.

Tampilkan postingan dengan label @S03-Dinda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @S03-Dinda. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 November 2020

Polutan Pencemar Udara

 

Polutan Pencemar Udara

Oleh : Dinda Damarisa Anggadewi (@S03-Dinda)


Abstrak

Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam lapisan udara yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara di lingkungan. Sumber pencemaran udara seperti yang berasal dari kebakaran hutan, debu, industri dan alat transportasi mengeluarkan bahan pencemaran udara (polutan) berupa gas dan partikel.

Kata kunci : polutan, pencemaran, gas

Pendahuluan

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana substansi biologi, fisik, dan kimia di lapisan atmosfer bumi dalam jumlah yang dapat membahayakan lingkungan. Pencemaran udara juga dapat diartikan sebagai perusakan terhadap udara yang disebabkan oleh bahan pencemar udara yang mengganggu kesehatan makhluk hidup dan merusak benda mati.

Udara atau atmosfer di Bumi menyediakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup, yaitu oksigen. Peningkatan kandungan zat berbahaya di udara disebut sebagai polusi atau pencemaran udara. Meningkatnya polusi yang ditemukan di udara menandakan terjadinya pencemaran udara.

Pembahasan

Komposisi gas di atmosfer dapat mengalami perubahan karena polusi udara akibat dari aktivitas alam maupun dari berbagai aktivitas manusia. Polutan (bahan pencemar) merupakan suatu bahan atau zat yang memiliki kadar melebihi ambang batas pada waktu yang tidak tepat, sehingga menjadi bahan pencemar lingkungan. Terdapat beberapa polutan yang menjadi penyebab pencemaran udara, yaitu :

1.     Gas Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida adalah gas yang memiliki sifat membunuh makhluk hidup termasuk manusia. Gas CO akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibanding oksigen dan gas-gas lain. Gas karbon monoksida (CO) berasal dari akibat proses pembakaran yang tidak sempurna. Proses pembakaran tidak sempurna dapat terjadi pada mesin kendaraan, seperti mobil, sepeda motor, mesin, industri, kereta api, dan lain-lain.

2.     Gas Karbon Dioksida (CO2)

Karbon dioksida adalah gas yang mampu meningkatkan suhu pada lingkungan sekitar kita atau yang disebut juga sebagai efek rumah kaca. Temperatue udara di daerah yang tercemar CO2 akan naik dan membuat suhunya semakin panas. Hal ini dikarenakan CO2 berkonsentrasi dengan jasad renik, debu, dan titik-titik air yang kemudian membentuk awan yang dapat ditembus oleh cahaya matahari namun tidak dapat melepaskan panas ke luar awan tersebut.

Gas karbon dioksida (CO2) berasal dari hasil pembakaran hutan, industri, pesawat terbang, pesawat luar angkasa, kapal dan mesin-mesin seperti mesin alat transportasi. Kadar CO2 di udara yang terus meningkat dan melebihi batas tolerasi yaitu melebihi 0,0035 % serta tidak segera diubah oleh tumbuhan menjadi oksigen, dapat menyebabkan terbentuknya gas rumah kaca yang efeknya akan meningkatkan pemanasan global suhu bumi (global warming) karena sebagian sinar matahari yang masuk ke bumi dipantulkan ke luar angkasa.

3.     Gas SO dan SO2

Gas belerang (SO, SO2, SO3) dihasilkan oleh pembakaran minyak bumi dan batu bara. Gas belerang (SO, SO2 atau SO3) yang bereaksi dengan gas nitrogen oksida (NO2, NO3) dan uap air akan membentuk senyawa asam (asam sulfat, asam nitrat). Jika senyawa asam bersatu dengan uap air  maka kemudian akan membentuk awan, lalu mengalami kondensasi dan presipitasi di udara dan akan turun sebagai hujan asam.

4.     Gas Kloro Fluoro Karbon (CFC)

Gas CFC tidak berbahaya secara langsung, tetapi saat kita menyemprotkan hair spray ataupun parfum, maka gas CFC yang keluar akan langsung terbang tinggi dan mencapai stratosfer. Pada stratosfer terdapat lapisan ozon (O3) dan kita kenal sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet matahari. Gas CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya sehingga akan terbentuk lubang ozon yang dapat membuat sinar matahari langsung masuk menembus ke bumi.

5.     Hidrokarbon (HC) dan Nitrogen Oksida (NO)

Hidrokarbon yang ada di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) yang apabila masuk ke dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

Nitrogen oksida yang bereaksi dengan atmosfir akan membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru sehingga dapat menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan. 

6.     Partikel

Partikel merupakan polutan yang dapat bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel yang dapat masuk dalam saluran pernapasan adalah partikel yang berukuran 10 mikrometer (PM10). Partikel yang memiliki ukuran lebih besar dari 10 mikrometer dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Partikel dapat berupa :

a.     Aerosol/partikel yang terhambur dan melayang di udara

b.     Fog/kabut merupakan aerosol yang berupa butiran air di udara

c.     Dust/debu merupakan aerosol yang berupa butiran padat yang melayang di udara karena tiupan angin

d.     Smoke/asap merupakan aerosol campuran antara butiran padat dan cair yang melayang di udara

e.     Mist (mirip kabut) berupa butiran zat cair, terhambur, dan melayang di udara

f.      Plume, asap dari cerobong pabrik

g.     Smog, campuran smoke dan fog

h.     Fume, aerosol dari kondensasi uap logam


Kesimpulan

Pencemaran udara adalah salah satu jenis pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dimana kualitas udara mengalami kerusakan sehingga dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup dan merusak properti serta dapat mengganggu estetika dan kenyamanan lingkungan. Beberapa polutan/bahan pencemar seperti CO, CO2, SO, SO2, CFC, HC, NO, dan partikel dapat menyebabkan pencemaran udara jika kadarnya melebihi ambang batas. 


Daftar Pustaka

RimbaKita.com. (2019). Retrieved from https://rimbakita.com/polusi-udara/

Salsabila, A. (2019, June 29). foresteract. Retrieved from https://foresteract.com/pencemaran-udara

 



 

 

Sabtu, 31 Oktober 2020

Dampak Negatif Penggunaan Pestisida

 

Dampak Negatif Penggunaan Pestisida

Sumber : agroindonesia.co.id

 

Oleh : Dinda Damarisa Anggadewi (@S03-Dinda)

 

Abstrak

Di Indonesia, pestisida sering digunakan untuk membasmi hama tanaman. Hama tanaman mengancam stabilitas produksi pertanian karena menyebabkan penurunan produktivitas tanaman sehingga dapat terjadi gagal panen pada serangan yang masif. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terjadi di semua tahap pengelolaan agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di pertanaman, sampai penyimpanan dan pengangkutan produk yang menyebabkan kerugian secara ekonomis karena menurunkan kualitas, kuantitas, dan harga hasil panen. Penggunaan pestisida kimiawi menjadi pilihan dengan memperhatikan kondisi ekonomi di lapangan. Namun, dampak dari penggunaan pestisida kimia sintetis perlu diperhatikan. Tujuan penulisan artikel ini adalah dapat menambah pengetahuan mengenai dampak negatif penggunaan pestisida.

Abstract

In Indonesia, pesticides are often used to eradicate plant pests. Crop pests threaten the stability of agricultural production as they cause a decline in crop productivity, which can lead to crop failure during large-scale attacks. Plant Pest Organism (OPT) attacks occur at all levels of vegetable agribusiness management, from before planting time, during planting, to storage and transportation of products resulting in economic losses due to lower quality, quantity and harvest prices. The use of chemical pesticides is an option with respect to the economic situation on the farm. However, the effects of the use of synthetic chemical pesticides should be noted. The purpose of writing this article is to increase knowledge about the negative effects of pesticide.

Kata kunci : pestisida, dampak, agrokimia

Pendahuluan

Salah satu industri agrokimia adalah pestisida. Pestisida/pembasmi hama berdasarkan asal katanya berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud dengan hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Jadi, pestisida adalah senyawa kimia yang disusun untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

Berdasarkan sasarannya, pestisida dibagi menjadi :

·       Insektisida (serangga)

·       Fungisida (fungi/jamur)

·       Rodensida (hewan pengerat)

·       Herbisida (gulma)

·       Akarisida (tungau)

·       Bakterisida (bakteri)

·       Larvasida (larva)

Permasalahan

Dengan menggunakan pestisida, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik, tetapi penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

 

Pembahasan



Pestisida masih diperlukan dalam kegiatan pertanian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Penggunaan pestisida yang tidak bijak dan tidak sesuai dapat menimbulkan dampak negatif sebagai berikut :

1.     Pencemaran air dan tanah di lingkungan sekitar

Jenis-jenis pestisida yang persisten (DDT, Aldrin, Dieldrin) tidak mengalami degradasi dalam tanah, tapi malah akan berakumulasi. Dalam air, pestisida dapat mengakibatkan biology magnification, pada pestisida yang persisten dapat mencapai komponen terakhir, yaitu manusia melalui rantai makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami proses dalam tanah dan air sehingga ada kemungkinan untuk dapat mencemari tanah dan air.

2.     Pencemaran udara

Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar matahari. Pestisida dapat mengalami fotodekomposisi di udara. Pestisida mengalami perkolasi atau ikut terbang menurut aliran angin. Makin halus butiran larutan makin besar kemungkinan ikut perkolasi dan makin jauh ikut diterbangkan arus angin.

 

3.     Timbulnya spesies hama yang resisten

Spesies hama yang akan diberantas dapat menjadi toleran terhadap pestisida, sehingga populasinya menjadi tidak terkendali. Ini berarti bahwa jumlah individu yang mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun. Populasi dari spesies hama dapat pulih kembali dengan cepat dari pengaruh racun pestisida serta bisa menimbulkan tingkat resistensi pestisida tertentu pada populasi baru yang lebih tinggi, hal ini biasanya disebabkan oleh pestisida golongan organoklorin.

4.     Timbulnya spesies hama baru atau ledakan hama sekunder

Penggunaan pestisida yang ditujukan untuk memberantas jenis hama tertentu, bahkan dapat menyebabkan munculnya jenis hama yang lain. Ledakan hama sekunder tersebut dapat terjadi beberapa saat setelah penggunaan pestisida, atau pada akhir musim tanam atau malah pada musim tanam berikutnya. Ledakan hama sekunder dapat lebih merusak daripada hama sasaran sebelumnya.

5.     Resurgensi

Bila suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih banyak dibanding dengan yang tanpa perlakuan pestisida, maka fenomena itu disebut resurgensi. Faktor penyebab terjadinya resurgesi antara lain :

a)     Butir semprotan pestisida tidak sampai pada tempat hama berkumpul dan makan.

b)    Kurangnya pengaruh residu pestisida untuk membunuh nimfa hama yang menetas sehingga resisten terhadap pestisida.

c)     Predator alami mati terbunuh pestisida.

d)    Pengaruh fisiologis insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak dengan angka kematian hama yang menurun.

e)     Pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman sedemikian rupa sehingga hama dapat hidup lebih subur.

 

6.     Merusak keseimbangan ekosistem

Penggunaan pestisida seperti insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan gulma (tanaman benalu) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering menimbulkan komplikasi lingkungan. Penekanan populasi insekta hama tanaman dengan menggunakan insektisida, juga akan mempengaruhi predator dan parasitnya, termasuk serangga lainnya yang memangsa spesies hama dapat ikut terbunuh. Misalnya, burung dan vertebrata lain pemakan spesies yang terkena insektisida akan terancam kehidupannya. Sehingga dengan demikian bersamaan dengan menurunnya jumlah individu spesies hama, menurun pula parasitnya.

7.     Dampak terhadap kesehatan masyarakat

Penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian dapat mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan manusia, misalnya :

(a)   Terdapat residu pestisida pada produk pertanian.

(b)  Bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui rantai makanan. Manusia sebagai makhluk hidup yang letaknya paling ujung dari rantai makanan dapat memperoleh efek biomagnifikasi yang p aling besar. Dampak ini ditimbulkan oleh pestisida golongan organoklorin.

(c)   Keracunan pestisida, yang sering terjadi pada pekerja dengan pestisida.

Dampak negatif pestisida terhadap kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tak langsung yang dihubungkan dengan sifat dasar bahan kimianya :

a.     Organoklorin (OK)

Merupakan racun kontak dan racun perut. Merugikan lingkungan dan kesehatan masyarakat karena sifat persistensinya sangat lama di lingkungan, baik di tanah maupun jaringan tanaman dan dalam tubuh hewan. Persistensi organoklorin menimbulkan dampak negatif seperti biomagnifikasi dan masalah keracunan kronik yang membahayakan. Herbisida senyawa 2,3,7,8-TCDD merupakan senyawa toksik untuk ternak termasuk manusia, masuk lewat kontak kulit atau saluran pencernakan, menginduksi enzim oksidase, karsinogen kuat, teratogenik serta menekan reaksi imun. Toksisitas golongan organoklorin ini yaitu sebagai anastesi, narkotik dan racun sistemik. Cara kerja spesifiknya adalah sebagai depressant system saraf pusat (narkosis), kerusakan jaringan liver dan kerusakan jaringan ginjal.

b.     Organofosfat (OP)

Merupakan racun kontak, racun perut maupun fumigan. Toksisitas karena paparan senyawa ini meliputi system syaraf melalui inhibisi enzim kolinesterase.

c.     Karbamat

Seperti halnya golongan organofosfat, toksisitasnya dengan penghambatan aktivitas enzim kolinesterase pada sistem syaraf.

 

Kesimpulan

            Dalam pertanian, pestisida mampu mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Penggunaan pestisida bertujuan untuk menaikkan kualitas serta kuantitas hasil panen. Tetapi, penggunaan pestisida yang tidak bijak dan tidak sesuai malah akan membawa dampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Pestisida harus digunakan dengan benar agar tidak memberikan dampak negatif seperti pencemaran air dan tanah di lingkungan pertanian, pencemaran udara, timbulnya spresies hama yang resisten, timbulnya ledakan hama sekunder, reurgensi, merusak keseimbangan ekosistem, dan berdampak buruk bagi manusia baik yang berada di lingkungan sekitar pertanian maupun konsumen.

 

Daftar Pustaka

Adriyani, R. (n.d.). Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian.

Irfan Afandi, S. (2019, December 13). Retrieved from cybex.pertanian: http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88186/Pengertian-Pestisida-Jenis-Cara-Kerja-Dan-Dampak-Pengunaan-Pestisida/

Sulistiyono, L. (2004). Dilema Penggunaan Pestisida Dalam Sistem Pertanian Tanaman Hortikultura Di Indonesia.

 

 

Minggu, 11 Oktober 2020

 

Penyebab dan Perlambatan Proses Pembusukan Tomat

Oleh : Dinda Damarisa Anggadewi (@SO3-Dinda)

Abstrak


Tomat adalah salah satu buah yang mudah membusuk karena memiliki kandungan air yang tinggi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperlampat proses pembusukan tomat. Artikel ini bertujuan untuk mengehtahui cara apa saja yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses pembusukan tomat. Diantara beberapa cara untuk memperlambat proses pembusukan tomat adalah simpan tomat di suhu yang tepat dan lain-lain. Dengan mengetahui cara memperlambat proses pembusukan tomat, diharapkan dapat membantu mengehtahui cara menyimpan tomat agar  tetap segar dalam waktu yang lebih lama.

 

Abstract

Tomato is one of the fruits that easily rot due to its high water content.  There are many ways you can slow down the process of rotting tomatoes.  This article aims to find out what can be done to slow down the process of rotting tomatoes.  Among the ways to slow down the process of damaging tomatoes is to keep tomatoes at the right temperature and so on.  By knowing how to slow down the process of rotting tomatoes, hopefully this can help us know how to keep fresh tomatoes longer.

Keywords : tomat, pembusukan, pencegahan, penyimpanan, hortikultura

 

Pendahuluan

Pembusukan merupakan perubahan secara kimia yang membuat objek mengalami perusakan susunan/struktur yang disebabkan oleh adanya reaksi kimia yang bersumber dari dalam dan luar yang dilakukan oleh dekomposer. Pembusukan pada bahan makanan terjadi karena adanya pengaruh bakteri pembusuk dan lebih sering terjadi pada bahan makanan yang basah dan lembab. Hal ini disebabkan karena kandungan air yang cukup tinggi dapat mempercepat proses pembusukan.

Tomat termasuk dalam jenis tumbuhan dari keluarga Solanaceae dan memiliki nama ilmiah Lycopersicum esculentum. Tomat dikenal kaya akan vitamin dan antioksidan. Tomat memiliki kandungan air yang tinggi, yaitu sebesar 94% air dari berat total pada tomat merah dan 93% air dari berat totalnya pada tomat hijau, sehingga tomat berkemungkinan besar mengalami proses pembusukan lebih cepat.

Daya simpan tomat yang sebentar disebabkan oleh banyak faktor, baik itu internal maupun eksternal. Maka dari itu, penting untuk mengetahui  faktor pembusukan tomat agar menemukan cara pencegahan pembusukan tomat yang efektif.

 

 

Permasalahan

Proses kerusakankan buah dimulai sejak buah tersebut dipanen. Setelah dipanen, buah tetap melakukan fisiologis sehingga dapat disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas fisiologis menyebabkan buah akan terus mengalami perubahan yang tidak dapat dihentikan dan hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir dari perubahan pasca panen adalah kelayuan/pembusukan. Lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, cahaya dan polutan juga merupakan faktor penyebab proses pembusukan pada buah.

Berikut merupakan penjelasan beberapa faktor penyebab proses pembusukan :

1.     Laju Respirasi

Respirasi berlangsung untuk memperoleh energi untuk aktivitas hidupnya. Dalam proses respirasi, bahan tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk karbohidrat yang paling sederhana (gula) selanjutnya  dioksidasi untuk menghasilkan energi. Hasil sampingan dari respirasi ini adalah CO2, uap air dan panas. Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan produk akan cepat menjadi layu.

2.    Transpirasi

Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (morfologis/anatomis, rasio permukaan terhadap volume, kerusakan fisik, umur panen) dan faktor eksternal (suhu, RH, pergerakan udara dan tekanan atmosfir). Transpirasi yang berlebihan menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik, nilai tekstur dan nilai gizi.

3.     Produksi Etilen

Etilen adalah senyawa organik sederhana yang dapat berperan sebagai hormon yang mengatur pertumbuhan, perkembangan, dan kelayuan. Keberadaan etilen akan mempercepat tercapainya tahap kelayuan (senesence).

4.    Kerusakan Patologis dan Kerusakan Fisik

Kerusakan produk nabati dapat terjadi karena aktivitas bakteri atau jamur, dan akibat serangan mikroorganisme ini timbul kerusakan fisik dan fisiologis. Sebaliknyapun akibat kerusakan fisik karena penanganan yang tidak benar bisa juga memicu pertumbuhan mikroorganisme.

Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan sayuran secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi jamur dan hal ini diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah (kurang dari 4.5) atau keasamannya yang tinggi.

5.    Kondisi Lingkungan

Suhu adalah faktor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran dari buah pascapanen. Buah yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanan optimal menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Selain berpengaruh terhadap peningkatan produksi etilen, penurunan O2 dan peningkatan CO2, suhu juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan mikroorganisme dan perkecambahan spora.

 

Pembahasan

Tomat adalah buah yang rentan busuk. Tomat akan mudah membusuk apabila telah terkena sinar matahari secara langsung. Tomat yang belum cukup matang akan memiliki daya simpan sekitar 1-2 hari hingga membusuk, sedangkan tomat yang sudah matang hanya dapat bertahan beberapa hari saja pada suhu kamar tanpa terpapar sinar matahari secara langsung, dapat bertahan 2-3 hari apabila disimpan pada lemari pendingin, dan dapat bertahan selama 2 bulan jika disimpan dalam freezer. Usaha yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses pembusukan adalah dengan memperlambat respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk.

Berikut beberapa penjelasan mengenai cara memperlambat proses pembusukan pada tomat :

1.    Jangan buang tangkai tomat

Tangkai pada tomat berfungsi sebagai penghambat masuknya bakteri ke dalam buah. Dengan tangkai tersebut, tomat tidak akan cepat matang dan mudah busuk karena masuknya bakteri. Adanya tangkai juga memungkinkan tomat memiliki kualitas rasa dan nutrisi yang bagus.

Tetapi, tidak semua pasar atau swalayan menjual tomat yang masih memiliki batang. Untuk menyiasatinya, tempelkan plester atau selotip pada pangkal buah. 

 

2.   Simpan di suhu yang tepat

Simpan tomat dalam wadah terbuka dengan suhu sekitar 13-21 derajat Celcius. Pada suhu ini metabolisme oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna dan lebih terkendali.

 

3.   Simpan tomat dengan posisi stem side down


Stem side down
adalah cara menyimpan tomat dengan posisi pangkal buah berada di bawah. Cara ini dilakukan untuk mencegah masuknya oksigen ke dalam tomat, karena oksigen yang masuk ke dalam tomat akan mempercepat proses pembusukan.

 

 

4.   Simpan dalam plastik untuk tomat yang sudah terlalu matang

Tomat yang sudah terlalu matang memiliki ciri warna kulit yang semakin memerah dan tekstur buah yang lunak. Cara menyimpannya adalah ambil tomat yang akan disimpan dan pastikan dalam keadaan kering. Buang tangkainya dan letakkan pada plastic, lalu tutup rapat dan masukkan ke dalam kulkas. Dengan car aini, tomat yang sudah terlalu matang dapat terjada warna dan tekstur alaminya selama 2-3 hari.

5.   Penyimpanan Hortikultura

Cara penyimpanan hortikultura  berhasil bila mampu mereduksi laju proses pematangan, atau menunda dimulainya proses pematangan dan sekaligus mencegah terjadinya pembusukan dan penyimpangan sehingga kesegaran selalu dapat dijaga. Penyimpanan dengan cara ini ditujukan agar kesegaran tomat dapat terjaga sampai ketangan konsumen.

Cara ini dapat dicapai dengan cara merubah kondisi lingkungan produk hortikultura segera setelah dipanen, dengan cara menurunkan suhu, penggunaan bahan kimia, mengubah komposisi udara atau gabungan dari cara-cara tersebut.

 Salah satu cara penyimpanan hortikultura yang biasa digunakan yang melibatkan perubahan atmosphere adalah MA (Modified Atmosphere). Pada sistem penyimpanan MA, konsentrasi karbon dioksida dan oksigen diatur dan ditentukan melalui respirasi dari produk dan derajat permeabilitas bahan kemasan atau ke hermitisan dari ruang maupun kendaraan pengangkutan. 

Penyimpanan Modified Atmosphere (MA) adalah penyimpanan buah atau sayur segar dalam atmosfer atau udara dengan komposisi CO2 tinggi dan O2 rendah yang diatur pada awal penyimpanan, atau tidak diatur sama sekali atau digunakan kemasan/film tertentu yang dapat mengatur sendiri komposisi udara di dalamnya.

Pengaruh konsentrasi O2 rendah antara lain adalah dapat menyebabkan laju respirasi dan oksidasi sustrat menurun dan mengakibatkan CO2 turun, pemotongan tertunda, perombakan klorofil tertunda, produksi C2H4 rendah, laju pembentukan asam askorbat berkurang, laju degradasi senyawa pektin terlambat, perbandingan asam-asam lemak jenuh berubah, pembusukan berkurang, jika O2 sangat rendah terjadi fermentasi, terjadi pematangan O2 harus ada karena diperlukan untuk sintesis C2H4 serta diperlukan juga reaksi lain untuk pemotongan.

Pengaruh penyimpanan buah/sayur segar dalam atmosfer dengan komposisi CO2 tinggi dan O2 rendah antara lain dapat menyebabkan respirasi terhambat, asam tertimbun, pembentukan asetaldehida, peningkatan jumlah gula, penurunan jumlah zat yang larut dalam alkali, jumlah pektin total tinggi, dan proses perombakan klorofil dihambat. Respirasi terhambat karena ketersediaan O2 rendah dan CO2 tinggi, hal ini mengakibatkan pematangan dapat dihambat sehingga umur penyimpanan buah dan sayur dapat diperpanjang. Proses penimbunan asam dikarenakan kegiatan respirasi menurun, peningkatan penambahan CO2 atau enzim menjadi tidak begitu aktif.

Kondisi penyimpanan (CO2, O2) masing-masing produk berbeda-beda. Misalnya untuk tomat paling baik disimpan dengan komposisi [O2 ] = 3%; [CO2] = 0%; suhu 13°C. Dengan komposisi CO2 dan O2 yang tepat masa simpan tomat dapat tercapai selama 6 minggu.

 

 Kesimpulan

            Kandungan air dalam buah tomat yang tinggi menyebabkan tomat mudah mengalami proses pembusukan. Proses pembusukan sendiri dapat terjadi karena laju respirasi, transpirasi, produksi etilen, kerusakan patologis dan kerusakan fisik, dan kondisi lingkungan. Dengan diketahuinya faktor penyebab proses pembusukan, langkah-langkah perlambatan proses pembusukan pada tomat yang tepat dapat ditentukan, seperti  tidak membuang tangkai tomat, menyimpan di suhu dan posisi yang tepat, menyimpan di dalam plastik untuk tomat yang sudah terlalu matang, dan melakukan penyimpanan hortikultura agar tomat tetap segar saat sampai ketangan konsumen.

 

 Daftar Pustaka

 

Ayuning, N. D. (2019, May 7). Retrieved from idntimes: https://www.idntimes.com/food/dining-guide/nuke-diah-ayuning/begini-cara-efektif-simpan-tomat-supaya-tahan-lama-exp-c1c2/5

Ir. I Made S. Utama, M. (2001). Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar.

Santoso, S. (2006). Teknologi Pengawetan Bahan Segar.