.

Rabu, 15 November 2017

PENCEMARAN UDARA OLEH SULFUR DIOKSIDA


Dalam kehidupan sehari-hari udara merupakan faktor yang sangat penting, tetapi semakin meningkatnya pembangunan di pusat-pusat kota maka mengakibatkan kualitas udara mengalami perubahan. Pada zaman dahulu udara di pusat-pusat kota adalah bersih, karena dahulu banyak pohon-pohon yang masih segar. Tetapi semenjak adanya pembangunan di pusat-pusat kota maka kondisi udara menjadi kering dan kotor. Pembangunan di pusat-pusat kota serta melonjaknya jumlah kendaraan bermotor, maka mengakibatkan meningkatnya kepadatan di lalulintas sehingga kualitas udara pun semakin memprihatinkan (Soedomo, 2001).

Sulfur oksida terdiri dari sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Kedua bahan pencemar ini dapat menyebabkan pencemaran udara. Perbedaan keduanya adalah pada sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna, berbau tajam namun tidak terbakar di udara. Sedangkan sulfur trioksida mempunyai struktur komponen yang tidak reaktif. Senyawa kimia dari sulfur dioksida adalah rumus SO2 tersusun dari 1 atom sulfur dan 2 atom oksigen. Zat ini dihasilkan terutama dari letusan gunung berapi dan beberapa proses industri. Bahan bakar minyak juga banyak mengandung unsur sulfur, sehingga pembakarannya dapat menghasilkan SO2 kecuali sulfurnya telah dihilangkan sebelum dilakukan pembakaran.

Sumber utama SO2 adalah 88,3 % dari industri, 7,6 % dari transportasi. Jika dalam sistem filtrasi di industri lebih baik maka akan terjadi penurunan terhadap kepekatan SO2. Efek pencemaran udara yaitu penipisan lapisan ozon, asap, hujan asid dan pemanasan bumi (Desvina, 2012).
Berdasarkan statistik deskriptif yang dipantau di area suka jadi pekanbaru, maka diperoleh hasil bahwa rata-rata data sulfur dioksida adalah 21.643 ug/m3 dengan ukuran sampelnya 108. Nilai minimum kepekatan sulfur dioksida adalah 17.560 ug/m3, sedangkan nilai maksimum kepekatan sulfur dioksida yaitu 36.530 ug/m3 (desvina, 2012).

Sedangkan penelitian yang didapat dari industri makanan yang menggunakan briket sebagai pembakaran, penelitian dilakukan di 4 desa yang berjarak 100 m sampai 150 m dari industri tersebut,hasil yang didapat bahwa responden yang tidak mengalami keluhan saluran pernafasan lebih banyak yaitu 35 responden (60,3%), sedangkan yang mengalami keluhan saluran pernafasan sebanyak 23 orang (39,7%) (Ertika et.al, 2013).

Menurut (Wijiarty et.al, 2016) Konsentrasi sulfur dioksida (SO2) di Terminal Bus Pulogadung Jakarta Timur rata-rata sebesar 133,78 μg/m3 dengan konsentrasi maksimum 164,41 μg/m3 dan minimum 101,72 μg/m3.

Pengaruh utama polutan Sulfur Oksida terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi Sulfur Oksida sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitive iritasi terjadai pada konsentrasi 1-2 ppm. Sulfur Oksida dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Sulfur dioksida bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada konsentrasi 6-12 ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas, dan pada kadar rendah dapat menimbulkan spesme tergores otot-otot polos pada bronchioli, speme ini dapat menjadi hebat pada keadaan dingin dan pada konsentrasi yang lebih besar terjadi produksi lendir di saluran pernafasan bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar maka akan terjadi reaksi peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan paralycis cilia, dan apabila pemaparan ini terjadi berulang kali, maka iritasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta plasia sel-sel epitel dan dicurigai dapat menjadi kanker.

Penelitian yang dilakukan oleh (Indrasti et.al, 2005) menemukan cara menghilangkan gas Sulfur Oksida dengan teknik biofilter menggunakan Thiobacillus sp pada media serbuk gergaji, kompos dan tanah.



DAFTAR PUSTAKA :
Desvina, A.P., 2012. PERAMALAN PENCEMARAN UDARA OLEH SULFUR DIOKSIDA DI PEKANBARU DENGAN MODEL AR, Jurnal Sains Teknologi dan Industri, Vol. 9, No. 2.
Ertika, R.F., Naria, E., Ashar, T., 2013. ANALISIS KADAR GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2) DI UDARA AMBIEN PADA INDUSTRI MAKANAN RINGAN YANG MENGGUNAKAN BRIKET BATUBARA DAN KELUHAN SALURAN PERNAFASAN PADA MASYARAKAT DI DESA BAKARAN BATU KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG, Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
Indrasti, N.S., Yani, m., Manik, S.P., 2005. PENGHILANGAN GAS SO2 (SULFUR DIOKSIDA) DENGAN TEKNIK BIOFILTER MENGGUNAKAN Thiobacillus sp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJI, KOMPOS DAN TANAH, Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Sarudji, D., 2004. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi sulfur dioksida (SO2) udara ambient di atas jalan-jalan raya di kota Surabaya, Jurnal Kedokteran YARSI, Vol. 12 (2) : 60-65.
Wijiarti, K., Hanani, Y., Yunita, N.A., 2016. ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAPARAN SULFUR DIOKSIDA (SO2) UDARA AMBIEN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL BUS PULOGADUNG, JAKARTA TIMUR, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 4, No. 4.

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.