.

Minggu, 05 Agustus 2018

Penggunaan Plastik Biodegradable Bagi Lingkungan






@H14-VIKHA
Disusun oleh: Vikha Arista Putri









ABSTRAK

Plastik merupakan bahan pengemas yang banyak digunakan namun berdampak buruk bagi lingkungan karena sulit terdegradasi di alam. Teknologi produksi plastik biodegradable atau bioplastik yang dibuat dari bahan alami dan ramah lingkungan sudah mulai dikembangkan. Dengan meningkatnya kebutuhan plastik hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Tahun 2002, tercatat 1,9 juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya tahun 2004 naik lagi menjadi 2,3 juta ton per tahun. Di tahun 2010, 2,4 juta ton, dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton. Mengakibatkan pula kenaikan jumlah sampah plastik di Indonesia. Dikarenakan sifat plastik yang sulit terdegradasi oleh lingkungan, maka terjadilah pencemaran lingkungan. Penggunaan plastik biodegradable yang bersifat ramah lingkungan ini sangat penting, agar terjaganya lingkungan hijau. Dengan demikian dapat tercipta suasana yang nyaman di lingkungan tempat tinggal.

Kata Kunci : Polimer, Plastik biodegradable, Pencemaran Lingkungan

Isi
Plastik merupakan bahan pengemas yang banyak digunakan dan berkembang luas di seantero negeri. Sebagian besar barang yang dibutuhkan, mulai dari peralatan elektronik, perlengkapan rumah tangga, perlengkapan kantor sampai makanan dan minuman menggunakan plastik sebagai pengemas karena ringan, kuat, mudah dibentuk, dan harganya terjangkau (Mahalik and Nambiar 2010). Tidak hanya di bidang industri, kemasan plastik juga banyak digunakan oleh retail, pedagang tradisional, dan rumah tangga. Menurut Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS), konsumsi plastik di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 17 kg/kapitas/tahun.
Plastik termasuk kedalam polimer. Menurut Hidayat dan Kholil (2017), terdapat 6 jenis polimer  yang paling banyak digunakan (meliputi 98%dari seluruh polimer dan plastik yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari), yaitu polyethylene, polypropylene, polyvinyl chloride, polyethylene terephthalate, polystyrene dan polycarbonate. Setiap jenis polimer memiliki sifat degradasi dan ketahanan panas, cahaya, dan kimia yang berlainan. Maka dari itu untuk mengurangi pencemaran lingkungan, disarankan penggunaan plastik biodegradable.
Plastik biodegradable adalah polimer plastik yang tersusun atas monomer organik yang terdapat pada pati,selulosa,protein dan mikroorganisme. Plastik biodegradable dapat digunakan layaknya plastik konvensional biasa namun akan hancur oleh aktivitas mikroorganisme dan menghasilkan air dan senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan ketika dibuang ke lingkungan (Martina dan Masturi, 2016).
Menurut Sahlan (2012) Untuk mendukung plastik biodegradable ini diperlukan kerjasama oleh banyak pihak untuk mendukung penerapan plstik biodegradable mengantikan plastik konvensional. Penggunaan skala besar plastik berbahan biodegradable ini akan membantu mengurangi pengunaan minyak bumi, gas alam dan sumber mineral lainya serta turut berkontribusi menyelamatkan lingkungan.
Sedangakan, produksi kantong plastik mudah terurai di Indonesia kini mencapai 1,5 juta lembar setiap bulan. Kinerja produksi itu didorong konsumsi pusat perbelanjaan di kota-kota besar yang mulai beralih dari penggunaan kantong plastik biasa ke produk ramah lingkungan.
Indonesia sendiri mempunyai potensi sumber karbohidrat yang sangat banyak seperti ubi kayu, sagu yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah sebagai bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan di Indonesia juga dapat memacu tumbuh kembangnya sektor-sektor lain seperti ekonomi, lingkungan, pertanian dan iptek.
Sedangkan sudah ada dua jenis kantong plastik degradable yang ada saat ini, yaitu kantong plastik ecoplas dan kantong plastik oxo-degradable. Kantong ecoplas adalah kantong plastik yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan kantong plastik oxo-degradable adalah kantong plastik dari bahan biasa dengan penambahan zat adiktif yang dapat mempercepat proses oksidasi kantong plastik tersebut.
Kantong plastik ecoplas berasal dari bahan baku tepung, sedangkan di Indonesia kantong plastik ecoplas lebih banyak berasal dari singkong. Kantong plastik ecoplas yang berasal dari singkong dijual dengan harga hanya 120%-130% dari harga plastik biasa, harga keekonomian ini masi bisa diturunkan jika produksi dilakukan secara masal.
Peluang mengembangkan plastik biodegradable di Indonesia masi terbuka luas mengingat konsumsi plastik yang terus berkembang, potensi bahan baku yang cukup tinggi dengan didukung oleh riset dan pengembangan yang sudah dikuasai oleh tenaga ahli dalam negeri.

Daftar Pustaka

Elmi, Heny, Endang. (2017) Jurnal Litbang Pertanian Vol. 36 No. 2 pada potensi pengembangan plastik biodegradabke dalam  https://media.neliti.com/media/publications/229236-potensi-pengembangan-plastik-biodegradab-b00d8e35.pdf (Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2018)

Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media

Martina, Sufiya Putri dan Masturi. 2016. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika Vol.1 No.1. Semarang: Universitas Negeri Semarang  dalam https://media.neliti.com/media/publications/181358-ID-analisis-plastik-biodegradable-berbahan.pdf (Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2018)

Sahlan. (2017) Biodegradable Plastik Ramah Lingkungan dalam http://www.neraca.co.id/article/13762/biodegradable-plastik-ramah-lingkungan (Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2018)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.