oleh: Febriansyah (@F26-Febriansyah, @proyekD05)
ABSTRAK
Pemanasan global atau global warming merupakan fenomena peningkatan suhu temperatur secara global meliputi suhu rata-rata atmosfer, laut, serta daratan bumi. Hal ini terjadi karena peningkatan gas emisi karbondioksida, metana, CFC, dan dinitroksida sehingga energi matahari terperangkap dalam permukaan bumi. Terkait dengan isu global worming, lembaga-lembaga internasional sedang gencar-gencarnya berdiskusi untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Berbagai konferensi peduli lingkungan, pengalokasian dana reboisasi, dan gerakan-gerakan hijau terus dilaksanakan sebagai usaha mengurangi efek rumah kaca akibat pemanasan global. Namun, keadaan ini justru berbanding terbalik di negara kita. Di Indonesia permasalahan pemanasan global belum mendapat perhatian khusus oleh pemerintah dan masyarakat. Melihat sebagian
besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas hidup manusia, maka pemanasan
global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup dan perilaku
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: Global Warming, Udara, Upaya, Selamatkan
Pendahuluan
Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan bumi.
Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR),
menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang
panjang matahari (disebut juga gelombang panas/inframerah) yang dipancarkan
bumi oleh gas-gas rumah kaca. Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu
bumi, karena makin tipis lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang
pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi
gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian
meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.
Dampak pemanasan global akibat naiknya temperatur rata-rata atmosfer, laut
dan daratan bumi telah mulai melanda Indonesia sejak 1990-an, ditandai perubahan
iklim yang bergeser dari siklusnya. Dahulu musim kemarau berlangsung pada bulan
Maret hingga September sedangkan musim penghujan pada bulan Oktober hingga
Februari tiap tahunnya, tapi kini siklus tersebut tidak tepat lagi. Berdasarkan riset
jangka panjang dilakukan sejumlah ahli menyimpulkan, di Indonesia sejak tahun
1990-an, musim kemarau mengalami percepatan 40 hari dan musim hujan bisa
mundur sampai empat dasarian. Perubahan itu, menyebabkan musim kemarau
menjadi lebih lama 80 hari, sebaliknya musim hujan berkurang 80 hari dari kondisi
normal.
Masalah
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang
dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –
disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa
ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah
kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat
menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut
(Saeni, M.S., 1999). Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan
layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi
akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Salah satu penyebab Pemanasan Global adalah
“Greenhouse Effect” atau yang kita kenal dengan Efek Rumah Kaca. Efek rumah
kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak
bisa menyebar. Istilah efek rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan
para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim). Para
petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu
ruangan tetap hangat. Kaca/bahan yang bening digunakan karena sifat materinya
yang dapat tertembus sinar matahari. Sejumlah sinar yang masuk tersebut, akan
dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika dipantulkan
sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar inframerah, selanjutnya
energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca.
Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita seperti rumah kaca tersebut seperti dijelaskan pada Gambar 1. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti CO2 (karbondioksida), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida),NO (nitrogen oksida), HFCs (hidrofluorokarbon), PFCs (perfluorokarbon) dan SF6 (sulfur heksafluorida. Rusaknya hutan-hutan yang seharusnyaberfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan didalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
Gas ini berada di atmosfer dan dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia
terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC,
komputer, kegiatan memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitrogen oksida,
menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran
bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Karbondioksida adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca.
Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara)
untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis
kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah
metana (CH4,18%), ozon (O3,12%), dan klorofluorokarbon (CFC,14%). Gas metana
banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organik seperti yang banyak
terjadi di peternakan sapi. Gas metana juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk
kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan
AC model lama.
Pembahasan
Berdasarkan penyebab terjadinya Pemanasan Global di atas, mari kita
melakukan upaya-upaya untuk 'mendinginkan' bumi.
- Cara SederhanaA. Mengurangi pembakaran bahan bakar fosil. Hal ini dapat didukung dengan cara-cara berikut:
- Cara Menurut Para Ilmuan
A. Prinsipnya sama kayak alasan kita pakai sunscreen ke kulit. Untuk menangkis dampak negatif sinar matahari, bumi bisa dilapisi Sulfur Sunscreen.
Cara ini dinamakan Carbon Capture And Storage (CCS). Mungkin ini juga salah satu cara yang mudah dinalar dan cukup simpel. Karbon dioksida yang ada di Bumi dapat berkurang dengan menangkapnya lalu menyalurkannya pada lapisan bawah Bumi.
Cara kedua adalah dengan membuat teknologi berupa cermin raksasa untuk memantulkan cahaya matahari kembali. Cermin ini ditempatkan di angkasa supaya suhu bumi tetap terjaga, namun cara ini butuh cermin sebesar Greenland.
Gagasan itu dipakai para ilmuwan untuk membuat apa yang disebut dengan Cloud Seeding. Caranya dengan menyalurkan air lautan ke atmosfer menggunakan kapal penebar benih awan itu. Cara ini tergolong murah namun masih perlu dikaji karena efek samping dari penggunaan itu juga bahaya bagi kehidupan di Bumi meskipun dapat mengendalikan perubahan iklim ini. Banjir dan kekeringan bisa saja sitimbulkan akibat penggunaan cara ini.
Fitoplankton juga mereduksi karbon, saking bermanfaatnya para ilmuwan percaya membudidayakan plankton adalah cara terbaik menghasilkan oksigen dan mereduksi karbon.
Biochar ini merupakan cara yang diadaptasi dari metode yang biasa digunakan orang-orang Amazon Indian. Dengan mengolah sampah-sampah pertanian seperti semak, rerumputan dan batang tanaman menjadi arang dan menguburnya maka akan mengurangi sirkulasi karbon.
Mengganti asam karbon dengan asam hidroklorik dianggap dapat mengatasi percepatan sirkulai karbondioksida.
1.Mematikan listrik jika tidak digunakan: jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby, cabut charger telepon genggam dari stop kontak. Meskipun listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar fosil penyumbang besar emisi karbondioksida.2 Mematikan komputer ketika tidak bekerja, mematikan alat pendingin ketika tidak berada di dalam ruangan dan mematikan televisi saat tidak menonton., 3 Menghindari penggunaan lift atau eskalator pada bangunan berlantai dua., 4 Memaksimalkan penggunaan transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar gas atau biodiesel., 5 Memakai kendaraan bebas polusi seperti sepeda dan becak.
B. Mengurangi produksi karbondioksida dan gas rumah kaca lain, dengan cara:
1 Menghindari pembakaran sampah, 2 Menerapkan konsep 3R (reduce, reuse and recycle atau mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang) dalam sistim pengelolaan sampah, 3 Menghindari pemakaian AC jika tidak perlu. Jika terpaksa memakai AC, tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24 0C. 4 Mengontrol emisi operasional perusahaan. 15 Membeli produk lokal untuk mengurangi transportasi barang-barang impor dan jika terpaksa beli produk impor yang mempunyai ercycle logo.
C. Mengkondisikan lingkungan ke suasana alami
1. Mendesain bangunan dengan sirkulasi udara dan pencahayaan alami. Perbanyaklah ventilasi rumah dengan jendela atau lubang angin. 2. Menanam pohon di lingkungan sekitar Anda untuk memperbanyak adsorbsi gas karbondioksida oleh tanaman. Gunakan taman hidup sebagai pagar 3. Menjemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon. 4. Mengganti tas belanja dari bahan plastik ke bahan kain atau bahan organik lainnya, 5. Mendaur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang.Menggunakan kertas pada kedua sisi dan mendaur ulang kembali. 6. Menebang pohon harus diikuti penanaman kembali dan membuka lahan dengan cara tidak membakar. 7. Menghemat penggunaan kertas untuk mengurangi produk kertas. Bahan baku kertas adalah kayu, semakin banyak produksi kertas semakin banyak pohon ditebang. 8. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastik menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Gunakan pembungkus daun bila memungkinkan. Kumpulkan plastik untuk didaur ulang kembali.
D. Mengurangi atau gunakan kembali produk gas metana
1. Manfaatkan gas metana yang dihasilkan oleh limbah peternakan menjadi biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pembakaran gas metana akan menghasilkan karbondioksida dan uap air. 2. Mengurangi konsumsi daging hasil ternak agar kebutuhan daging berkurang dan kuantitas peternakan menurun sehingga konsentrasi gas metana juga berkurang. Banyak manfaat kesehatan dan spiritual dari bervegetarian. Anda akan menjadi lebih sehat dan pengasih.
Kesimpulan
Sebagai negara yang memiliki wilayah
dengan panjang pesisir ± 81.000 km dan lebih
dari 17.000 pulau, maka kewaspadaan
terhadap penomena pemanasan global
menjadi sesuatu yang penting. Kewaspadaan
Indonesia terhadap pemanasan global terlihat
dari kepeduliannya baik di tingkat nasional
maupun internasional. Namun demikian,
kepedulian tersebut harus lebih ditingkatkan
ke arah yang lebih nyata dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan
dampaknya.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat
meningkatkan keberlangsungan hidup
penduduk yang tinggal di dalamnya,
mengurangi resiko kerugian material yang
akan ditimbulkan serta memperkecil
kemungkinan terjadinya korban jiwa.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M.Kholil (2017) dalam buku Kimia industri dan teknologi hijau, pantona media, Jakarta.
Fajar, Galih (2016) dalam artikel yang diakses melalui https://www.hipwee.com/feature/tahun-2017-diprediksi-kembali-jadi-tahun-terpanas-mungkin-ini-7-cara-terakhir-untuk-selamatkan-bumi/
Anggrayanan, Dwi (2012) dalam artikel yang diakses melalui https://www.kompasiana.com/dwianggrayanan/upaya-menyelamatkan-bumi-dari-pemanasan-global_55101112813311d738bc610c
Regina, Tutik (2009) dalam jurnal kimia UNY, PEMANASAN GLOBAL: PENYEBAB, EFEK DAN CARA MENCEGAHNYA, Yogyakarta
Suwedi, Nawa (2005) dalam jurnal Tek. Ling. P3TL-BPPT, UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK PEMANASAN GLOBAL, No. 6. (2): 397-401
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.