.

Sabtu, 03 Februari 2018

Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan Pengeras Aspal Jalan

Oleh : Nuriel Hanifan (@F25-Nuriel)

Abstrak
Plastik merupakan salah satu produk yang diciptakan dari bahan polimer. Adapun kegunaan polimer sebenarnya sangat luas yang dapat menciptakan berbagai macam produk alat kebutuhan manusia seperti botol, tali , plastik, teflon, dan lainnya. Dalam hal ini penggunaan nya semakin digemari karena sifatnya yang ringan, tahan korosi, beberapa bahan tahan asam, beberapa bahan relatif tahan sampai temperatur tinggi, dan kuat. Polimer adalah senyawa yang bermassa molekul relatif besar dan terdiri atas monomer monomer (Labtek, 2011).



Kata kunci : Industri kimia, Bahan Polimer, Plastik,

Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk yang signifikan membuat konsumsi penggunaan plastik di dunia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebesar 24,4% selama kurun waktu 4 tahun. PlasticsEurope.com mencatat konsumsi plastik dunia pada tahun 2010 mencapai angka 562,2 miliar pon atau setara dengan 255 miliar kilogram. Sungguh angka yang sangat tinggi mengingat penduduk bumi yang setiap tahun terus meningkat membuat penggunaan plastik akan semakin bertambah setiap tahunnya. Selain berbahaya bagi lingkungan karena tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tanah dalam waktu singkat juga dapat berpengaruh pada kesehatan manusia. Kebanyakan  plastic  seperti  PVC,  agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa contoh pelembut adalah   epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan  bifenil  poliklorin  (PCB),  acetyl  tributyl citrate (ATBC) dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP). Penggunaan   bahan pelembut ini dapat menimbulkan  masalah   kesehatan, sebagai contoh,  penggunaan  bahan  pelembut  seperti PCB   dapat   menimbulkan   kamatian   pada jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik), oleh karenanya sekarang sudah  dilarang  pemakaiannya ( Karuniastuti, 2010). Untuk itu sekarang penggunaan bahan polimer plastik sudah semakin dikurangi penggunaannya agar ekosistem alam tidak semakin rusak.

Isi
Menurut Harper(2003) dalam Rahmawati, Anita dan Rama Rizana (2015) Biasanya  limbah  plastik  itu  terbuang  percuma  atau  didaur  ulang  untuk  dibuat  berbagai  kerajinan.  Padahal sebenarnya ada manfaat lain dari limbah plastik tersebut. Salah satunya untuk konstruksi, seperti perkerasan jalan.Di beberapa negara maju, seperti negara-negara benua Eropa dan Amerika, jumlah plastik yang didaur ulang masih sangat sedikit.  Sebagai contoh, Jerman yang  mempunyai persentase jumlah plastik  yang didaur ulang  terbesar di Eropa Barat saja hanya sebesar 27,1%. Sedangkan negara lainnya mempunyai persentase berkisar antara 0 hingga15%. Disisi lain, masalah yang timbul dalam hal konstruksi adalah bahan baku utama yang tersedia pada alam semakin menipis seperti batu dan kerikil (agregat) yang biasa digunakan                untuk pembuatan perumahan, gedung bertingkat, dan pengerasan jalan untuk itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Al-Hadidy dan Qiu (2008) dalam Rahmawati, Anita dan Rama Rizana (2015) Dalam penelitian tersebut, limbah plastik digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas aspal (asphalt modifier) , dalam penelitian tersebut digunakan low density polyethylene (LDPE) yang dicampurkan dalam aspal dengan komposisi 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan LDPE dapat meningkatkan angka stabilitas campuran perkerasan jalan.
Namun sebelum pengaplikasian jalan aspal dari plastik campuran aspal (bitumen) ada beberapa kelemahan yang harus diperhatikan.
Menurut David Sutasurya (2017) Direktur Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) dikutip dalam mongabay Indonesia Jalan plastik pertama kali diusulkan sebagai solusi untuk membuang sampah plastik berharga rendah dan plastik laminasi. Namun, ia gagal lepas landas sebagai solusi untuk sampah residu karena standar kualitas jalan di India mengharuskan kontraktormenggunakan LDPE dan HDPE, di mana keduanya lebih berharga untuk didaur ulang. Akibatnya infrastruktur yang telah diadakan untuk jalan plastik seperti pencacah dll, di Chennai sekarang mangkrak.
Penggunaan limbah kemasan plastik untuk peletakan jalan diperkenalkan di India oleh Prof.V.Vasudevan dari Thiyagaraja Engineering College, Tamil Nadu. Menurut penemu, proses pencampuran bitumen mengurangi biaya dan secara signifikan memperpanjang umur jalan. Prosesnya menggunakan cacahan plastik berharga bermutu rendah yang juga bisa mencakup plastik berlapis.
Namun, prosesnya hanya bisa menggunakan kemasan berlaminasi di bawah 60 mikron tebal (pedoman Kementerian Pembangunan Pedesaan India) dan hanya toleran terhadap pastik berlapis dalam jumlah terbatas (pedoman Kongres Jalan India).
Namun, panduan dari Kongres Jalan India hanya merekomendasikan penggunaan plastik yang sesuai dengan Low Density Polyethylene (LDPE), Polyethylene Kepadatan Tinggi (HDPE), PET dan Poliuretana untuk konstruksi perkerasan. Dengan kata lain, kemasan laminasi dapat digunakan sebagai pengisi tapi bukan bahan yang diutamakan dalam proses pembuatan jalan.
Terkait potensi paparan terhadap racun. Bitumen diproses pada suhu maksimum 160 derajat celcius, yang cukup tinggi untuk melelehkan plastik tapi terlalu rendah untuk memastikan degradasi berbagai jenis racun.
Masalah yang lebih besar dari teknologi ini adalah polusi mikro-plastik. Plastik yang digunakan dalam proses pengolahan aspal hanya berubah secara fisik dan membentuk lapisan tipis pada batuan. Plastik tersebut tidak benar-benar terurai. Pelapukan jalan sepanjang waktu berpotensi memecah plastik menjadi partikel mikro plastik yang masuk ke ekosistem.

Penutup
Plastik merupakan salah satu produk yang diciptakan dari bahan polimer, semakin tingginya pertumbuhan penduduk membuat penggunaan plastik meningkat secara drastis karena plastik memiliki beberapa keuntungan selain harga yang murah plastik juga ringan, tahan korosi, tahan asam dan kuat. Namun penggunaan plastik yang besar tidak diiringi dengan upaya dalam menanggulangi sampah tersebut karena plastik adalah bahan yang berbahaya dan sukar terdegradasi oleh mikroorganisme tanah sehingga menjadi masalah baru yang mencemarkan lingkungan dan menggangu kesahatan manusia (bersifat karsinogen) yang dapat memicu penyakit kanker.
Telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan plastik ini dengan cara re-use, re-duse, re-cycle  namun hingga saat ini belum juga maksimal pemanfaatannya. Study terbaru membuat terobosan mengunakan sampah plastik sebagai bahan agregat penguat lapisan aspal campuran dengan limbah plastik jenis polipropilena dan dianggap sebagai salah satu solusi penanggulangan sampah di Indonesia.
Namun menurut David Sutasurya Direktur Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) dalam diskusi dengan Dharmesh Shah dari Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) berpendapat kualitas jalan menggunakan LDPE dan HDPE lebih berharga untuk didaur ulang material LDPE dan HDPE dapat digunakan sebagai pengisi tapi bukan bahan yang diutamakan dalam proses pembuatan jalan , Masalah yang lebih besar dari teknologi ini adalah polusi mikro-plastik. Plastik yang digunakan dalam proses pengolahan aspal hanya berubah secara fisik dan membentuk lapisan tipis pada batuan.

Daftar Pustaka
Rahmawati, Anita dan Rama Rizana (2015), Pengaruh penggunaan limbah palstik Polipropilena sebagai pengganti agregat pada campuran laston terhadap karakteristik Marshall (105M) https://www.researchgate.net/publication/272743303_PENGARUH_PENGGUNAAN_LIMBAH_PLASTIK_POLIPROPILENA_SEBAGAI_PENGGANTI_AGREGAT_PADA_CAMPURAN_LASTON_TERHADAP_KARAKTERISTIK_MARSHALL (Diunduh 30, Januari 2018)
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017), Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media : Jakarta
Karuniastuti, Nurhenu (2017), Bahaya Plastik terhadap kesehatan dan lingkungan. jurnal forum teknologi Vol.03 No.1 http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2-_Bahaya_Plastik_---_Nurhenu_K.pdf (Diunduh 30, Januari 2018)

Luh, de suryani (2017) dalam artikel mongabay http://www.mongabay.co.id/2017/08/02/limbah-plastik-digunakan-untuk-aspal-jalan-ternyata-berisiko-kenapa/ (Diakses, 30 Januari 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.