ABSTRAK
Hujan asam
diartikan sebagai berbagai
macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH
sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air
hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Hujan asam termasuk masalah
lingkungan yang diakibatkan oleh alam maupun manusia. Dampaknya dapat merugikan
alam dan manusia. Agar tidak terjadi, banyak cara pencegahan yang dapat
dilakukan salah satunya dengan penghematan energi.
Kata kunci: hujan asam, lingkungan, polusi
ABSTRACT
Acid rain is defined as any kind of rain with a pH
below 5.6. Rain is naturally acidic (pH slightly below 6) because carbon
dioxide (CO2) in the air that dissolves with rainwater has the form of a weak
acid. Acid rain is an environmental problem caused by both nature and humans.
The impact can be detrimental to nature and humans. In order not to happen,
there are many prevention ways that can be done, one of them is by saving
energy.
Keyword: acid rain, environment, pollution
PENDAHULUAN
Hujan Asam
adalah Segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6 yang bersifat basa karena karbondioksida
(CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Hujan
asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi
asam. (Sriastuti, 2009).
Hujan asam
adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar menjadi masalah
bagi manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur
mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan
oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris.
(Cahyono, 2010)
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hujan asam
2. Apa penyebab serta dampak dari
hujan asam
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya
hujan asam
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian hujan
asam
2. Untuk mengetahui penyebab serta
dampak dari hujan asam
3. Untuk mengetahui cara mencegah
terjadinya hujan asam
PEMBAHASAN
Menurut
Hidayat (2021), saat ini telah berkembang dua bidang superscience yang baru,
yaitu Sains (Material dan Sains Biomolekuler) dengan berbagai turunannya
seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Bionanoteknologi, Kimia Hijau (sebagai
unteraksi antara kimia dengan masyarakat yang makin peduli lingkungan), Kimia
Komputasi (simulasi dan pemodelan molekul, sebagai interaksi antara kimia
dengan komputer), Sejarah Kimia, Filsafat Kimia, Pendidikan Kimia, dan
sebagainya.
Hidayat
(2021) menerangkan dinamika dalam kehidupan manusia selalu disertai dengan
keterkaitan baik secara langsung atau tidak langsung dengan ilmu kimia,
sehingga muncul kajian Kimia Kontekstual (Chemistry in Context).
Sebagai
catatan fenomena hujan asam pertama kali ditemukan pada 1852 oleh seorang ahli
kimia asal Skotlandia, Robert Angus Smith, yang mendapati adanya korelasi
antara hujan asam dengan polusi udara di Kota Mancehster. Fenomena hujan asam
mendapat perhatian publik terutama pada tahun 1960-an. Sedangkan istilah hujan
asam sendiri muncul pada tahun 1972, ketika surat kabar New York Times
menerbitkan laporan tentang efek perubahan iklim yang mulai timbul sebagai
akibat terjadinya hujan asam di Hubbard Brook Experimental Forest di New
Hampshire (Hidayat, 2021)
Menurut
Sriastuti (2009), Hujan asam terjadi di daerah perkotaan, karena adanya
pencemaran udara dari lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena
udara yang tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang
terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.
1. Pengertian Hujan Asam
Pengertian
Hujan asam diartikan sebagai berbagai macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2)
di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis
asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh
belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta
nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan
nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air
untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh
bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar
keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan
dan tanaman. (Nasihah, 2017)
2. Penyebab Serta Dampak Hujan
Asam
Penyebab
terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang masuk ke
dalam atmosfer dan mengalami perubahan bentuk menjadi Asam Sulfat dan Nitrat.
Senyawa ini kemudian bergabung dengan Hidrogen Khlorida, yang kemudian turun
bersama sebagai hujan asam (Pandia, 1996).
Menurut
Cahyono (2010), Hujan asam disebabkan oleh polusi. Penyebab polusi (polutan) seperti
Sulfur Dioksida dan Nitrogen Oksida tinggal dalam atmosfer dan akhirnya
bereaksi dengan kelembaban dalam udara. Ketika polusi ini jatuh sebagai embun
di tanah, inilah yang disebut dengan hujan asam. Sumber dari penyebab polusi
ini tidak hanya berasal dari pembakaran sampah, tetapi juga berasal dari
pembakaran bahan bakar motor dan limbah pabrik kimia.
Menurut
Sriastuti (2019), dampak dari hujan asam adalah:
• melarutkan
kalsium, potasium dan nutrien lain yang berada dalam tanah. Akibatnya tanah
menjadi kurang subur dan tanaman mati.
• menghancurkan
jaringan tumbuhan dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
• menyebabkan
pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air terganggu.
• dapat
membuat korosi logam (pengkaratan)
• sumber
air menjadi tercemar
3.
Pencegahan Hujan Asam
Menurut Nasihah (2017), Usaha untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya hujan asam antara lain: Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga
listrik tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk
menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong mereka. Sebagai contoh
FGD adalah wet scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan
negara-negara lainnya. Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi
dengan kipas yang mengambil gas asap dari cerobong ke tower tersebut. Kapur
atau batu kapur dalam bentuk bubur juga diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga
bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada,
Kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral
yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber.
Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi
sulfat industri. Adapun usaha untuk mencegah yang lainnya adalah, karena hujan
asam itu mayoritas disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri,
pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian,
maka usaha yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalisir penggunaan
bahan-bahan atau meminimalisir aktivitas yang bisa menyebabkan terjadinya hujan
asam tersebut. Di Indonesia selama ini baru bisa mencegah terjadinya hujan asam
yakni dengan melakukan penghematan energi
KESIMPULAN
Hujan
asam disebabkan oleh polusi. Ketika polusi ini jatuh sebagai embun di tanah,
inilah yang disebut dengan hujan asam. Sumber dari penyebab polusi ini tidak
hanya berasal dari pembakaran sampah, tetapi juga berasal dari pembakaran bahan
bakar motor dan limbah pabrik kimia. Upaya mengatasi masalah hujan asam saat ini sedang gencar
dilaksanakan, karena adanya program Langit Biru
yang bertujuan untuk menciptakan suasana
yang bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, W. Eko. 2010. Pengaruh Hujan Asam
pada Biotik dan Aiotik. LAPAN. Dalam http://jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/viewFile/718/636 (Diakses pada 09 Oktober 20021)
Hidayat, Atep Afia. 2021. Kimia Kontekstual.
Dalam Modul 6 Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: Universitas
Mercu Buana. (Diakses pada 08 Oktober 2021)
Nasihah, Mimatun. 2017. Efek Hujan Asam dalam Pertumbuhan Makanan. Jurnal EnviScience Vol. 1 No. 1. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php%3Farticle%3D1249531%26val%3D16919%26title%3DEfek%2520Hujan%2520Asam%2520terhadap%2520Pertum%2520buhan%2520Tanaman&ved=2ahUKEwjC95mb977zAhWCSH0KHfwmBpoQFnoECBAQAQ&usg=AOvVaw0sHR2-Yt4-jVrTTDEPs1o5 (Diakses pada 09 Oktober 2021)
Pandia, S. 1996. Kimia lingkungan.
Jakarta: PT Raja Grafindo. Dalam http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=92263&obyek_id=4 (Diakses pada 10 Oktober 2021)
Sriastuti. 2009. Hujan Asam. Dalam https://sriastuti.files.wordpress.com/2009/06/hujan-asam.pdf (Diakses
pada 09 Oktober 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.