Sumber Gambar : https://gapki.id/news/1813/memahami-dan-mencari-penyebab-kebakaran-hutan-dan-lahan Kebakaran Hutan & Lahan |
Oleh : Jessica Chresstella
ABSTRAK
Pencemaran udara terjadi akibat dari adanya polutan yang masuk ke
dalam atmosfer (troposfer) sehingga menyebabkan terjadinya perubahan komposisi
udara. Selain karena aktivitas manusia seperti kegiatan industry transportasi
dan rumah tangga, pencemaran udara dapat disebabkan oleh faktor alam seperti
erupsi gunung berapi, kebakaran hutan dan proses peluruhan radioaktif di dalam
bumi . Salah satu faktor alam yaitu kebakaran
hhutan sering terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan tidak hanya menimbulkan
dampak buruk bagi Indonesia, tetapi apabila dalam skala yang besar dan
berdekatan dengan negara tetangga, kebakaran hutan juga dapat menganggu negara
tetangga oleh asap kabut yang ditimbulkan.
Kata
Kunci : Kebakaran Hutan, Pencemaran Udara
PENDAHULUAN
Kebakaran hutan di Indonesia saat ini dipandang sebagai bencana
regional dan global. Hal ini disebabkan oleh dampak darI kebakaran hutan yang sudah menjalar ke
negara-negara tetangga dan gas-gas hasil
pembakaran yang diemisikan ke atmosfer
(seperti CO2 ) berpotensi menimbulkan
pemanasan global (Adinugroho dkk., 2005).
Alih fungsi hutan dan lahan gambut untuk perkebunan (sawit)
menjadi alasan krusial yang menjadi faktor utama terjadinya kebakaran lahan
gambut pada tahun 2015 (Septiannigrum,
Risma Sari. 2018).Dalam beberapa tahun terakhir sering terjadi kebakaran hutan
terutama saat musim kemarau.
Intensitas kebakaran hutan
di Indonesia semakin meningkat
akibat kebijakan pemerintah yang dari sejak tahun 1980
membuka konsesi hutan, mengubah hutan alam menjadi
perkebunan transmigrasi, pengembangan irigasi, dan
perluasan pertanian (Tampubolon,
Aron Pangihutan Christian Dkk., 2016).
PEMBAHASAN
Kebakaran
hutan merupakan masalah serius yang dihadapi pada permasalahan pencemaran udara
masa kini karena berperan sebagai sumber terbesar emisi karbon monoksida (CO). Wujud polutan dari kebakaran hutan pada umumnya dalam bentuk asap yang mengandung banyak partikula (Tampubolon, Aron Pangihutan
Christian Dkk., 2016).
Sektor kehutanan dan lahan gambut menyumbang total 85 % emisi gas rumah kaca di
Indonesia . Kualitas udara ambien dapat berubah secara signifikan akibat kebakaran hutan dikarenakan banyaknya polutan yang
dihasilkan. Kebakaran hutan menghasilkan emisi CO2 , CO,
partikulat, dan hidrokarbon . Emisi polutan ke udara dari sisa pembakaran hutan
dengan kadar konsentrasi tinggi dapat menyebabkan proses sebaran udara tidak bisa tercampur
dengan baik sehingga tidak dapat mengangkut bahan pencemar secara efektif.
Wujud polutan
dari kebakaran hutan ini dalam bentuk asap yang mengandung banyak
partikulat (Tampubolon,
Aron Pangihutan Christian Dkk., 2016).
Kualitas udara di
Sumatera Selatan juga mengalami penurunan dari adanya kebaran hutan dan lahan. Asap yang berasal dari kebakaran hutan (kayu dan
bahan organik lainnya) mengandung campuran gas, partikel, dan bahan kimia
akibat pembakaran kurang sempurna. Komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari
gas seperti CO, CO2 , Nitrogen Oksida, Ozon, Sulfur dioksida dan
lainnya. Partikel yang timbul akibat kebakaran hutan biasa disebut sebagai particulat
matter (PM). Ukuran lebih dari 10 mikron biasanya tidak masuk paru tetapi
mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Sedangkan partikel kurang dari 10
mikron dapat terinhalasi sampai ke paru. Selain itu, terdapat bahan lainnya
dalam jumlah tidak terlalu banyak, seperti aldehid, polisiklik aromatik hidrokarbon,
benzene, toluene, styrene, metal dan dioksin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kejadian kebakaran
berulang. Kebakaran hutan dan lahan gambut menimbulkan dampak pada bidang
ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan kerjasama bilateral negara. Kebakaran
hutan ini dapat menurunkan kualitas udara serta menganggu kesehatan masyarakat.
Kebakaran hutan merupakan salah satu masalah yang penting dalam
pencemaran udara dimana denan
CO (karbon monoksida)berperan sebagai sumber polutan yang dominan
.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho W.C., I
Nyoman N. Suryadiputra, Bambang H.
Saharjo, and Labueni Siboro. 2005. Manual for the Control of Fire in Peatlands and
Peatland Forest. Climate Change, Forests
and Peatlands in Indonesia
Project.Wetlands International –
Indonesia Programme and
Wildlife Habitat Canada. Bogor.
Septiannigrum, Risma
Sari. 2018. Dampak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2015 dalam Kehidupan
Masyarakat. https://www.researchgate.net diakses
19 Februari 2020.
Tampubolon, Aron Pangihutan Christian & Boedisantoso, R. (2016). Analisis Persebaran Polutan
Karbon Monoksida dan Partikulat dari Kebakaran Hutan di Sumatera Selatan. Jurnal
Teknik ITS, 5(2), C160-C165. http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/18955 diakses
19 Februari 2020.
Mulyana, Erwin. (2017).
PENYEBARAN POLUTAN DALAM KASUS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2015. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 18(2),
61-67. http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTMC/article/view/2611/2366
diakses
19 Februari 2020.
Apa solusi agar kebakaran di Sumatera tidak terjadi lagi di tahun tahun selanjutnya ?
BalasHapus@Q04-ADESITA
Untuk penulisan Daftar pustaka sudah sesuai standar APA
Artikel sangat bermanfaat