Abstrak
Semenjak
manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah
kita kenal dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum.
Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang.
Pemanasan
global (Inggris: global warming adalah suatu
proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan
oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah
kaca. Konsumsi
total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1
persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan
saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan.
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kata Kunci : Pemanasan Global, Lingkungan
Isi Pembahasan :
Semenjak
manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah
kita kenal dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum.
Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan
itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur.
Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan
melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah
mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada
bidang perindustrian.
Dengan
orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran
perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama
dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi
ini menghasilkan dampak baik positif maupun negatif.
Pengertian Global Warming
Pemanasan
global (Inggris: global warming adalah suatu
proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer,
laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan
oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah
kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30
badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan
yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem
serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser,
dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa
hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik
di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi
atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol
Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Pengaruh Global Warming Terhadap Ekosistem di Pesisir dan Lautan
Iklim mulai tidak stabil
Para
ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin
dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah
kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi
pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa
luar, dimana
hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar
1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih
kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
Peningkatan permukaan laut
Perubahan
tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil
secara geologi.
Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi)
pada abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai,
dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai,
banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan
menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa
pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
Suhu global cenderung meningkat
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju)
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis
Hewan
dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak sosial dan politik
Perubahan
cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering
muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat memberi dampak pada
penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases)
maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi
kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun
punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan
berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada
peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran
hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan
seperti asma,
alergi,
coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Pengendalian pemanasan global
Konsumsi
total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1
persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan
saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan.
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan
yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang
lebih dingin.
Ada
dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah
kaca
Contoh Kasus Global Warming
Global
warming pada skala global dan regional diprediksi akan merubah distribusi
spesies, sejarah hidup spesies, komposisi komunitas, dan juga fungsi ekosistem.
Selain itu, merebaknya penyakit infeksius pada beberapa hewan domestik maupun
hewan liar yang disebabkan oleh global warming telah menjadi bukti bahwa
ancaman global warming terhadap kesehatan hewan benar-benar sudah ada di depan
mata.
Bukti
pertama.Merebaknya penyakit Bluetongue di
dataran Eropa antara tahun 1998-2005.Penyakit ini telah membunuh lebih dari 1.5
juta ekor domba dan menyebabkan periode ini sebagai periode wabah bluetongue
terlama dan terbesar dalam sejarah Eropa.Lima serotipe virus bluetongue
diketahui telah menginvasi Eropa pada periode ini. Kasus wabah bluetongue ini
terjadi di beberapa negara atau wilayah yang sebelumnya dilaporkan sama sekali
tidak pernah terdapat kasus Culicoides-borne arboviral disease, seperti Turki,
dataran Yunani, Bulgaria, beberapa negara Balkan, dataran Italia, Sicily dan
Sardinia, Corsica, kepulauan Balearic, dan Tunisia. Kejadian ini sekarang
dihubungkan dengan kejadian pemanasan global di wilayah Eropa. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa penyebaran dramatis dari vektor
Culicoides imicola ke wilayah yang tidak pernah mengalami infeksi bluetongue
sebelumnya atau transimisi virus bluetongue oleh vektor baru, C. obsoletus dan
C. pulicaris, hanya terjadi di area-area yang secara nyata mengalami pemanasan
suhu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan langsung antara kemunculan
bluetongue di Eropa dengan global warming.
Bukti
kedua. Adanya keterlibatan global warming
terhadap punahnya 67% dari sekitar 110 spesies katak Atelopus sp. dari
pegunungan Costa Rica akibat infeksi fungi patogen Batrachochytrium
dendrobatidis sekitar 20 tahun lalu. Atelopus sp merupakan spesies katak
endemis di wilayah tropis benua Amerika. Analisa hubungan periode kepunahan
terhadap perubahan level permukaan laut dan suhu udara menunjukkan bahwa
pemanasan global telah menyebabkan suhu lingkungan pada sebagian besar
pegunungan-pegunungan di wilayah Amerika Selatan dan Tengah bergerak mendekati
suhu optimum pertumbuhan fungi pathogen B. dendrobatidis sehingga menyebabkan
wabah dan mengakibatkan punahnya sebagian spesies Atelopus sp.
Dua
kasus di atas telah memperlihatkan bahwa dampak negatif global warming terhadap
kejadian penyakit pada hewan adalah nyata. Tidak hanya itu, peristiwa El
Nino-Southern Oscillation, salah satu fenomena alam yang juga dipengaruhi oleh
global warming, diketahui juga berpengaruh pada patogen yang hidup di laut yang
menyebabkan penyakit pada oyster dan coral.
Walaupun
sampai saat ini bukti keterlibatan global warming terhadap wabah penyakit
menular pada hewan domestik baru ditunjukkan oleh munculnya wabah bluetongue di
dataran Eropa yang telah disebutkan di atas, kita harus tetap waspada terhadap
kemunculan-kemunculan wabah penyakit lainnya jika tidak ada usaha-usaha untuk
memperlambat laju global warming.Banyak penyakit penting hewan domestik yang
baik kemunculannya atau pun siklus hidup agen penyebabnya secara langsung
maupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca, seperti suhu dan
kelembaban udara.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat,
Atep Afia dan Kholil, Muhammad, 2017, Kimia, Industri dan Teknologi Hijau,
Jakarta.
Suryati,
Tuti dan Salim, Fadliah, 2007, Pemanasan Global Dan Keanekaragaman, Jurnal J.
Teknik Lingkungan Vol.8 No.1 Hal.61-68.
Mazara,
Arman, 2012, Pengaruh Global Warming Terhadap Ekosistem di Pesisir dan Lautan
dalam https://mazara30.wordpress.com/2012/06/03/pengaruh-global-warming-terhadap-ekosistem-di-pesisir-dan-lautan/
pada 9 Februari 2018.
Wikipedia,
2017, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
pada 9 Februari 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.