.

Tampilkan postingan dengan label @J13-Silvia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @J13-Silvia. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Januari 2019

STRUKTUR MOLEKUL DAN IKATAN VALENSI


STRUKTUR MOLEKUL

Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang saling berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan bermuatan netral serta cukup stabil. Menurut definisi ini, molekul berbeda dengan ion poliatomik. Dalam kimia organik dan biokimia, istilah  molekul digunakan secara kurang kaku, sehingga molekul organik dan biomolekul bermuatan pun dianggap termasuk molekul.

Struktur molekul adalah penggambaran ikatan-ikatan unsur atau atom yang membentuk molekul. Molekul terdiri dari sejumlah atom yang bergabung melalui ikatan kimia, baik itu ikatan kovalen, ikatan hidrogen dan ikatan ion, serta ikatan-iktan kimia lainnya. Dan atom tersebut berkisar dari jumlah yang sangat sedikit(dari atom tunggal, seperti gas mulia) sampai jumlah yang sangat banyak (seperti pada polimer, protein atau bahkan DNA). Bentuk molekul, yang berarti cara atom tersusun di dalam ruang, mempengaruhi banyak sifat-sifat fisika dan kimia molekul tersebut. Kebanyakan molekul mempunyai bentuk yang didasarkan kepada lima bentuk geometri yang berbeda.

Sebuah molekul dapat terdiri atom-atom yang berunsur sama (misalnya oksigen O2), ataupun terdiri dari unsur-unsur berbeda (misalnya air H2O). Atom-atom dan kompleks yang berhubungan secara non-kovalen (misalnya terikat oleh ikatan hidrogen dan ikatan ion) secara umum tidak dianggap sebagai satu molekul tunggal.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENTUK MOLEKUL

Berdasarkan teori domain elektron:

1.        Setiap pasangan elektron pada kulit terluar, baik pasangan elektron ikatan maupun pasangan elektron bebas menempati ruang tertentu, yang disebut domain.
2.        Ikatan rangkap menempati satu domain, karena pasanngan elektron pada ikatan rangkap berada pada daerah atau ruang yang sama diantara dua atom yang berikatan.
3.        Pasangan elektron bebas dan pasanga elektron ikatan rangkap menempati ruang lebih besar dibandingkan ruang yang ditempati pasangan elektron ikatan tunggal.
4.        Setiap pasangan elektron saling tolak – menolak satu sama lain dengan urutan kekuatan tolakan: PEB-PEB > PEI-PEB > PEI-PEI (PEB = pasangan elektron bebas, PEI = pasangan elektron ikatan)
5.        Setiap domain pasangan elektron mengambil tempat sedemikian rupa sehingga tolakan diantara pasangan elektron sekecil mungkin.
6.        Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan elektron ikatan.


Berdasarkan hibridisasi :

1.          Hanya orbital-orbital yang memiliki tingkat energy berdekatan yang dapat bercampur menghasilkan orbital hibrid yangn baik.
2.         Jumlah orbital hibrid yang dihasilkan sama dengan banyaknya orbital  yang bercampur.
3.         Orbital hibrid diberi lambing sesuai dengan jenis dan jumlah orbital yang bercampur.
4.         Orbital hibrid memiliki tingkat energi diantara tingkat energy orbital-orbital atom yang   bercampur. Urutan tingkat energi orbital hibrid: sp  < sp2 < sp3 < dsp2 < d2sp3.
5.         Dalam hibridisasi yang bercampur adalah sejumlah orbital bukan sejumlah elektron.
6.         Orbital – orbital hibrid memiliki orientasi ruang yang menentukan struktur molekul. 

IKATAN VALENSI
Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada masa awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London pada tahun 1927 mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen. Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat dasarnya, sebagai berikut:
1.     Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak berpasangan pada atom-atom.
2.     Elektron - elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
3.     Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan elektron-elektron yang lain.
4.     Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang untuk setiap atomnya.
5.     Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan ikatan-ikatan yang paling kuat.
6.     Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital yang terkonsentrasi itu.

Hibridisasi
Geometris
Contoh
sp2
Trigonal planar
[HgI3]-
sp3
Tetrahedral
[Zn(NH3)4]2+
d2sp3
Oktahedral
[Fe(CN)6]3-
dsp2
Bujur sangkar/ segi empat planar
[Ni(CN)4]2-
dsp3
Bipiramida trigonal
[Fe(CO)5]2+
sp3d2
Oktahedral
[FeF6]3-

Pembentukan ikatan melibatkan beberapa tahapan, meliputi promosi elektron; pembentukan orbital hibrida; dan pembentukan ikatan antara logam dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang kosong dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.
Penerapan Teori Ikatan Valensi

A. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Diatomik
Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa sebuah ikatan kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama. Oleh karena efek penurunan energi sistem, teori ini berlaku dengan baik pada molekul diatomik. Menurut teori ini, elektron-elektron dalam molekul menempati orbital-orbital atom dari masing-masing atom.

B. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Poliatomik
Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik beriringan dengan teori hibridisasi molekul

Daftar Pustaka :


Munthe, Mona. 2013. Struktur molekul. Dalam http://monamunthe111.blogspot.com/2013/05/struktur-molekul.html

Wikipedia. 2018. Teori Ikatan Valensi dan penerapannya. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ikatan_valensi_dan_penerapannya

Maulana, Fajar. 2013. Teori ikatan valensi. Dalam http://kamuskimia29.blogspot.com/2013/12/teori-ikatan-valensi.html



Wujud Gas

Oleh:
Farah Dita Salsabila (@J04-Farah)
Sinta Anggraeni (J12-Sinta)
Silvia Jihan Dwi Arinda (J13-Silvia)

Pada umumnya, zat gas ini mempunyai bentuk dan sifat yang berubah ubah. Bentuknya yang berubah ubah ini dikarenakan oleh berbagai partikel pada zat gas yang berjauhan, tersusun tidak teratur dan gaya tarik menarik antar partikelnya sangat lemah. Selain itu, zat gas juga mempunyai volume yang berubah ubah. Hal ini dikarenakan oleh partikel pada zat gas yang dapat bergerak secara bebas untuk meninggalkan kelompoknya. 

Sifat yang Dimiliki oleh Zat Gas:

– Pada umumnya benda gas memiliki bentuk dan volume yang sesuai dengan wadahnya. Misalnya ketika sebuah balon ditiup, maka udara akan masuk ke dalam balon. Bentuk balon ini menunjukkan bentuk udara yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, bentuk gas tergantung pada wadahnya.
–  Selain bentuknya, volume udara juga sesuai dengan volume atau isi wadahnya
–  Benda gas dapat menekan ke segala arah ketika sebuah balon ditiup. Seluruh bagian balon tersebut akan mengembang. Hal ini menunjukkan bahwa udara dapat menekan ke segala arah

Hukum-Hukum Gas

Hukum Ke Nol Termodinamika:
"Jika A dalam keseimbangan termal dengan B dan B dalam keseimbangan termal dengan C, maka C juga dalam keseimbangan termal dengan A."
1.      Hukum Boyle
Respons terhadap tekanan temperatur tetap, volume sejumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanannya.
 
2.      Hukum Gay Lussac
Menaikkan temperatur gas akan menambah kecepatan rata-rata molekulnya.
hukum gay lussac   hukum gay lussac
 
3.      Hukum Avogadro
Yaitu volume yang sama dari gas pada tekanan dan temperatur sama mengandung jumlah molekul yang sama.
Vm = V/n
Vm=RT/p
 
4.      Hukum Dalton
Sekanan yang dilakukan oleh campuran gas sempurna adalah jumlah tekanan yang dilakukan oleh masing-masing gas tersebut yang secara sendiri menempati volume yang sama.
p = pA + pB + pC + … = ∑J p J
 
Jenis-Jenis Perubahan Wujud Gas:

1. Mengkristal yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contohnya; kristal.
2. Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas
Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contohnya; kapur barus yang lama-lama habis.
3. Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contohnya; uap air.
4. Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair.
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contohnya; embun
 
Daftar Pustaka 
 
Kuteta, Tie. 2017. 3 Wujud Zat: Sifat, Konsep, Jenis Perubahan dan Contohnya. Dalam https://materiipa.com/wujud-zat
Pandiangan, Jonathan. 2013. Kumpulan Soal Perubahan Wujud Zat. Dalam http://berbagainfo12.blogspot.com/2013/04/kumpulan-soal-perubahan-wujud-zat.html
Zipmedia. 2015. Wujud Zat Gas yang Bentuk dan Sifatnya Berubah-ubah. Dalam http://ujiansma.com/wujud-zat-gas
Dwi, Krisna. 2015. Hukum dan Sifat-sifat Gas. Dalam https://bisakimia.com/2015/05/28/hukum-dan-sifat-sifat-gas/ 

Selasa, 18 Desember 2018

ENERGI BIOFUEL


H

       Oleh: Silvia Jihan (@J13-Silvia)



      Menurut Fitriyanto (2014) Keterbatasan bahan bakar fosil sebagai salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbarui di Indonesia menjadikan wacana untuk menciptakan sumber energi alternatif dari bahan baku lain yang jumlahnya masih melimpah dan dapat diperbarui. Salah satu sumber energi alternatif tersebut adalah bahan bakar nabati. Biofuel atau bahan bakar nabati sering disebut energi hijau karena asal-usul dan emisinya bersifat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan peningkatan pemanasan global secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan biofuel melalui proses hydrocracking minyak kelapa sawit dengan katalis Ni-Mg/γAl2O3 , mempelajari pengaruh komposisi katalis, waktu, dan suhu terhadap yield biofuel serta mempelajari kondisi operasi terbaik pembuatan biofuel. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu sintesis katalis, karakterisasi katalis, dan proses hydrocracking. Penentuan katalis terbaik melalui proses hydrocracking pada suhu 330oC waktu 60 menit untuk % loading Ni 1%, 5%, 10%, 15%, dan 20% diperoleh katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 15% yang menghasilkan yield gasoline tertinggu yaitu 44,819%. Katalis terbaik dikarakterisasi dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan titrimetri menghasilkan rasio Ni/Mg sebesar 13,5/4,71. Luas permukaan katalis terbaik berdasarkan analisis Brunaur Emmet Teller (BET) yaitu 77.746 m2 /g. Katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 15% yang menghasilkan yield gasoline tertinggi digunakan untuk proses hydrocracking dengan variasi waktu dan temperatur. Hasil yang diperoleh untuk katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 15% yield terbaik fraksi gasoline 46,333% pada suhu 360oC waktu 120 menit, yield terbaik kerosene 39,177% pada suhu 300oC waktu 120 menit, dan yield terbaik solar 63,213% pada suhu 300oC waktu 30 menit.
    Indonesia dengan wilayahnya yang sangat subur menjadi salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Kondisi ini memungkinkan Indonesia untuk dapat mengasilkan sumber energi alternatif yang berasal dari sawit. Proses esterifikasi dan transesterifikasi minyak kelapa sawit ternyata mampu menghasilkan bahan bakar minyak. Bahan bakar dari minyak sawit lebih ramah lingkungan karena bebas nitrogen dan sulfur. Selain itu kandungan asam oleat yang mencapai 55 % dalam minyak sawit cukup dijadikan bahan pertimbangan untuk menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar nabati (Nugroho, 2014). Kandungan minyak yang masih terdapat pada limbah cair kelapa sawit juga memungkinkan limbah kelapa sawit untuk dapat diolah lebih lanjut sehingga dihasilkan bahan bakar minyak. Bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewan biasa dikenal dengan metil ester. Campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak sebagai penyusun metil ester memiliki sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi. Hal ini yang menjadikan metil ester dapat dijadikan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Kandungan sulfur yang sangat sedikit pada metil ester mengakibatkan bahan bakar alternatif ini termasuk dalam bahan bakar ramah lingkungan (Arita dkk, 2008). Reaksi esterifikasi untuk menghasilkan metil ester dilakukan dengan mereaksikan trigliserida dengan metanol. Senyawa ester dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi dengan bantuan katalis. Reaksi ini berlangsung lambat, berkisar 4-8 jam menggunakan banyak katalis dan alkohol (Satriadi, 2014). Guna menghindari suhu yang tinggi dan lamanya waktu reaksi, maka pembuatan metil ester memanfaatkan gelombang ultrasonik. Istilah cracking atau perengkahan dipakai untuk menjelaskan terjadinya pemotongan senyawa hidrokarbon menjadi lebih pendek dengan cara memotong ikatan antar karbon dalam senyawa tersebut. Cracking dapat terjadi melalui mekanisme terbentuknya ion karbonium sebagai radikal bebas pada suhu yang relatif tinggi, namun reaksi cracking dapat dipercepat oleh kekuatan asam yang ditunjukkan oleh kemampuan transfer proton (Nasikin dkk, 2010).
Untuk dapat menghasilkan biofuel (bioetanol dan biogas) dari limbah rumah tangga dibutuhkan bantuan mikroorganisme dalam mendegradasi kandungan gula yang ada pada sampah organik menjadi bioetanol dan anaerobik bakteri guna menghasilkan gas biogas. Mikroorganisme yang dibutuhkan untuk menghasilkan bioetanol adalah bakteri penghasil enzim glukoamilase. Enzim glukoamilase merupakan enzim yang dapat memecah polisakarida (pati, glikogen, dan lainlain) pada ikatan α-1,4 dan α-1,6 dan menghasilkan glukosa (Darwis dan Sukara, 1990). Penggunaan mikroba sebagai penghasil enzim memiliki beberapa keuntungan, yaitu diantaranya biaya produksi relatif murah, dapat diproduksi dalam waktu singkat sesuai permintaan, mempunyai kecepatan tumbuh serta mudah dikontrol (Fogarty and Westhoff, 1988).
Daftar Pustaka:
Nugroho,Anindita Pramesti Putri.dan D.Fitriyanto,dkk.2014.Pembuatan Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit  melalui Proses Hydrocracking dengan Katalis Ni-Mg/γ Al2O3,Vol 3,No 2,2015.Pp 117-118. Dalam:
https://media.neliti.com/media/publications/161894-ID-pembuatan-biofuel-dari-minyak-kelapa-saw.pdf (Diunduh 18 Desember 2018)Latipah,Nurlia.dan Agus Sundaryono,dkk.2015.PRODUKSI BIOFUEL DARI LIMBAH CPO DENGAN KATALIS BERBASIS TITANIUM OKSIDA DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN KIMIA,Vol 3 No 2.Pp 19-20.    Dalam:

Zain,E.R,R.W.Ashadi,dkk.2011. KONVERSI LIMBAH RUMAH TANGGA MENJADI BIOFUEL SECARA SIMULTAN MELALUI REKAYASA REDUKSI UKURAN BAHAN DAN KOMBINASI ENZIM,Vol 2 No 2,Pp 110-111.Dalam:

Iqbal,Muhammad,dan Victor Purnomo,dkk.2014.REKAYASA KATALIS Ni/Zn-HZSM-5 Untuk Memproduksi Biofuel dan Minyak Bintaro,Vol 3 No 2(2014).B 153.Dalam
Tambun,Rondang,Gusti,dkk.2016. Pembuatan Biofuel dari Palm Stearin dengan Proses Perengkahan Katalitik menggunakan Katalis ZSM-5. Vol. 11, No. 1(2016). Hlm. 46 – 52.Dalam

Sabtu, 24 November 2018

Ikatan Kimia


Oleh : 1. Farah Dita Salsabila (@J04-Farah)
2. Sinta Anggraeni (@J12-Sinta)
3. Silvia Jihan Dwi Arinda (@J13-Silvia)

Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomikatau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya, para kimiawan biasanya bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia menjaga molekul-molekulkristal,dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat.

Jenis-Jenis Ikatan Kimia

1. Ikatan Ion

Ikatan ion adalah ikatan kimia yang terbentuk karena terdapat gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif (kation) dengan ion negatif (anion) dengan perbedaan skala keelektronegatifan antara kedua ion di atas 1,7. Ikatan ion terjadi antara atom logam dengan non-logam. Contoh ikatan ion adalah NaCl yang merupakan reaksi antara ion Na+ dengan Cl-. Kekuatan ikatan ion dipengaruhi oleh perbedaan skala keelektronegatifan antara kedua ion. Semakin besar skalanya, maka semakin kuat ikatan ion.

 Sifat-sifat Senyawa Ion
·         Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
·         Memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
·         Penghantar listrik yang baik dalam larutan, lelehan, dan leburannya
·         Umumnya mudah larut dalam air
Contoh senyawa hasil dari pembentukan ikatan ion adalah diantaranya :
·         NaCl : Natrium Klorida / garam dapur
·         Na2S : Natrium Sulfida
·         KCl : Kalium Klorida / silvit
·         CaBr2 : Kalsium Bromida
·         MgBr2 : Magnesium Bromida
·         AlCl3 : Aluminium Klorida
·         Al2O3 : Aluminium Oksida / Alumina / Korundum

2. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom yang berikatan. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang paling umum dijumpai. Ikatan kovalen ditandai dengan perbedaan skala keelektronegatifan antara kedua ion sangat kecil bahkan ada yang tidak memilikinya, yakni antara 0 sampai 0,3.
Secara umum, senyawa yang memiliki ikatan kovalen memiliki beberapa sifat fisik sebagai berikut :
  • Pada suhu kamar dapat berwujud gas, cair dan padatan, untuk yang berwujud padat biasanya lunak namun tidak rapuh.
  • Memiliki titik didih dan titik leleh yang rendah
  • Pada umumnya tidak menghantarkan arus listrik
  • Larut pada pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Ikatan kovalen terdiri dari:

1. Ikatan Kovalen NonPolar.
Ikatan kovalen nonpolar yaitu ikatan kovalen yang PEInya tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara atom-atom unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri. Titik muatan negative electron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul pembentuknya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron persekutuan mendapat gaya tarik yang sama.

Ikatan Kovalen NonPolar terdiri dari:
- Ikatan Kovalen Tunggal.
Ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI.
Contoh: H2, H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6).

- Ikatan Kovalen Dua Rangkap.
Ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 2 pasang PEI.
Contoh: O2, CO2 (konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4).

-Ikatan Kovalen Tiga Rangkap.
Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI.
Contoh: N2 (Konfigurasi elektron N = 2, 5).


2. Ikatan Kovalen Polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEInya cenderung tertarik ke salah satu atom yang berikatan. Kepolaran suatu ikatan kovalen ditentukan oleh keelektronegatifan suatu unsur. Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang beda keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk molekul asimetris, mempunyai momen dipol. Ikatan kovalen yang terjadi antara dua atom yang berbeda disebut ikatan kovalen polar. Ikatan kovalen polar dapat juga terjadi antara dua atom yang sama tetapi memiliki keelektronegatifan yang berbeda.

3. Ikatan Logam

Ikatan logam adalah gaya tarik-menarik yang kuat antara ion positif dari logam terhadap elektron-elektron valensi yang bergerak bebas. Atom logam mudah membentuk ion positif karena mempunyai sedikit elektron valensi. Atom logam relatif longgar sehingga elektron dapat mudah berpindah dari satu atom ke atom lain. Kekuatan ikatan logam dipengaruhi oleh jari-jari atom (makin besar, ikatan makin lemah), jumlah elektron (makin banyak, maka ikatan makin kuat), dan jenis elektron (logam blok s paling lemah, blok d paling kuat).

Sifat - sifat logam diantaranya adalah :
1.       Pada suhu kamar rata-rata berwujud padat terkecuali logam Hg
2.       Keras namun dapat ditempa
3.       Menjadi konduktor atau penghantar panas yang baik
4.       Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi
5.       Wujud fisiknya yang mengkilap.

Contoh Soal :

1.      n X2+ mempunyai 10 elektron dan unsur Y memiliki harga keempat bilangan kuantum elektron terakhir n=3, l=1, m=0, s= -½. Jika unsur X dan Y berikatan membentuk satu senyawa yang memenuhi aturan oktet, maka senyawa apakah yang terbentuk?

Jawaban : XY2
  
Pembahasan:
  
Unsur X : dalam keadaan bermuatan 2+, elektronnya = 10, berarti dalam keadaan netral, elektronnya = 12. Maka Konfigurasi elektronnya : 2 8 2 (1s 2 2s2 2p6 3s2 ) gol II A → cenderung melepaskan muatannnya.

Unsur Y : 3p→ 1s2 2s2 2p6 3s 2 3p5 = 17, 2 8 7, cenderung memerlukan 1 elektron 
Jika berikatan, maka akan membentuk senyawa XY2 dimana muatan X diberikan pada unsur Y masing-masing +1 (MgCl2)
Daftar pustaka :

Wikipedia. 2018. Ikatan Kimia. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_kimia