.

Tampilkan postingan dengan label @E02-Elvi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label @E02-Elvi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Januari 2018

Wujud Gas

Wujud Gas
@Kel-A01,@E02-Elvi,@E07-Lucia,@E08-Wulan
Disusun:
Elvi Khairina
Lucia Debby Gracella
Wulan Dari Mulia






Wujud Gas

Wujud Gas
@Kel-A01,@E02-Elvi,@E07-Lucia,@E08-Wulan
Disusun:
Elvi Khairina
Lucia Debby Gracella
Wulan Dari Mulia
          
       


4.      Daftar Pustaka
Maryanto,Dicky dkk. 2012. Penurunan Kadar Emisi Gas Buang Karbon Monoksida (Co) Dengan Penambahan Arang Aktif Pada Kendaraan Bermotor Di Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Dalam http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=123534. Diunduh 19 September 2012.
Ernawati, dkk. 2010. Carbon Gas Calculation As A Result Of Landuse Change By Using Multi Temporal Landsat Tm 7 Images Of 1992-2007 In Lima Puluh Kota Regency. Jurnal Geografi Indonesia. Dalam http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=2546. Diunduh 1 Juni 2010.
Pertiwi dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Waru (Hibiscus Tiliaceus) Sebagai Pakan Tambahan Dalam Ransum Sapi Potong Lokal Terhadap Produksi Gas Total Dan Propionat Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan. Dalamhttp://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=10428. Diunduh  07 Mei 2013.
Farissa. 2016. Saatnya Mengoptimalkan Penggunaan Gas. Kompasiana. Dalam https://www.kompasiana.com/ikhwanulparis/saatnya-mengoptimalkan-pemanfaatan-gas-bumi_583ed435517a618e0a7ab040. Diunduh 30 November 2016.

Anonim. KBBI. Diakses tanggal 09 Januari 2018. Dalam https://kbbi.web.id/gas

Rabu, 13 Desember 2017

Industri Hijau dan Minimasi Bahan Baku

@E02-Elvi, @ProyekA09
Disusun Oleh Elvi Khairina

Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.(Kemenperin,2015)

Rabu, 22 November 2017

Ikatan Kimia

@Kel-A01,@E02-Elvi,@E07-Lucia,@E08-Wulan
Disusun Oleh : Elvi Khairina                                 
Lucia Debby Gracella                   
Wulan Dari mulia                          
  

       
Soal :
Berdasarkan sifat periodik unsur-unsur halogen, HF diharapkan mempunyai titik didih paling rendah dibandingkan dengan HI, HCl, dan HBr. Tapi pada kenyataannya HF mempunyai titik didih paling tinggi, hal ini disebabkan HF mempunyai ikatan? Hidrogen

Pembahasan:
Senyawa yang mempunyai titik didih tinggi adalah yang mempunyai ikatan hidrogen, dan ikatan hidrogen adalah ikatan antara atom H dengan atom (N, O, F). contohnya: HF

Biodegradasi Limbah


@E02-Elvi, @ProyekA08
Disusun Oleh Elvi Khairina

Biodegradasi didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi senyawa organik oleh mikroorganisme, baik di tanah, perairan, atau pada instalasi pengolahan air limbah. Biodegradasi terjadi karena bakteri dapat melakukan metabolisme zat organik melalui sistem enzim untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi. Energi digunakan untuk sintesis, motilitas, dan respirasi(Paramita,2012).

Rabu, 15 November 2017

Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

@KelA01, @E02-Elvi, @E07-Lucia, @E08-Wulan
Disusun Oleh : Elvi Khairina                                    
  Lucia Debby Gracella Sihombing
Wulan Dari Mulia                           

 Soal :
Diketahui nomor atom unsur A adalah 20. Bagaimanakah konfigurasi elektron ion A2+ tersebut ?

Jawaban : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6

Pembahasan :

20 A : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p 6 4s2
20 A+2 : 1s2 2s2 2p6 3s 2 3p6 atau [Ar]

Selasa, 14 November 2017

Analisa Chemical Oxygen Demand (COD)

@E02-Elvi, @ProyekA07
Disusun Oleh Elvi Khairina




COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik. Kadar COD dalam limbah berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi dengan metode pengolahan yang konversional (Siahaan,2017).

Menurut Siahaan(2017), Metode standar untuk pengukuran konsentrasi COD yang cocok untuk berbagai jenis contoh uji air limbah yaitu refluks terbuka namun refluks terbuka kurang ekonomis, jika dibandingkan dengan metode lain seperti refluks tertutup karena dibutuhkan pereaksi yang lebih banyak. Prinsip dasar metode ini adalah mekanisme reaksi oksidasi senyawa larutan K2Cr2O7 berlebih dalam suasana asam dan panas (150oC).

Menurut APHA, Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.

Kadar COD dipengaruhi oleh reaksi oksidasi yang terjadi di dalam lingkungan. reaksi oksidasi adalah reaksi penambahan/pengikatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa. Arti lain reaksi oksidasi dijelaskan sebagai perubahan bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Proses oksidasi dilakukan oleh oksidator. Oksidator atau pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks.

Menurut Nurdin (2009) Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori :
1.      Metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya.
2.      Metoda yang berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai pengukuran secara elektrokimia

Alasan pendekatan secara elektrokimia mengundang perhatian:
1.      lebih sederhana
2.      cepat
3.      mudah diotomatisasi.

Instrumen analisis COD secara elektrokimia biasanya menggunakan elektroda kerja :
1.      PbO2
2.      CuO atau komposit Ag2O dan CuO
Telah sukses diimplementasikan pada sistem monitoring on-line secara otomatis. Akan tetapi hasil pengukurannya selalu memberikan nilai COD yang lebih kecil jika dibandingkan dengan metode standar, karena hanya fraksi kecil zat organik yangdapat dimineralisasi oleh sistem oksidasi secara elektrokimia.

Kemampuan oksidasi dari sistem fotokatalisis lebih menjanjikan bila dibandingkan dengan metode degradasi elektrokatalitik, khususnya yang melibatkan nanopartikel semi konduktor TiO2. Kim et al.melaporkan sistem pengukuran COD yang melibatkan oksidasi fotokatalitik dan pengukuran deplesi konsentrasi oksigen di dekat permukaan fotokatalis digunakan untuk menghitung nilai COD . Namun, pendekatan tersebut masih mempunyai kendala yaitu :
1.      Masih belum sempurnanya fraksi analit yang terdegradasi, yang akan mengakibatkan rendahnya akurasi hasil pengukuran,
2.      Kurangnya sensitifitas dan daerah kerja linier yang disebabkan oleh karena rentang perubahan yang kecil pada konsentrasi oksigen selama degradasi dan rendahnya kelarutan oksigen dalam air
3.      Kerumitan mengontrol suhu eksperimen selama pengukuran oksigen oleh elektroda oksigen yang sangat tergantung pada temperatur.

Semua kendala tadi berakibat kepada hasil pengukuran yang tidak sensitive dan tidak reprodusibel.

            Sementara itu, Zhao et al. telah melaporkan metode baru sebagai metoda alternatif pengukuran COD. Metoda yang diusulkan ini berbasis gabungan fotokatalisis dan elektrokimia, dengan pendekatan yang sama sekali baru. Mereka menggunakan film TiO2 yang dilapiskan pada substrat gelas berlapis ITO (Indium Tin Oxide), yang difungsikan sebagai anoda pada sistem fotoelektrokimia. Arus cahaya yang timbul saat sistem fotoelektrokimia dijalankan telah dievaluasi dan digunakan sebagai besaran yang dapat dikorelasikan dengan nilai COD. Namun daerah kerja metoda tersebut masih sempit yakni pada rentang nilai COD sampai 60mg/L O2. Disamping itu desain elektroda dimana arah datangnya foton untuk mengaktifkan fotoelektrokatalis dari arah yang harus melewati badan contoh air mengundang kerawanan akan gangguan serapan yang tinggi oleh matrik contoh air (UV-kromofor, partikel tersuspensi, dan padatan yang melayang).
           
Salah satu hal penting yang harus diperbaiki dari sistem fotoelektrokimia untuk penentuan COD (Photo Electrocatalytic Chemical Oxygen Demand, PECOD) yang dikembangkan oleh Zhao et al :
1.      Aspek kinerja fotokatalis TiO2 dalam kemampuannya mendegradasi berbagai jenis zat organik
2.      kapasitas permukaan TiO2 mengadsorbsi zat organik. Fotokatalis dengan kinerja yang efektif akan menyebabkan sistim oksidasi ini mampu memineralisasi dengan sempurna semua jenis polutan organik yang mendekat ke permukaannya. Sementara itu kapasitas adsorpsi yang tinggi dari fotokatalis akan menghasilkandaerah linieritas pengukuran COD yang lebih luas.






DAFTAR PUSTAKA

APHA, Standard Methods for the Examination of Water & Wastewater, 18th Ed., Washington, 1992,4.18-4.31

H. Zhao, D. Jiang, S. Zhang, K. Catterall, R. John, Anal. Chem. 76 (2004) 155-160.

Nurdin,M, W. Wibowo, Supriyono, M. B. Febrian, H. Surahman,Y.K. Krisnandi2, dan J.Gunlazuardi.2009. PENGEMBANGAN METODE BARU PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) BERBASIS SEL FOTOELEKTROKIMIA: KARAKTERISASI ELEKTRODA KERJA LAPIS TIPIS TiO2/ITO. Makara Journal of Science (MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 1-8). Dalam http://journal.ui.ac.id/index.php/science/article/viewArticle/345. (Diakses tanggal 14 November 2017)

Siahaan, Claudia. 2017. PENENTUAN KONSENTRASI KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA (KOK) PADA AIR SUNGAI CISADANE DAN CIHIDENG//DETERMINING THE CONCENTRATION OF CIAPUS AND CIHIDENG RIVER CHEMICAL OXYGEN DEMAND. Academia Education on Google Cendekia. Dalam https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/53373589/lap._5_PTLT2_Claudia_F44140076_Selasa_Siang.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1510611518&Signature=devOPJKDCyXfGfpwFninDM%2BUvq0%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3DPENENTUAN_KONSENTRASI_KEBUTUHAN_OKSIGEN.pdf (Diakses tanggal 14 November 2017)

Y.C. Kim, S. Sasaki, K. Yano, K. Ikebukuro, K.Hashimoto, I. Karube, Analyst 125 (2000) 1915-
1918.

Selasa, 10 Oktober 2017

PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SUMATERA UTARA

@ProyekA06, @E02-Elvi
Disusun Oleh Elvi Khairina

Siapa yang tidak mengetahui ibu kota sumatera utara? Ya, Ibu Kota Sumatera Utara adalah Medan.  Medan yang merupakan kota terbesar keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya dan Bandung . Mengunjungi Medan bisa jadi salah satu pengalaman menarik yang dialami. Berkeliling kota dan menjelajah berbagai tempat wisata andalan serta mencicipi kuliner khas Medan tentulah sangat mengasyikkan.
 Tapi Tahukah Kamu? Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan 5 kota besar di Indonesia dalam hasil pemantauan polusi udara 1.082 kota di 91 negara. Hasilnya polusi udara di kota Medan tercatat yang paling tinggi melampaui Surabaya, Bandung, Jakarta dan Pekanbaru.Kabar tak sedap datang kembali dari hasil penelitian Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika mengenai tingkat polusi udara sejumlah kota di dunia. Kota Medan ditetapkan sebagai kota keempat penyandang kota paling berpolusi, di bawah Ludhiana (India), Lanzhou (Tiongkok), dan Mecixali (Meksiko). Penelitian yang berlangsung periode Agustus-September 2014 itu menggunakan metode pengukuran tingkat kualitas udara (AQI). Hasil penelitian itu mengungkapkan, tingkat polusi udara di Medan berada di angka 110 micron diameter. Tingkat pencemaran udara di atas 100 dianggap telah membahayakan paru-paru.

Tidak berbeda dengan udaranya, menurut Widyawati,Arrum Dian (2013) air di Medan yang sebenarnya menjadi sumber kehidupan dan menopang kebutuhan manusia juga sudah sangat tercemar. Terbukti, dua sungai besar yaitu Sungai Deli dan Sungai Belawan yang merupakan sumber air di Medan saat ini berstatus tercemar. Di tengah dan hilir, limbah dari industri baik besar maupun kecil yang tidak memiliki instalasi pengelolaan air limbah  dan limbah domestik dari rumah tangga menambah kadar kerusakan ekosistem air sungai. Kadar kebutuhan oksigen biologis dan kebutuhan oksigen kimiawi sungai, dua indikator pengukuran kualitas air diyakini sudah sangat jauh melampaui ambang batas yang ditentukan. Eksploitasi daerah aliran sungai tanpa terkendali dan tidak mempertimbangkan dampak lingkungan akan semakin memperluas pencemaran, seiring meningkatnya aktivitas yang mendukung perkembangan wilayah dan pertambahan jumlah penduduk.

Selain pencemaran udara dan air, tanah di Medan juga tak kalah tercemarnya. Kejadian ini diakibatkan oleh besarnya sampah yang dihasilkan masyarakat, baik sampah rumah tangga, industri, pertanian dan peternakan, maupun sampah pelaku usaha yang setiap harinya menyumbang kurang lebih 1.800 ton. Limbah domestik menjadi penyumbang terbesar, baik organik dan anorganik. Disinilah masalah terbesarnya, kurangnya wawasan akan pemisahan sampah organik dan anorganik memperlambat waktu degradasi sampah, akibatnya sampah tertimbun semakin banyak. Penggunaan wadah plastik, kaleng, styrofoam, kertas, kaca dan yang lainnya harus segera ditekan agar investasi sampah tidak semakin tinggi dan merusak kualitas tanah. Untuk sampah kaleng dan kaca saja butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun agar dapat terdegradasi

  • Penyebab tingginya tingkat polusi
Menurut WHO dalam Harnowo, Putro Agus hanya menyebutkan penyebab tingginya tingkat polusi udara bervariasi, seperti cepatnya industrialisasi dan penggunaan bahan bakar transportasi dan pembangkit listrik yang berkualitas rendah. Pembakaran batubara dan kayu juga ikut menyumbang kotornya udara. Asap pembakaran itu berkumpul dengan emisi kendaraan yang menciptakan selimut kabut asap yang menutupi beberapa kota di dunia.
Penyebab utama polutan di Medan yaitu pengendara kendaraan bermotor makanya tidak heran jika polusi tengah mengancam kota Medan, mengingat jumlah kendaraan di Medan meningkat dari tahun ke tahun. Dirlantas Poldasu menyatakan, sampai tahun 2014 jumlah kendaraan di Kota Medan sebanyak 5.531.777, dari keseluruhan sepeda motor kendaraan paling banyak. Angka persennya mencapai 86,29%, mobil penumpang 7,91%, mobil barang 4,50% dan bus 1,30%, penyebab lainnya yaitu gas buangan dari asap industri hingga asap pembakaran sampah, kebakaran hutan dan lainnya. Polusi udara di Medan tidak diimbangi dengan memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH) untuk memenuhi kebutuhan udara segar masyarakat.

  • FAKTOR PEMKO DAN DPRD SEGERA GAGAS RANPERDA IZIN LINGKUNGAN
Karena Pencemaran lingkungan di Kota Medan sudah mencapai taraf mengkhawatirkan, menjadi satu faktor usulan pembentukan Perda tentang Izin Lingkungan. Selain itu, sungai Deli dan sungai Belawan yang merupakan sumber air di Medan saat ini berstatus tercemar. Tercemar akibat eksploitasi Daerah Pinggiran Sungai (DAS) yang tak terkendali. Dalam paripurna itu juga tertuang di mana Pemko Medan mengusulkan pembentukan Komisi Pemilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).
Seperti pada BAB V Pasal 40 draf Ranperda disebutkan komisi terdiri dari instansi terkait, tenaga ahli di bidang lingkungan hidup, organisasi kemasyarakatan di bidang lingkungan hidup dan masyarakat terkena dampak.“Pengajuan ranperda ini agar memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian usaha yang berdampak negatif pada lingkungan,” Eldin berharap DPRD Kota Medan berkenan membahas usulan ranperda yang disampaikan Pemko Medan, mengingat masalah lingkungan di Medan sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan.

  • Dampak Pencemaran Lingkungan

1.      Dampak Pencemaran Udara

                a. Mengganggu Kesehatan Manusia
Substansi pencemar atau polutan yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui sistem pernafasan. Namun tak jarang sistem kekebalan tubuh kita mengalamai penurunan, dan jika pada saat itu keadaan udara penuh polusi maka tubuh akan mudah terserang infeksi pernafasan yang serius seperti asma, bronkitis. Partikulat berukuran besar kemungkinan akan tertahan di saluran pernafasan bagian atas, sedangakan partikulat kecil atau gas akan masuk ke saluran pernafasan bagian bawah hingga mencapai paru – paru dan itulah yang menyebabkan tumbuhnya bibit penyakit.

b. Terjadinya Hujan Asam
Pencemaran udara dalam jangka panjang dapat menimbulkan hujan asam, yaitu ketika dalam air hujan mengandung tingkat keasaman atau pH dibawah 5,5. Efek negatif hujan asam adalah merusak sarana prasarana atau infrastruktur di bumi seperti menyebabkan korosi bangunan, merusak ekosistem perairan seperti menyebabkan ikan – ikan mati, menyebabkan tumbuhan layu, kering dan mati, dan yang terakhir adalah menganggu pernafasan manusia.

2.      Dampak Pencemaran Air

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa, air tidak bermanfaat lagi dan air menjadi sebab timbulnya penyakit. Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Bentuk kerugian langsung ini berupa:

(1)    Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga
(2)    Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri
(3)    Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian

Air yang menjadi penyebab penyakit karena air lingkungan kotor dapat menimbulkan kerugian yang lebih dalam lagi yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi sebab berbagai macam penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air dapat berupa:

(1)    Hepatitis A
(2)    Polliomyelitis
(3)    Cholera
(4)    Typhus Abdonalis
(5)    Dysentri Amoeba
Pencemaran yang menyebabkan kerugian yang besar akan terjadi apabila tidak ada pengawasan secara ketat terhadap pengolahan limbah


3.      Dampak Pencemaran Daratan/Tanah

Bentuk dampak pencemaran pencemaran daratan bergantung pada komposisi limbah padat yang dibuang serta jumlahnya. Bentuk dampak pencemaran daratan dapat berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung.Dampak langsung akibat pencemaran daratan ini adalah adanya timbunan limbah padat dalam jumlah besar yang akan menimbulkan pemandangan tidak sedap, kotor dan bau. Kondisi ini biasanya muncul di TPA. Timbunan sampah yang menggunung karena belum diolah menyebabkan pemandangan disekitar tempat tersebut menjadi kumuh dan kotor. Kesan kotor ini dapat berpengaruk pada psikis penduduk disekitar tempat pembuangan tersebut Dampak tak langsung akibat pencemaran daratan contohnya  yaitu berkembangbiaknya nyamuk. Hal ini antara lain disebabkan karena limbah padat yang dibuang manjadi sarang nyamuk. Limbah padat yang berupa kaleng, ban dan lain-lainya, bial hujan dapat terisi air kemudian menjadi tempat nyamuk bertelur dan berkembangbiak. Baik tikus,lalat dan nyamuk adalah binatang yang dapat menimbulkan penyakit seperti kaki gajah, malaria dan demam berdarah



Kesimpulan

Analisis mengenai pencemaran lingkungan ini menunjukkan bahwa memang pencemaran lingkungan 80% terjadi karena ulah manusia yang kurang bertanggung jawab dalam mengelola alam, sesungguhnya pencemaran lingkungan sangat merugikan manusia. Maka sudah seharusnya kesadaran manusia dalam mengelola lingkungan harus lebih di tingkatkan untuk melestarikan lingkungan kita karena lingkungan merupakan penunjang hidup manusia dan tempat hidup manusia. Apabila lingkungan hidup kita buruk maka kehidupan manusia juga akan terkena imbasnya. Pelestarian lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang bisa di lakukan oleh manusia.


Daftar Pustaka :


Admin Sentral Berita .2017. Sentral Berita.  Pencemaran Lingkungan di Medan Mengkhawatirkan, Nomor 4 Paling Berpolusi. Dalam http://sentralberita.com/2017/07/pencemaran-lingkungan-di-medan-mengkhawatirkan-nomor-4-paling-berpolusi/ (Diakses tanggal 8 Oktober 2017)
Anonim.2016.Medan dan Lingkungannya.Medan Bisnis. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/05/13/163554/medan-dan-lingkungannya/#.WD2DbPlEnIU (Diakses tanggal 8 Oktober 2017)
Harnowo, Putro Agus. 2011 . Lampaui Jakarta, Medan Jadi Kota Terpolusi di Indonesia. Detik health. Dalam https://health.detik.com/read/2011/09/28/110754/1732103/763/lampaui-jakarta-medan-jadi-kota-terpolusi-di-indonesia  (Diakses tanggal 8 Oktober 2017)
SumutPos.Co.2017.Medan 4 Besar Terpolusi di Dunia. SumutPos. Dalam http://sumutpos.co/2017/06/20/medan-4-besar-terpolusi-di-dunia/ (Diakses tanggal 8 Oktober 2017)


Widyawati,Arrum Dian.2013.Jurnal Ilmiah : Pencemaran Lingkungan. http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/pencemaran-lingkungan.html  (Diakses tanggal 8 Oktober 2017)