.

Rabu, 15 November 2017

Resiko Perokok Pasif

@E12-Guntur,
Disusun Oleh : Guntur Wahyu Prasetiyo

 


 


Merokok merupakan penyebab berbagai kondisi patologik yang dapat menimbulkan penyakit dan bahkan kematian. Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah termasuk pembuluh darah jaringan sekitar gigi geligi. Dari beberapa penelitian pada perokok, dijumpai adanya pembentukan plak gigi dan menurunnya ambang inflamasi gingiva. Terjadi keterkaitan antara perokok dengan early onset periodontitis dan pada jangka panjang menyebabkan kerusakan periodontal yang mengakibatkan tanggalnya gigi-geligi. Sebaliknya, dengan berhenti merokok dijumpai pengaruh menguntungkan bagi kondisi jaringan periodontal yang pada akhirnya memberikan keberhasilan terapi periodontal.

Menurut Pendapat Djauzi (2005) pengaruh rokok terhadap kehamilan sangat serius. Rokok dapat mengurangi aliran darah ke ari-ari (plasenta) sehingga beresiko menimbulkan gangguan pertumbuhan janin. Rokok juga
dapat  meningkatkan resiko keguguran, berat badan bayi rendah dan gangguan saluran pada nafas bayi. Menurut Basyir (2005)
Perokok pasif yaitu orang-orang yang tidak merokok, namun ikut menghirup
asap rokok secara tidak sengaja, juga
akan menjadi korban bahaya rokok

Merokok merupakan faktor resiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal maupun sistemik. Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. Berbagai penelitian terdahulu membuktikan adanya pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh rokok terhadap gigi, jaringan periodontal, dan jaringan lunak rongga mulut, serta proses terjadinya kelainan dalam rongga mulut akibat merokok. Efek lokal merokok terhadap gigi dan rongga mulut antara lain menyebabkan terjadinya radang gusi, penyakit periodontal, karies akar, alveolar bone loss, tooth loss, serta berhubungan dengan munculnya lesi-lesi khas pada jaringan lunak rongga mulut. Sebagai dokter gigi, kita hendaknya dapat mengambil peranan penting dalam mengedukasi dan memotivasi masyarakat untuk menghindari rokok, dengan memberikan gambaran tentang berbagai bahaya merokok, terutama yang berhubungan dengan kelainan gigi dan rongga mulut.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya anemia, salah satunya paparan asap rokok. Tar dalam asap rokok dapat menyebabkan terjadinya anemia aplastik, sementara radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Perokok pasif merupakan orang yang terpapar asap rokok lebih dari 15 menit per hari selama 1 hari atau lebih per minggu, baik terpapar di rumah, lingkungan sekolah, maupun tempat umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin antara perokok pasif dengan bukan perokok pada siswi SMA kelas X dan XI di Sukoharjo. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada Mei 2015 dengan subjek penelitian adalah siswi SMA kelas X dan X di Sukoharjo. Metode purposive sampling digunakan untuk memilih sampel sebanyak 90 siswi. Data kadar hemoglobin diukur menggunakan haemoglobin stick test dan data status paparan asap rokok diperoleh dari kuesioner paparan asap rokok. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil Penelitian: Hasil uji Mann Whitney pada variabel kadar hemoglobin dan status paparan asap rokok menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin yang bermakna antara perokok pasif dengan bukan perokok pasif pada siswi kelas X dan XI SMA di Sukoharjo (p = 0,941). Dengan demikian, hipotesis alternatif pada penelitian ini ditolak. Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin yang bermakna antara perokok pasif dengan bukan perokok pada siswi kelas X dan XI SMA di Sukoharjo (p = 0,941). Kata Kunci: kadar hemoglobin, perokok pasif, bukan perokok Tuberkulosis (TB) dan rokok merupakan dua masalah yang berdampak besar bagi kesehatan di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan insiden kasus TB tertinggi di dunia, dan merupakan negara konsumen rokok terbesar ketiga di dunia. Kebiasaan merokok tidak hanya dikaitkan dengan masalah kesehatan akibat penyakit tidak menular, tetapi juga dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, seperti tuberculosis. Dilakukan beberapa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara penderita tuberkolosis perokok dan bukan perokok berdasarkan basil tahan asam (BTA) di RSUD Banyumas. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik observational dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling dan mendapatkan 86 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner yang selanjutnya di analisis dengan uji chi square. Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 penderita tuberculosis. Pada penderita tuberkulosis perokok 43 orang dengan hasil pemeriksaan BTA positif sebanyak 29 orang dan 14 orang dengan hasil pemeriksaan BTA negatif pada penderita tuberkulosis bukan perokok BTA positif 13 orang dan yang hasil pemeriksaan BTA negatif 30 orang. Dari hasil penelitian diperoleh c2hitung sebesar 2,075 (p=0,155) dan setelah dibandingkan dengan c2tabel (3,817) ternyata c2hitung lebih kecil dari c2tabel.

Daftar Pustaka :

Eddy Kasim, Januari 2001 http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.20_no.1_2.pdf (Dikutip, 15 November 2017)
Nurlaila Ramadhan, Maret 2012 http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/NURLAILA_RAMADHAN-hl1-4-nurlaila_ramadhan.pdf  (Dikutip, 15 November 2017)
Erdina, Maret 2017 https://eprints.uns.ac.id/32708/ (Dikutip, 15 November 2017)
Ageng dan Yunia, 2016 http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/medisains/article/view/1620 (Dikutip, 15 November 2017)



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.