.

Sabtu, 03 Februari 2018

Bahaya Air yang Tercemar Limbah Detergen Rumah Tangga

Oleh : Nuriel Hanifan (@F25-Nuriel)

Abstrak
Air merupakan kebutuhan mendasar bagi seluruh aspek kehidupan semua makhluk hidup membutuhkan air untuk berbagai aktifitas. Apa jadinya jika air yang kita gunakan sehari hari mengandung bahan berbahaya yang dapat membahayakan diri kita sendiri maupun berbagai mahluk hidup lainnya. Salah satu penyebab polusi air adalah limbah detergen yang biasa digunakan sebagai bahan pembersih dirumah tangga. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian dan bahkan piring adalah deterjen merek Rinso anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen ter-sebut  sukar  dirusak  oleh  mikroorganisme (nonbiodegradable)  sehingga  dapat  men-imbulkan pencemaran  lingkungan  (Rubiatadji, 1993).

Kata kunci : Kimia Lingkungan, Polusi Air, Detergen

Pendahuluan
Kimia lingkungan merupakan studi mengenai sumber, reaksi, pengaruh dan akhir zat kimia dalam tanah, air, dan udara disekitar kita. Dapat juga dikatakan, bahwa kimia lingkungan ialah studi tentang gejala kimia di lingkungan kita. Definisi lainnya menyebutkan bahwa kimia lingkungan adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan produksi, transportasi, reaksi, efek, dan “nasib” zat kimia tertentu yang terpapar dalam air, udara, darat, dan lingkungan biologis, serta bagaimana efeknya terhadap kehidupan manusia (Manahan, 2009).
Berdasarkan catatan TWB (2015) yang mengutip data dari Aliansi Global Kesehatan dan Polusi, Pada tahun 2012, diperkirakan 9 juta orang meninggal sebagai akibat dari pencemaran udara, air dan tanah. Angka tersebut merupakan 13 persen dari semua kematian pada tahun 2012. Polusi dari persediaan air tawar membunuh sekitar 0,9 juta anak dibawah usia 5 tahun, namun jumlah korban tewas dikalangan orang dewasa belum diketahui.
Pencemaran air menyebabkan terganggunya semua spesies mahluk hidup yang ada di Planet Bumi. Sekitar 60 persen spesies hewan dan tumbuhan terdapat di permukaan atau didalam air. Pencemaran air antara lain terjadi karena : Limbah Industri yang dibuang ke sungai atau perairan lainnya,penggunaan bahan kimia pertanian seperti insektisida, herbisida, dan fungisida di sekitar tanaman, juga menimbulkan pencemaran pada sistem air tanah; selain itu tumpahan minyak di lepas pantai atau lautan berpotensi menimbulkan kerusakan secara permanen pada badan air , sumber pencemaran lainnya ialah kegiatan sehari hari seperti mencuci pakaian dan peralatan di sekitar kolam, sungai atau danau.
Pencemaran air bukan hanya merugikan bagi biota perairan, namun mencemari seluruh rantai panganm yang lebih jauh lagi akan mengganggu sediaan pangan untuk manusia. Pencemaran air juga berpotensi menimbulkan wabah penyakit kolera dan diare, dimana mikroorganisme penyebab penyakit tersebut tumbuh subur di perairan yang tercemar (Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017).

Pembahasan
Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Yaitu senyawa kimia bernama alkyl benzene sulfonat (ABS) yang direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH).  Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.  Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme.
Berdasarkan  data  yang  diperoleh,  industri deterjen di Indonesia terus berkembang, dan saat ini terdapat 17 perusahaan penghasil deterjen. Dari perusahaan-perusahaan tersebut, hanya ada 3 perusahaan besar yang berkembang sangat maju, yaitu PT. Unilever Indonesia dengan kapasitas produksi 224.600  ton  per  tahun,  PT.  Sayap  Mas  Utama dengan kapasitas produksi 147.000 ton per tahun, dan PT. Surya Surabaya dengan kapasitas produksi 134.000 ton per tahun. Data pada tahun 1998, sekitar 15% produksi atau 11.000 ton digunakan untuk tujuan ekspor sedangkan untuk domestik mencapai 18% atau 367.000 ton. (Sumber: BPS, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian dari Heru Prasetyo (2006) dalam Haderiah, dan Novi Utami Dewi (2015), menunjukkan bahwa rata-rata kadar deterjen pada limbah laundry sebelum dilakukan pengolahan  adalah  100,3  mg/liter,  dan  setelah  dilakukan  pengolahan  dengan  filtrasi  media  karbon aktif didapatkan rata-rata kadar deterjen adalah 42 mg/liter.
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
1)      Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan ialah molekul organik dengan bagian lifofilik dan bagian polar, yang  berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan membentuk bagian penting dari semua detergen komersial.
2)      Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini ditambahkan untuk menyingkirkan ion kalsium dan magnesium (kesadahan) dari air pencuci. Pembangun dapat melakukan hal ini lewat pengkelatan (pembentukan kompleks) atau lewat pertukaran ion-ion ini dengan natrium. Pembangun juga meningkatkan pH untuk membantu emulsifikasi minyak dan bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang paling lazim ialah natrium tripolifosfat (5Na+ P3O105-), tetapi karena limbah fosfat dapat mencemari lingkungan, jumlah yang digunakan dibatasi oleh peraturan; baru-baru ini, natrium sitrat, natrium karbonat, dan natrium silikat mulai menggantikan natrium tripolifosfat sebagai pembangun.
3)    Zeolit
Zeolit (natrium aluminosilikat) digunakan sebagai penukar ion, terutama untuk ion kalsium.
4)  Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan Detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
5)  Bahan antiredeposisi (antiedeposition agent)
Bahan antiredeposisi ialah senyawa yang ditambahkan ke detergen pakaian untuk mencegah pengendapan kembali kotoran pada pakaian. Contoh yang paling lazim ialah selulosa eter atau ester.
6)  Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci Detergen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam Detergen. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian Detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.

Penutup
Kesimpulan
Banyaknya jenis deterjen yang beredar di pasaran sebaiknya membuat konsumen lebih jeli dalam memilih produk deterjen yang ramah lingkungan. Limbah deterjen yang tidak mudah diuraikan oleh bakteri. Bakteri membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menguraikan limbah deterjen. Sisa limbah deterjen yang tidak terurai akan menyebabkan pencemaran air. Air yang tercemar biasanya berbau busuk dan tidak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Penggunaan fosfat sebagai builder mengakibatkan terjadinya ledakan jumlah eceng gondok di perairan. Eceng gondok yang melimpah di perairan akan menyebabkan ekosistem terganggu. Ikan-ikan akan kekurangan oksigen sehingga ikan akan mati dan populasi ikan menurun. Limbah deterjen yang masuk ke rantai makanan akan masuk ke tubuh manusia. Surfaktan yang berasal dari limbah deterjen dapat menyebabkan kanker apabila menumpuk di dalam tubuh. Surfaktan yang terkandung dalam deterjen juga dapat menyebabkan iritasi kulit yang ditandai dengan rasa panas, gatal bahkan kulit mengelupas jika bersentuhan langsung. Dengan demikian konsumen deterjen diharapkan mencermati kandungan yang terdapat dalam deterjen sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.

Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017), Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media : Jakarta
Haderiah, dan Novi Utami Dewi (2015), Meminimalisir Kadar Detergen Dengan Penambahan Koagulan dan Filtrasi Media Saring pada Limbah Kamar Mandi Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 1, No 1 (2015): Kesehatan Lingkungan page. 33-41 (Diunduh 31, Januari 2018)
Pratiwi, Novika Dyah (2011),Dampak Penggunaan Detergen , https://punyanyavika.wordpress.com/2011/12/25/dampak-penggunaan-detergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan/ (Diakses 31, Januari 2018)

Kristin Agustina P, (2012), Bahaya limbah detergen terhadap lingkungan dan kesehatan http://kristinagustina.blogspot.co.id/2012/08/bahaya-limbah-deterjen-terhadap.html (Diakses 31, Januari 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.