.

Minggu, 10 Oktober 2021

Kimia Kontekstual Dalam Topik Hujan Asam

Oleh Widiastuti (@T22-Widiastuti)

ABSTRAK

Hujan asam diartikan sebagai berbagai macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Hujan asam termasuk masalah lingkungan yang diakibatkan oleh alam maupun manusia. Dampaknya dapat merugikan alam dan manusia. Agar tidak terjadi, banyak cara pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya dengan penghematan energi.

Kata kunci: hujan asam, lingkungan, polusi

 

ABSTRACT

Acid rain is defined as any kind of rain with a pH below 5.6. Rain is naturally acidic (pH slightly below 6) because carbon dioxide (CO2) in the air that dissolves with rainwater has the form of a weak acid. Acid rain is an environmental problem caused by both nature and humans. The impact can be detrimental to nature and humans. In order not to happen, there are many prevention ways that can be done, one of them is by saving energy.

Keyword: acid rain, environment, pollution

 

PENDAHULUAN

Hujan Asam adalah Segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6 yang bersifat basa karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi asam. (Sriastuti, 2009).

Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar menjadi masalah bagi manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. (Cahyono, 2010)

 

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian hujan asam

2. Apa penyebab serta dampak dari hujan asam

3. Bagaimana cara mencegah terjadinya hujan asam

 

TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian hujan asam

2. Untuk mengetahui penyebab serta dampak dari hujan asam

3. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya hujan asam

 

PEMBAHASAN

Menurut Hidayat (2021), saat ini telah berkembang dua bidang superscience yang baru, yaitu Sains (Material dan Sains Biomolekuler) dengan berbagai turunannya seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Bionanoteknologi, Kimia Hijau (sebagai unteraksi antara kimia dengan masyarakat yang makin peduli lingkungan), Kimia Komputasi (simulasi dan pemodelan molekul, sebagai interaksi antara kimia dengan komputer), Sejarah Kimia, Filsafat Kimia, Pendidikan Kimia, dan sebagainya.

Hidayat (2021) menerangkan dinamika dalam kehidupan manusia selalu disertai dengan keterkaitan baik secara langsung atau tidak langsung dengan ilmu kimia, sehingga muncul kajian Kimia Kontekstual (Chemistry in Context).

Sebagai catatan fenomena hujan asam pertama kali ditemukan pada 1852 oleh seorang ahli kimia asal Skotlandia, Robert Angus Smith, yang mendapati adanya korelasi antara hujan asam dengan polusi udara di Kota Mancehster. Fenomena hujan asam mendapat perhatian publik terutama pada tahun 1960-an. Sedangkan istilah hujan asam sendiri muncul pada tahun 1972, ketika surat kabar New York Times menerbitkan laporan tentang efek perubahan iklim yang mulai timbul sebagai akibat terjadinya hujan asam di Hubbard Brook Experimental Forest di New Hampshire (Hidayat, 2021)

Menurut Sriastuti (2009), Hujan asam terjadi di daerah perkotaan, karena adanya pencemaran udara dari lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena udara yang tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.

1. Pengertian Hujan Asam

Pengertian Hujan asam diartikan sebagai berbagai macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. (Nasihah, 2017)

 

2. Penyebab Serta Dampak Hujan Asam

Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang masuk ke dalam atmosfer dan mengalami perubahan bentuk menjadi Asam Sulfat dan Nitrat. Senyawa ini kemudian bergabung dengan Hidrogen Khlorida, yang kemudian turun bersama sebagai hujan asam (Pandia, 1996).

Menurut Cahyono (2010), Hujan asam disebabkan oleh polusi. Penyebab polusi (polutan) seperti Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida tinggal dalam atmosfer dan akhirnya bereaksi dengan kelembaban dalam udara. Ketika polusi ini jatuh sebagai embun di tanah, inilah yang disebut dengan hujan asam. Sumber dari penyebab polusi ini tidak hanya berasal dari pembakaran sampah, tetapi juga berasal dari pembakaran bahan bakar motor dan limbah pabrik kimia.

Menurut Sriastuti (2019), dampak dari hujan asam adalah:

• melarutkan kalsium, potasium dan nutrien lain yang berada dalam tanah. Akibatnya tanah menjadi kurang subur dan tanaman mati.

• menghancurkan jaringan tumbuhan dan mengganggu pertumbuhan tanaman.

• menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air terganggu.

• dapat membuat korosi logam (pengkaratan)

• sumber air menjadi tercemar

 

3. Pencegahan Hujan Asam

Menurut Nasihah (2017), Usaha untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya hujan asam antara lain: Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong mereka. Sebagai contoh FGD adalah wet scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi dengan kipas yang mengambil gas asap dari cerobong ke tower tersebut. Kapur atau batu kapur dalam bentuk bubur juga diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber.

Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri. Adapun usaha untuk mencegah yang lainnya adalah, karena hujan asam itu mayoritas disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian, maka usaha yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalisir penggunaan bahan-bahan atau meminimalisir aktivitas yang bisa menyebabkan terjadinya hujan asam tersebut. Di Indonesia selama ini baru bisa mencegah terjadinya hujan asam yakni dengan melakukan penghematan energi

 

KESIMPULAN

Hujan asam disebabkan oleh polusi. Ketika polusi ini jatuh sebagai embun di tanah, inilah yang disebut dengan hujan asam. Sumber dari penyebab polusi ini tidak hanya berasal dari pembakaran sampah, tetapi juga berasal dari pembakaran bahan bakar motor dan limbah pabrik kimia. Upaya mengatasi masalah hujan asam saat ini sedang gencar dilaksanakan, karena adanya program Langit Biru yang bertujuan untuk menciptakan suasana yang bersih dan sehat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, W. Eko. 2010. Pengaruh Hujan Asam pada Biotik dan Aiotik. LAPAN. Dalam http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/viewFile/718/636 (Diakses pada 09 Oktober 20021)

Hidayat, Atep Afia. 2021. Kimia Kontekstual. Dalam Modul 6 Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: Universitas Mercu Buana. (Diakses pada 08 Oktober 2021)

Nasihah, Mimatun. 2017. Efek Hujan Asam dalam Pertumbuhan Makanan. Jurnal EnviScience Vol. 1 No. 1. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php%3Farticle%3D1249531%26val%3D16919%26title%3DEfek%2520Hujan%2520Asam%2520terhadap%2520Pertum%2520buhan%2520Tanaman&ved=2ahUKEwjC95mb977zAhWCSH0KHfwmBpoQFnoECBAQAQ&usg=AOvVaw0sHR2-Yt4-jVrTTDEPs1o5 (Diakses pada 09 Oktober 2021)

Pandia, S. 1996. Kimia lingkungan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Dalam http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=92263&obyek_id=4 (Diakses pada 10 Oktober 2021)

Sriastuti. 2009. Hujan Asam. Dalam https://sriastuti.files.wordpress.com/2009/06/hujan-asam.pdf  (Diakses pada 09 Oktober 2021)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.