.

Sabtu, 11 Agustus 2018

Mendeteksi Kualitas Udara Sejak Dini


Mendeteksi Kualitas Udara Sejak Dini


Pada saat ini penggunaan pengatur suhu ruangan (AC) sangat diperlukan unuk meningkatkan kenyamanan seseorang dalam ruangan. AC memiliki kemampuan untuk menyaring udara yang kotor. Namun terkadang tidak semua dapat disaring dengan baik. Kualitias udara ruangan pun dapat menurun dan menimbulkan banyak dampak negatif bagi kesehatan tubuh manusia.

        Penggunaan pengatur suhu ruangan (air conditioning/AC) sebagai pengganti ventilasi untuk kenyamanan ruang kerja terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenyamanan ini diharapkan mendorong produktifitas kerja sehingga setiap orang bisa mengoptimalkan kemampuannya. Tapi, tidak selamanya penggunaan AC berdammpak positif, terutama jika pendingin ruangan ini tidak dirawat dengan baik.

        Ac yang jarang dibersihkan menyebabkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menyebabkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan bisa menyebabkan gangguan kesehatan, Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS). Apalagi jika AC itu dipasang dalam ruangan yang banyak aktifitas di dalamnya. Kondisi ini bisa meningkatkan resiko terpaparnya polutan semakin tinggi. Tapi hal ini belum banyak diketahui oleh masyarakat.

       Pada dasarnya AC dirancang mampu mengeluarkan bahan polutan kadar gas CO2 ddan O2 dari dalam ruangan. Bahan partikulat ini bisa dikurangi secara signifikan oleh filter didalam AC sehingga kadar polen dalam ruangan berkurang secara signifikan. Karena itu secara teoritas jumlah bakteri dan spora di gedung ber-AC lebih sedikit dibanding gedung tanpa AC.

       Menurut penelitian dari The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), ada lima sumber pencemaran utama dalam ruangan yang biasa terjadi. Pertama, pencemaran dari alat-alat digedung seperti asap rokok, pestisida, dan pembersih ruangan. Kedua, pencemaran dari luar gedung seperti gas buang kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur, toilet dan kamar mandi yang tidak tepat posisi lubang udaranya.

       Ketiga, pencemaran dari bahan bangunan seperti lem, asbes, fiberglass, dan bahan lain. Keempat, pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya. Kelima, gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang  masuk, buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

       Sumber penccemaran ini tentu saja harus diantipasi agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas udara dialam ruangan. Dampak negatif pencemaran udara didalam ruangan biasanya terjadi pada organ tubuh yang memiliki kontak langsung dengan udara. Beberapa keluhan yang bisa ditimbulkan antara lain iritasi selaput lendir berupa iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair. Sedangkan iritasi hidung berupa bersin-bersin, gatal, iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, dan batuk kering.

       Adapun gangguan neurotoksik akibat pencemaran udara antara lain sakit kepala, lemah, mudah lelah, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi. Sedangkan gangguan paru dan pernafasan berupa batuk, nafas berbunyi, sesak nafas, dan rasa berat di dada. Sedangkan gangguan pada kulit antara lain kulit gatal, kulit kering, dan gangguan saluran cerna berupa diare dan gangguan lain seperti gangguan saluran cerna seperti diare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.