam yang hampir sejumlah besar sumber yang tidak terbarukan(Collins, 2001).
                Anastas dan Warner (1998) mengusulkan konsep“The Twelve Principles of Green Chemistry” yang digunakan sebagai acuan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang ramah lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh Anastas dan Warner :
1.       Mencegah timbulnya limbah dalam proses
2.       Mendesain produk bahan kimia yang aman
3.       Mendesain proses sintesis yang aman
4.       Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan
5.       Menggunakan katalis
6.       Menghindari derivatisasi dan modifikasi sementara dalam reaksi kimia
7.       Memaksimalkan atom ekonomi
8.       Menggunakan pelarut yang aman
9.       Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi
10.   Mendesain bahan kimia yang mudah terdegradasi
11.   Penggunaan metode analisis secara langsung untuk mengurangi polusi
12.   Meminimalisasi potensi kecelakaan
                Aplikasi penerapan ke-12 prinsip kimia hijau ini masih belum sepenuhnya dilakukan para kimiawan khususnya yang bergerak pada bidang sintesis dalam hal desain reaksi dan metode yang digunakan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pencemaran lingkungan. Marilah kita mulai penelitian yang lebih berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan aspek green chemistry, agar generasi mendatang dapat hidup lebih baik.
Daftar Pustaka:
Anwar, Muslih. 2014. Kimia Hijau. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Dalam http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343
Hidayat, Atep Afia. Dan Kholil, Muhammad.2018. Kimia Dan Pengetahuan Lingkungan Industri.

EPA. 2015a. Basic of Green Chemistry. United States Environmental Protection Agency. Dalam http://www.epa.gov/greenchemistry/basic-green-chemistry
Collins, 2001. Toward Sustainable Chemistry. Science 05 Jan 2001: Vol. 291, Issue 5501, pp. 48-49. Dalam http://science.sciencemag.org/content/291/5501/48
Wikipedia. 2018. Kimia Hijau. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_hijau
Mustafa, Dina. 2017. PERANAN KIMIA HIJAU (GREEN CHEMISTRY) DALAM MENDUKUNG TERCAPAINY A KOTA CERDAS (SMART CITY) SUATU TINJAUAN PUSTAKA.  Dalam http://repository.ut.ac.id/7076/1/UTFMIPA2017-07-dina.pdf