Kata Kunci: Aplikasi Biogas
Seperti yang dikutip oleh Khaidir (2015). Bahwa Ketersediaan
gas alam dalam bentuk elpiji sebagai bahan bakar industri dan rumah tangga di
daerah Aceh masih mencukupi, terutama untuk bahan bakar gas non subsidi. Namun,
untuk bahan bakar gas yang disubsidi (tabung
3kg) menjadi masalah tersendiri di
masyarakat. Masyarakat sering mengeluh terhadap kondisi kelangkaan bahan bakar
gas di lapangan. Antrian panjang di pangkalan-pangkalan atau distributor
penyalur gas menjadi pemandangan yang tidak baik berkaitan dengan kondisi
kehidupan masyarakat Aceh. Selain masalah antrian, harga juga bervariasi mulai
dari tingkat pangkalan sampai pada tingkat pengecer. Bahkan harga bahan bakar
gas tersebut untuk daerah-daerah tertentu mencapai Rp.35.000,- per tabung, yang mana hal ini
menjadi masalah yang serius terutama bagi masyarakat ekonomi lemah. Selain
permasalah bahan bakar gas, sampah juga ikut memberi andil terhadap berbagai
persoalan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Aceh. Sampah-sampah tersebut
dapat dijumpai dalam jumlah yang cukup banyak, terutama di daerah pusat pasar
tradisional. Bukan hanya di pasar, bahkan sampah ini sangat mudah dijumpai
disepanjang jalan tertentu dalam bentuk tumpukan hasil kegiatan usaha atau
aktivitas rumah tangga (misalnya
ampas tebu sisa pengolahan air tebu).
Sampah
pasar dapat berupa bahan-bahan anorganik dan bahan-bahan organik. Sampah
anorganik terdiri dari sampah plastik kresek, fiber, maupun pecahan-pecahan
kaca. Sementara sampah organik umumnya terdiri dari buah-buahan dan sayuran
yang telah rusak atau mengalami senescen, bahkan sebahagian ada yang sudah
membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Sampah-sampah tersebut apabila
diangkut ke tempat pembuangan sampah dapat menyebabkan berberapa masalah
terhadap lingkungan. Permasalahan yang ditimbulkan antara lain yaitu, produksi
biogas, emisi senyawa organik mudah menguap, masalah kesehatan masyarakat, dan
beberapa diantaranya dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman.
Teknologi
biogas dengan konsep zero waste (tidak dihasilkan limbah) diharapkan dapat
membantu memperlambat laju pemanasan global. Selain bisa menjadi energi
alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti
polusi udara, polusi tanah, dan pemanasan global. Biogas dalam skala rumah tangga
dengan jumlah ternak 2 – 4 ekor atau suplai kotoran sebanyak kurang lebih 25
kg/hari cukup menggunakan tabung reaktor berkapasitas 2500 – 5000 liter yang
dapat menghasilkan biogas setara dengan 2 liter minyak tanah/hari dan mampu
memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 6 orang
anggota keluarga. (Sanjaya
dkk, 2015)
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi biogas
adalah kondisi digester, pH, nutrisi, suhu, rasio C / N, dan starter. Itu
kondisi dalam digester anaerobik harus disimpan dalam ekuilibrium dan dinamis.
Tingkat keasaman yang diperlukan adalah kisaran 6,6-7,6 untuk bakteri
metanogenic hanya dapat bekerja di kisaran pH di atas. Tingkat nutrisi yang
memadai seperti nitrogen dan fosfor harus ditambahkan dalam sistem untuk
memastikan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Suhu optimum yang diperlukan
mikroorganisme untuk istirahat bahan bawah adalah 30-38 ° C untuk mesophilic
dan 49-57 ° C untuk termofilik. Rasio optimum dari C / N yang digunakan dalam
proses produksi biogas adalah 25-30. Starter adalah bagian yang sangat penting
yang mendukung produksi biogas. Ini digunakan untuk mempercepat proses
reformasi bahan organik. Starter umum digunakan dalam biogas produksi adalah
lumpur aktif atau isi rumen cairan. (Putri dkk, 2012).
Pembuatan
biogas diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dari kandang ke bak penampung
untuk diolah menggunakan mixer pengaduk kotoran 1 kemudian dilanjutkan
pengadukan menggunakan mixer pengaduk kotoran 2. Pada proses pembuatan biogas
tidak ada ditambahkan
starter untuk mempercepat proses pembentukan biogas karena secara alami starter
itu sudah tersedia dalam kotoran sapi yang dihasilkan dari rumen sapi itu
sendiri. gas metan merupakan komponen utama pembentuk biogas. Gas metan inilah
yang diharapkan keberadaannya dalam jumlah yang banyak karena nilai kalornya
yang tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Teknologi biogas sebagai bahan bakar
alternatif yang dapat menggantikan kayu bakar, minyak tanah dan gas alam
merupakan salah satu program CSR PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field di
Desa Tanjung Bulan. Tujuan penulisan jurnal ini untuk 1) mengkaji pemanfaatan
teknologi biogas di Desa Tanjung Bulan, 2) mengkaji kondisi masyarakat setelah
program biogas. (Oktavia
dkk, 2016)
Menurut Widyastuti
dkk, (2013). Bahwa salah
satu sumber energi terbarukan adalah biogas. Biogas
dapat dibuat dari kotoran ternak, limbah industri tahu, atau sampah
organik rumah
tangga atau pasar. Biogas memiliki prospek yang baik sebagai
alternatif energi
terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia yang sedang
mengalami krisis
energi yang ditandai dengan semakin langka dan tingginya harga
bahan bakar yang
berdampak pada semakin tingginya biaya produksi pembangkit tenaga
lisrik. Wahyuni
(2012) menyatakan bahwa biogas dapat menyalakan bunga api dengan
energi 6400 – 6600
kcal/m3. Kandungan 1 m3 biogas setara dengan energi 0,62 liter
minyak tanah, 0,46
liter elpiji, kemudian 0,52 liter minyak solar, 0,08 liter bensin
dan 3,5
kg kayu bakar. Pada penelitian Hanif (2010) menyatakan bahwa 1 ekor sapi
menghasilkan
kotoran 25 kg/ekor maka dari 411 ekor sapi dapat menghasilkan 10.275 kg
dengan kandungan
bahan kering sebesar 2.055 kg. maka akan menghasilkan biogas 82,2 m3/hari.
Sedangkan setiap 1 m3 biogas menghasilkan 4,7 kWh. Oleh karena itu dari
kotoran dari 441
ekor sapi berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar 386,6
kWh/ hari. Menurut
Hardianto dkk (2000) ada tiga keunggulan dari pengolahan
kotoran ternak
melalui biogas yaitu 1)biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan
bakar minyak atau
kayu bakar dengan kualitas
panas yang lebih baik, 2) sludge yang berbentuk
cair untuk pupuk tanaman dan 3) sludge padat untuk
campuran konsentrat
pakan ternak. Menurut Arifin dkk (2011) di Pesantren Saung Balong telah
dibuat pilot plant biogas dengan
produksi biogas
sekitar 7 m3/hari. Biogas ini dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari
seperti memasak
dan penerangan, dan digunakan sebagai bahan bakar pure biogas
dengan genset
skala 1.000-10.000 watt dan skala 10 kW dengan system dual fuels dan telah dibuat teknologi pengayaan biogas melalui
proses absorpsi dan teknologi pengisian biogas kedalam tabung. Listrik
yang dihasilkan
dari instalasi biogas di pesantren Saung Balong Al Barokah
digunakan untuk
mengurangi ketergantungan
terhadap listrik yang di peroleh dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN).
Jadi, energy terbarukan akan sangat
diperlukan/digunakan pada saat-saat ini. Dikarenakan, sumber daya fossil yang
semakin menipis. Terlebih lagi, sumber daya energy terbarukan akan sangat ramah
lingkungan karena terbuat dari beberapa macam kotoran yang diolah sehingga
menjadi sumber energy yang baru. Pemerintah sudah seharusnya lebih serius untuk
menggarap potensi ini, agar dimasa depan nanti bumi kita tidak terlalu
tercemar!
DAFTAR PUSTAKA:
Khaidir. 2015. Teknologi Produksi Biogas sebagai Bahan
Bakar Alternatif Berbahan Baku Sampah Organik. Jurnal SAMUDERA Vol. 9, No. 2, 2015. http://repository.unimal.ac.id/2024/1/Produksi%20Biogas%20Sampah%20Organik.pdf
Oktavia,
I., A. Firmansyah. 2016. Pemanfaatan Teknologi
Biogas sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif di Sekitar Wilayah Operasional PT.
Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field. Jurnal Resolusi Konflik, CSR, dan Pemberdayaan Vol.1, No.1, 2016. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalcare/article/viewFile/15292/11189
Sanjaya,
D., A. Haryanto., Tamrin. 2015. PRODUKSI BIOGAS DARI CAMPURAN KOTORAN
SAPI DENGAN KOTORAN AYAM. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung Vol. 4, No. 2, 2015. https://media.neliti.com/media/publications/134515-ID-none.pdf
Putri,
D.A., R.R. Saputro., Budiyono. 2012. Biogas Production from Cow Manure. International Journal of
Renewable Energy Development Vol.1, No.2, 2012. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ijred/article/view/3805/3489
Widyastuti,
F.R., Purwanto., Hadiyanto. 2013. POTENSI BIOGAS MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH
PADAT PADA PETERNAKAN SAPI PERAH BANGKA BOTANICAL GARDEN PANGKALPINANG. 2013. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/download/7613/6272
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.