ABSTRAK
Katalis seharusnya lebih
unggul untuk reagen stoikiometri. Penggunaan senyawa pemercepat reaksi dapat mengkonsumsi
energi, bahan dasar, pereaksi dan waktu reaksi, namun di sisi lainnya dapat
menghasilka reaksi yang lebih aman.
Kata Kunci : Kimia Hijau,
Manfaat Enzim
ISI
Menurut Santosa (2008) dalam Hidayat (2017), penggunaan
senyawa pemercepat reaksi dapat mengkonsumsi energi, bahan dasar, pereaksi dan
waktu reaksi, namun di sisi lainnya dapat menghasilka reaksi yang lebih aman.
FSE (2015) dalam Hidayat
(2017) menjelaskan bahwa, katalis merupakan bahan kimia yang digunakan terutama
untuk mengurangi penggunaan energy dan membuat reaksi berlangsung lebih efisien
(bahkan lebih cepat). Dalam konsentrasi yang kecil ini katalis menimbulkan efek
yang besar. Sedangkan Katalis Hijau hanya menimbulkan sedikit toksisitas
(bahkan tidak menimbulkan toksisitas sama sekali) dan dapat dipergunakan secara
berulang dalam proses.
Enzim merupakan contoh
katalis yang sangat penting dalam berbagai proses biokimia tubuh, dan termasuk
Katalis Hijau. Menurut Hidayat (2017), para ahli kimia sedang menyelidiki
kemungkinan penggunaan enzim untuk berbagai reaksi kimia dalam menghasilkan
beragam produk yang diinginkan. Daya kerja enzim terbukti dapat mengurangi
toksisitas, meningkatkan spesifisitas dan efisiensi.
Ada beberapa contoh
pemanfaatan enzim, yaitu :
1.
Pemanfaatan getah papaya kering sebagai
sumber enzim proteolitik untuk meningkatkan derajat pembuahan dan derajat
penetasan telur ikan mas, menurut Mustofa (2009), getah papaya ini dapat
dikeringkan dan dihaluskan menjadi papain kasar. Papain kasar ini dapat
diproses menjadi papain murni melalui serangkaian proses di pabrik. Adanya
aktivitas proteolitik dari enzim yang dimiliki papain murni dan papain kasar
menyebabkan glukoprotein yang merupakan bagian dari lapisan lendir telur ikian
mas terurai. Menurut Purwanti dan He (1991) dalam Mustofa (2009), getah papaya
yang mempunyai aktivitas proteolitik telah dibuktikan mampu melarutkan lapisan
albumin dari telur cacing Ascaridia Galli
sehingga getah papaya kering kemungkinan dapat digunakan untuk melarutkan
lapisan lendir telur ikan mas. Lapisan papain murni 2.000 ppm digunakan sebagai
bahan pelarut lapisan lendir telur ikan untuk meningkatkan derajat pembuahan
dan derajat penetasan, menurut Noga (1996) dalam Mustofa (2009). Papain kasar
dapat diharapkan menjadi bahan pengurai protein pada lapisan lendir telur ikan
mas karena aktivitas proteolitik yang dimilikinya. Menurut Woynarovich dan
Horvath (1980) dalam Mustofa (2009), larutan tannin 500 ppm biasa digunakan
untuk melarutkan lapisan lendir telur ikan mas selama lima detik.
2.
Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Bioetanol
Dengan Proses Hidrolisis Enzimatik, menurut Setyawati (2011), sebagai salah
satu inovasi kita mencoba menggunakan bahan baku dari limbah, seperti limbah
dari pertanian maupun perkebunan yang mengandung karbohidrat. Kota Malang yang
merupakan salah satu sentra industri kripik sudah pasti banyak menghasilkan
limbah seperti kulit pisang. Selama ini kulit pisang tersebut dibuang begitu
saja padahal dalam kulit pisang itu terdapat karbohidrat (pati) yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol, yang nantinya diharapkan mampu
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Mikroorganisme
penghasil enzim amilase dapat berupa bakteri dan kapang. Menurut Arcinthya (2007)
dalam Setyawati (2011) bakteri yang dapat menghasilkan amilase diantaranya B.
Subtilis, B . licheniformis, Aspergillus sp., Bacillus sp., dan Bacillus
circulans. Bakteri tersebut menghasilkan amilase yang termostabil, yaitu aktif
atau bekerja dalam suhu tinggi sehingga proses hidrolisis menjadi lebih mudah
dan cepat dengan adanya bantuan panas, sehingga proses pemutusan ikatan
polisakarida lebih mudah.
Produk
hidrolisis yang dihasilkan glukoamilase memiliki rasa lebih manis dibandingkan
produk hidrolisis menggunakan asam klorida maupun asamoksalat, disamping itu
penggunaan glukoamilase dapat mencegah adanya reaksi sampingan karena katalis
enzim sangat spesifik, menurut Judoamidjojo, et al., (1992) dalam Setyawati
(2011). Setelah hidrolisis berjalan sempurna maka dilanjutkan dengan
fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan penambahan ragi roti /
Saccharomyces cerevisiae. Salah satu spesies ragi yang dikenal mempunyai daya
konversi gula menjadi etanol yang sangat tinggi adalah Saccharomyces
cerevisiae, yang menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim zimase
berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa).
Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi etanol, menurut Judoamidjojo
et al. (1992) dalam Setyawati (2011).
Daftar
Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil, 2017, Kimia Industri dan Teknologi Hijau, Pantona Media Jakarta.
Mustofa, Ahmad Gufron, 2009, Pemanfaatan
Getah Papaya Kering sebagai Sumber Enzim Proteolitik untuk Meningkatkan Derajat
Pembuahan dan Derajat Penetasan Telur Mkan Mas, TORANI,
Vol 19, No 1, Universitas Hasanuddin. Dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=29732&val=2166&title=Pemanfaatan%20Getah%20Papaya%20(Carica%20papaya%20L.)%20Kering%20Sebagai%20Sumber%20Enzim%20Proteolitik%20untuk%20Meningkatkan%20Derajat%20Pembuahan%20dan%20Derajat%20Penetasan%20Telur%20Ikan%20Mas%20(Cyprinus%20carpio%20L.)
Setyawati, Harimbi dan Nanik
Astuti Rahman, 2011, Pemanfaatan Kulit Pisang
Sebagai Bahan Baku Bioetanol Dengan Proses Hidrolisis Enzimatik, Jurnal
Sains dan Terapan Kimia, Vol 5, No 2, Universitas Lambung Mangkurat. Dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=96520&val=5066&title=PEMANFAATAN%20KULIT%20PISANG%20SEBAGAI%20BAHAN%20BAKU%20BIOETANOL%20DENGAN%20PROSES%20HIDROLISIS%20ENZIMATIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.