Oleh : Nuriel Hanifan (@F25-Nuriel)
Abstrak
Air
merupakan kebutuhan mendasar bagi seluruh aspek kehidupan semua makhluk hidup
membutuhkan air untuk berbagai aktifitas. Apa jadinya jika air yang kita
gunakan sehari hari mengandung bahan berbahaya yang dapat membahayakan diri
kita sendiri maupun berbagai mahluk hidup lainnya. Salah satu penyebab polusi
air adalah limbah detergen yang biasa digunakan sebagai bahan pembersih dirumah
tangga. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan
pencuci pakaian dan bahkan piring adalah deterjen merek Rinso anti noda.
Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan
deterjen tergolong keras. Deterjen ter-sebut
sukar dirusak oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable)
sehingga dapat men-imbulkan pencemaran lingkungan
(Rubiatadji, 1993).
Kata kunci : Kimia Lingkungan, Polusi Air,
Detergen
Pendahuluan
Kimia lingkungan
merupakan studi mengenai sumber, reaksi, pengaruh dan akhir zat kimia dalam
tanah, air, dan udara disekitar kita. Dapat juga dikatakan, bahwa kimia
lingkungan ialah studi tentang gejala kimia di lingkungan kita. Definisi
lainnya menyebutkan bahwa kimia lingkungan adalah cabang ilmu kimia yang
berhubungan dengan produksi, transportasi, reaksi, efek, dan “nasib” zat kimia
tertentu yang terpapar dalam air, udara, darat, dan lingkungan biologis, serta
bagaimana efeknya terhadap kehidupan manusia (Manahan, 2009).
Berdasarkan catatan
TWB (2015) yang mengutip data dari Aliansi Global Kesehatan dan Polusi, Pada
tahun 2012, diperkirakan 9 juta orang meninggal sebagai akibat dari pencemaran
udara, air dan tanah. Angka tersebut merupakan 13 persen dari semua kematian
pada tahun 2012. Polusi dari persediaan air tawar membunuh sekitar 0,9 juta
anak dibawah usia 5 tahun, namun jumlah korban tewas dikalangan orang dewasa
belum diketahui.
Pencemaran air
menyebabkan terganggunya semua spesies mahluk hidup yang ada di Planet Bumi.
Sekitar 60 persen spesies hewan dan tumbuhan terdapat di permukaan atau didalam
air. Pencemaran air antara lain terjadi karena : Limbah Industri yang dibuang
ke sungai atau perairan lainnya,penggunaan bahan kimia pertanian seperti
insektisida, herbisida, dan fungisida di sekitar tanaman, juga menimbulkan
pencemaran pada sistem air tanah; selain itu tumpahan minyak di lepas pantai
atau lautan berpotensi menimbulkan kerusakan secara permanen pada badan air ,
sumber pencemaran lainnya ialah kegiatan sehari hari seperti mencuci pakaian
dan peralatan di sekitar kolam, sungai atau danau.
Pencemaran air
bukan hanya merugikan bagi biota perairan, namun mencemari seluruh rantai
panganm yang lebih jauh lagi akan mengganggu sediaan pangan untuk manusia.
Pencemaran air juga berpotensi menimbulkan wabah penyakit kolera dan diare,
dimana mikroorganisme penyebab penyakit tersebut tumbuh subur di perairan yang
tercemar (Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017).
Pembahasan
Detergen adalah
pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Yaitu senyawa
kimia bernama alkyl benzene sulfonat (ABS) yang direaksikan dengan natrium
hidroksida (NaOH). Dibanding dengan
sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh
mikroorganisme.
Berdasarkan data
yang diperoleh, industri deterjen di Indonesia terus
berkembang, dan saat ini terdapat 17 perusahaan penghasil deterjen. Dari
perusahaan-perusahaan tersebut, hanya ada 3 perusahaan besar yang berkembang
sangat maju, yaitu PT. Unilever Indonesia dengan kapasitas produksi
224.600 ton per
tahun, PT. Sayap
Mas Utama dengan kapasitas
produksi 147.000 ton per tahun, dan PT. Surya Surabaya dengan kapasitas
produksi 134.000 ton per tahun. Data pada tahun 1998, sekitar 15% produksi atau
11.000 ton digunakan untuk tujuan ekspor sedangkan untuk domestik mencapai 18%
atau 367.000 ton. (Sumber: BPS, 2011).
Berdasarkan hasil
penelitian dari Heru Prasetyo (2006) dalam Haderiah, dan Novi Utami Dewi
(2015), menunjukkan bahwa rata-rata kadar deterjen pada limbah laundry sebelum
dilakukan pengolahan adalah 100,3
mg/liter, dan setelah
dilakukan pengolahan dengan
filtrasi media karbon aktif didapatkan rata-rata kadar
deterjen adalah 42 mg/liter.
Pada umumnya,
detergen mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
1) Surfaktan
Surfaktan (surface
active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan ialah molekul organik
dengan bagian lifofilik dan bagian polar, yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan membentuk bagian penting
dari semua detergen komersial.
2) Builder
Builder (pembentuk)
berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini ditambahkan untuk
menyingkirkan ion kalsium dan magnesium (kesadahan) dari air pencuci. Pembangun
dapat melakukan hal ini lewat pengkelatan (pembentukan kompleks) atau lewat
pertukaran ion-ion ini dengan natrium. Pembangun juga meningkatkan pH untuk
membantu emulsifikasi minyak dan bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang
paling lazim ialah natrium tripolifosfat (5Na+ P3O105-), tetapi karena limbah
fosfat dapat mencemari lingkungan, jumlah yang digunakan dibatasi oleh
peraturan; baru-baru ini, natrium sitrat, natrium karbonat, dan natrium silikat
mulai menggantikan natrium tripolifosfat sebagai pembangun.
3) Zeolit
Zeolit (natrium
aluminosilikat) digunakan sebagai penukar ion, terutama untuk ion kalsium.
4) Filler
Filler (pengisi)
adalah bahan tambahan Detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya
cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
5) Bahan
antiredeposisi (antiedeposition agent)
Bahan
antiredeposisi ialah senyawa yang ditambahkan ke detergen pakaian untuk
mencegah pengendapan kembali kotoran pada pakaian. Contoh yang paling lazim
ialah selulosa eter atau ester.
6) Aditif
Aditif adalah bahan
suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi,
pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
Detergen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Tanpa mengurangi
makna manfaat Detergen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa
bahan kimia yang digunakan pada Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik
terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk
Detergen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan
permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit
dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia
dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan
anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat
membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri
Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi
terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain
yaitu LAS.
Builders, salah
satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate.
Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air.
Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan
magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen
meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya
merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam
jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan
oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang
merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan
oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di
badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan
sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah
dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate
sebagai builder dalam Detergen. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah
Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan
ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa
akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air
tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara
drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat
sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan
terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja
lingkungan tempat pembuangan saluran selokan.
Selain merusak
lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para
konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan
kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa
kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan
gatal dan kadang menjadi alergi.
Detergen sangat
berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa
Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen,
misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan,
kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi
manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah
mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan
beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1
milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa
minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka
panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai
salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian Detergen
akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk
senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat
mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit
(dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses
klorinasi.
Penutup
Kesimpulan
Banyaknya jenis
deterjen yang beredar di pasaran sebaiknya membuat konsumen lebih jeli dalam memilih
produk deterjen yang ramah lingkungan. Limbah deterjen yang tidak mudah
diuraikan oleh bakteri. Bakteri membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
menguraikan limbah deterjen. Sisa limbah deterjen yang tidak terurai akan
menyebabkan pencemaran air. Air yang tercemar biasanya berbau busuk dan tidak
bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Penggunaan fosfat
sebagai builder mengakibatkan terjadinya ledakan jumlah eceng gondok di
perairan. Eceng gondok yang melimpah di perairan akan menyebabkan ekosistem
terganggu. Ikan-ikan akan kekurangan oksigen sehingga ikan akan mati dan
populasi ikan menurun. Limbah deterjen yang masuk ke rantai makanan akan masuk
ke tubuh manusia. Surfaktan yang berasal dari limbah deterjen dapat menyebabkan
kanker apabila menumpuk di dalam tubuh. Surfaktan yang terkandung dalam
deterjen juga dapat menyebabkan iritasi kulit yang ditandai dengan rasa panas,
gatal bahkan kulit mengelupas jika bersentuhan langsung. Dengan demikian
konsumen deterjen diharapkan mencermati kandungan yang terdapat dalam deterjen
sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia
dan M. Kholil (2017), Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media :
Jakarta
Haderiah, dan Novi
Utami Dewi (2015), Meminimalisir Kadar
Detergen Dengan Penambahan Koagulan dan Filtrasi Media Saring pada Limbah Kamar
Mandi Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 1, No 1 (2015): Kesehatan Lingkungan
page. 33-41 (Diunduh 31, Januari 2018)
Pratiwi, Novika
Dyah (2011),Dampak Penggunaan Detergen , https://punyanyavika.wordpress.com/2011/12/25/dampak-penggunaan-detergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan/
(Diakses 31, Januari 2018)
Kristin Agustina P,
(2012), Bahaya limbah detergen terhadap lingkungan dan kesehatan http://kristinagustina.blogspot.co.id/2012/08/bahaya-limbah-deterjen-terhadap.html
(Diakses 31, Januari 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.