Oleh : M.Irsyad Herlanda Putra
Sampah masih menjadi masalah utama di
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dari semua jenis sampah yang ada
saat ini, sampah yang berasal dari plastik ternyata jumlahnya cukup besar.
Penggunaan limbah plastik merupakan alternatif yang memungkinkan sebagai
material penghasil energi. Proses cracking merupakan proses
untuk mengubah limbah plastik dari rantai alkyl panjang polyolefins menjadi hydrocarbons. Berbagai penelitian
telah dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut
menjadi material yang bermanfaat. Salah satunya adalah
mengkonversi limbah plastik menjadi sumber energi. Dengan dikembangkannya
metode tersebut, diharapkan limbah plastik yang selama ini masih menjadi
permasalahan serius di masyarakat dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi
kepentingan manusia dan lingkungan.
Pendahuluan
Menurut Hidayat, Atep Afia (2017) dkk, Pencemaran lingkungan
(Environmental pollution) merupakan efek dari perubahan yang tidak diinginkan
dalam lingkungan, yang secara langsung berpengaruh buruk terhadap kondisi
tumbuhan, hewan dan manusia. Substansi yang menyebabkan pencemaran lingkungan
dikenal sebagai polutan, dapat berbentuk padat, cair dan gas. Sebagian besar
polutan diproduksi sebagai efek samping dari aktivitas manusia. Sebagai
catatan, seorang manusia rata-rata membutuhkan hamper 12-15 kali lebih banyak
udara daripada makanan. Jadi, bahkan sejumlah kecil polutan di udara berdampak
lebih signifikan dibandingkan dengan tingkat yang sama yang ada pada makanan.
Polutan ada yang segera terdegradasi melalui proses alam, ada juga yang
membutuhkan waktu beberapa dekade.
Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan
untuk pembuatan perlalatan rumah tangga, otomotif dan sebagainya. Penggunaan
bahan plastik semakin lama semakin meluas karena sifatnya kuat dan tidak mudah
rusak oleh pelapukan. Perkembangan produk plastik di Indonesia sangat pesat
pada dua dekade terakhir dengan merambah hamper di semua jenis kebutuhan manusia,
dari kebutuhan dasar seperti kebutuhan rumah tangga sampai aksesoris pada
mobil-mobil mewah. Produk barang plastic selain sangat dibutuhkan oleh
masyarakat juga mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan. Plastik bekas cukup
sulit untuk dikendalikan, sebagai contoh pembakaran plastic seperti PVC dapa
menimbulkan asap yang mengandung khlorin. (Sahwan, Firman L. dkk. 2005).
Isi :
Sampah akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti
selama manusia tetap ada. Dapat dibayangkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan
oleh penghuni bumi ini akan semakin meningkat. Sampah sendiri merupakan salah
satu bentuk konsekuensi dari adanya aktivitas manusia dan volumenya berbanding
lurus dengan jumlah penduduk. Apabila tidak ditangani secara efektif dan
efisien, eksistensi sampah di alam tentu akan berbalik menghancurkan kehidupan
sekitarnya. Alam memang memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara
otomatis, terutama pada sampah organik. Namun, kerja keras alam dalam mengurai
sampah secara natural sangat tidak berimbang dibanding berjuta ton volume
sampah yang diproduksi setiap harinya (Putra, Hijrah Pratam dan Yebi
Yuriandala. 2010.)
Menurut Sahwan, Firman L dkk (2005), Seperti yang kita
ketahui, limbah pastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan tempat kita
tinggal. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi jumlah sampah plastic yang
kian hari kian meningkat. Salah satu upaya bar yang telah dilakukan oleh
peneliti kita adalah mengubah limbah plastic tersebut menjadi sumber energy baru.
Walaupun penelitian ini bisa dibilang baru, namun penelitian ini telah diuji
keberhasilannya oleh beberapa peneliti.
Proses pengolahan limbah plastic menjadi minyak penggerak
mesin meliputi beberapa tahapan/proses yaitu :
- Proses Pirolisis. Pirolisis adalah teknik pembakaran sampah (limbah plastic) tanpa 02 dan dilakukan pada suhu tinggi yaitu antara 800 – 1000 derajat celcius. Teknik ini mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna dana man bagi lingkungan. Teknologi pirolisis ini dapat dikatakan sebagai metode yang ramah lingkungan sebab produk akhirnya menghasilkan CO2 dan H20 yang merupakan gas non toksik. Proses pirolisis menghasilkan senyawa senyawa hidrokarbon cari mulai C1 hingga C4 dan senyawa rantai panjang seperti paraffin dan olefin.
- Proses Hydrotreating/Hydrocrackin. Yaitu proses penyulingan untuk memisahkan unsur-unsur yang duhasulkan pada proses pirolisis. Proses ini bertujuan untuk mengurangi ata menghilangkan senyawa aromatic dan senyawa polar
- Proses Hidro-isomerisasi. Pada proses ini digunakan katalis khusus yang berfungsi menjadikan molekul-molekul isomer mempunyai viskositas yang tinggi.
Menurut Sahwan, Firman L. dkk. (2005), Ada beberapa
karakteristik sampah plastic yang menimbulkan kesulitan dalam proses daur ulang
plastic, antara lain :
- Sampah plastic tidak mudah dipilah-pilahkan seperti halnya kertas, logam, gelas, dll.
- Ketidakmurnian dalam sampah plastic menjadikan ia tidak mudah dilebur/dilelehkan pada temperature tinggi.
- Plastik laminated atau plastic yang menempel pada bahan lain, seperti kertas, dan kain, sulit untuk dipisahkan.
- Sampah plastic mempunyai berat jenis yang rendah sehingga memerlukan ruang yang cukup besar untuk menyimpannya.Plastik terdiri dari berbagai jenis yang mempunyai ratusan gradasi sifat yang berbeda da mengandung berbagai macam aditif seperti antioxidant, stabilizer, pigmen, dll. Karakter dan sifat proses dari polimer, tingkatan dan formulasinya bervariasi sangat banyak dibandingkan logam dan gelas.
- Dalam proses daur ulang, kondisi ideal yang diperlukan adalah suplai yang tetap dan kontinyu dari sampah plastic yang bersih dan kering sereta terdiri dari jenis yang sama dengan formulasi yang diketahui dan tetap. Dalam prakteknya suplai bahan biasanya tidak menentu.
Selain pengolahan melalui proses dia atas, sampah plastic dapat
dijadikan juga menjadi kreasi daur ulang. Menurut Putra, Hijrah Pratama dan
yebi Yuriandala (2010), Potensi Sampah Plastik Sampah plastik dapat dikreasikan
menjadi karya kerajinan bernilai jual tinggi tanpa melakukan peleburan terlebih
dahulu. Pengolahan dilakukan dengan menggabungkan lembaran-lembaran plastik
menjadi bahan dasar, baik dengan menjahitnya atau menempelkannya pada material
lain. Bungkus plastik beralumunium foil sebagai bahan baku produksi kerajinan
memiliki beberapa kelebihan antara lain :
- Kuat. Plastik kemasan didesain oleh produsen makanan/minuman instan sebagai pembungkus produk yang cukup kuat melindungi produk di dalamnya. Disamping itu, plastik baru dapat terurai sempurna dalam waktu 80 sampai 300 tahun.
- Anti air. Plastik kemasan tentu dirancang untuk melindungi produk di dalmnya dari air dan udara.
- Desain yang bagus. Setiap produsen ketika melempar produknya ke pasaran, tentu akan mengemasnya semenarik mungkin agar produknya digemari dan dibeli konsumen. Alasannya, karena pandangan pertama ketika berbelanja biasanya pembeli tertuju ke kemasan yang apik dan mencolok. Kemasan yang tertata apik dilihat dari paduan warna, huruf, dan gambar tentu dirancang sedemikian rupa oleh tenaga ahli khusus (Hermono, 2009).
- Murah. Sampah plastik adalah barang buangan dari produk sekali pakai. Oleh karena itu seringkali dianggap tidak punya nilai lagi. Sampah plastik diperoleh secara gratis apabila kita pandaai menyusun strategi pengumpulannya.
- Ringan
- Lentur, muda dibentuk dan dilipat. Dengan sifat ini kita dapat memanfaatkan plastik mirip dengan kain atau kertas (Marpaung, 2009).
Daftar Pustaka :
- · Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Pantona Media. Jakarta
- · Sahwan, Firman L , Djoko Heru Martono, Sri Wahyono, dan Lies A Wisoyodharmo. 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia.
- · Ermawati, Rahyani. 2011. Konversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi Alternatif.
- · Putra, Hijrah Purnama dan Yebi Yuriandala. 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif.
- · Subekti, Sri. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R berbasis masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.